BAB 18

44 1 0
                                    

      Kini Devano sudah sampai di mansion, dengan segera ia memasukan motor milik nya ke garasi.

"huft.. masih jam 9" gumam devano lalu segera berjalan masuk ke dalam mansion.sampai di dalam semua tampak sepi hanya ada beberapa bodyguard dan beberapa pelayan mansion.

bisa di simpulkan jika kedua orang tua nya sedang keluar di tambah kakak kakak nya yang menghadiri pesta tadi, kecuali gavin, devano ta terlalu peduli dengan makhluk satu itu.

Devano segera masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri nya, tanpa mengganti baju terlebih dulu.

"huft... aneh" gumam devano pelan.

aneh? ya aneh karena sedari tadi ada perasaan aneh sejak ia mendengar bisikan orang lain mengenai pemilik  asli tubuh ini dan suasana saat ini sepi. harus nya ia senang karena bisa menikmati ketenangan karena suasana yang sepi ini.namun ada perasaan aneh yang membuat nya bingung.

"ah ayolah.. apa perasaan devano yang asli masih ada, harus nya sudah lenyap bukan? " devano bertanya tanya dengan diri nya sendiri.

"devano galan shankara"

Devano sedikit terkejut mendengar seseorang yang menyebutkan nama asli nya.

"siapa disana? " ucap Devano menatap sekitar.

"nama kita hampir mirip"

"kubilang siapa disana? " ucap devank sekali lagi.

Belum selesai dengan keterbingungan nya tampak seorang pemuda yang berpenampilan hampir mirip dengan tubuh asli yang tengah devano tempati sudah berdiri tepat disamping nya.

"siapa?" tanya Devano menatap pemuda tersebut.

"kau lupa? lihat lah tubuh yang kau tempati" ucap nya.

Devano menatap tubuh nya sendiri dan beralih menatap pemuda di depan nya.

"kau pemilik tubuh asli ini? " tanya devano.

"ya ya lah peak pake nanya" ucap pemuda tersebut.

Devano kembali diam dan menatap pemuda di depan nya ini dengan kesal.

"bangsat lo, ngapain lo bawa jiwa gw ke tubuh lo? nyusahin gw aja" ucap Devano.

"hehe sori ya, gw asli nya ga niat bawa jiwa lo kesini" ucap pemuda tersebut.

"lalu apa alasan mu membawa jiwa ku kesini, salah nangkap atau gimana? " tanya devano.

"huft... jiwa gw tuh udah mati semenjak kecelakaan yang gw alami dan bertepatan sama lo" ucapnya.

"sebenarnya gw masih pengen hidup, gw masih belum bisa ngerasain kasih sayang dari keluarga gw dan itu yang bikin gw ga tenang" lanjutnya.

"lalu kenapa jiwa gw bisa ada di tubuh lo? " tanya devano.

"sebenarnya gw yang narik jiwa lo buat gantiin gw disini, ntah gw ga tau siapa lo dan tentang apapun lo, yang terpenting gw yakin lo bisa ngerubah semua nya" jelas pemuda tersebut.

Devano menatap dingin ke arah pemuda di depan nya ini.

"terus dengan lo narik jiwa gw kesini lo bisa ngerubah segala nya gitu, terus kalo keluarga jadi sayang sama lo? lo jadi bisa balik lagi gitu? " ucap devano.

"jangan bodoh lo jadi manusia, yang ada lo nyiksa gw udah tau keluarga bangsat ga tau diri kek gitu masih lo perjuangin, dongo lo" lanjut Devano

"lo kira kasih sayang cuma dari mereka aja? buta atau gimana lo? di dunia masih banyak orang noh liat temen temen lu sesayang dan seperhatian itu sama lo, malah lo tuker jiwa gw"

ucapan Devano membuat pemuda tersebut terdiam. devano hanya bisa mendengus kesal, sebenarnya ia ta peduli jika harus transmigrasi tapi jangan kek gini lah kaga ada estetik nya sama sekali. kaya penjara aja.

"maaf gw ga niat buat bikin lo kek gini, gw cuma pengen tenang dengan dapat kasih sayang dari mereka" ucap pemuda tersebut.

"lo kira gw ga butuh ketenangan? kita sama sama ga dapat kasih sayang bukan sama sama senasib, lo dongo gw pinter" jawab devano.

"ya maafin gw karena egois gw ga tau sekeras apa kehidupan lo mungkin lebih buruk dari ku" ucap pemuda tersebut lalu menatap sendu ke arah Devano.

devano menatap pemuda di depan nya, ia ingin kasihan tapi rasa kesal nya lebih banyak di banding rasa mengasihinya.

"gw mohon untuk permintaan terakhir gw, buat mereka menganggap kalo gw ada" ucap pemuda tersebut dengan senyum tipis.

Devano terdiam sejenak lalu menatap pemuda di depan nya.

"gw ga bisa janji soal itu, dan lo tau kan tubuh lo di bawah kendali gw" ucap devano dan mendapat anggukan pemuda di depan nya ini.

"sekarang gw devano galan shankara  yang menempati tubuh milik lo, akan hidup sesuai kemauan gw jangan sekali kali lo ngendaliin tubuh sampai perasaan tubuh yang gw tempatin"ucap devano menatap datar ke arah pemuda di depan nya ini.

" hm terimakasih sudah mau menempati tubuh ku dan yah cuma ini aja walau agak kocak dikit"

"semoga kita bisa bertemu kembali... "

setelah mengatakan hal tersebut pemuda itu langsung menghilang bagai angin lewat.

"ck jangan sampai.. " ucap devano setelag kepergian pemuda tersebut.

"wajar mati muda, otak nya rada rada" ucap devano lalu tanpa sadar ia tersenyum dengan ucapan nya sendiri.

"dasar.. anak muda-

Tok

Tok

Tok

" tuan muda silakan turun, anda di panggil oleh tuan Gavin"ucap bodyguard dari balik pintu devano.

"hm kau pergilah terlebih dahulu" ucap Devano.

"tidak, saya akan menunggu sampai tuan benar benar keluar" ucap bodyguard tersebut.

"huft... merepotkan" gumam devano lalu membuka pintu kamar nya sedikit kasar dan mendahului bodyguard tersebut.

Sesampai nya di ruang keluarga, devano dapat melihat Gavin yang tengah menunggu nya.

"duduk" ucap Gavin.

"males" jawab devano, ia sudah terlampau kesal karena istirahat nya terganggu.

"kau duduk atau-

ExtrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang