21. Kesalahpahaman

90 9 5
                                    

Perbedaan dalam cerita ini dengan sejarah aslinya, murni merupakan pengembangan fiksi

***

DI DALAM RUANGAN YANG BEGITU kumuh, Karel, Narandi, Darka, dan Dirgana duduk berjejer, dengan posisi tangan dan kaki mereka terikat di kursi masing-masing.

"Jadi, kalian terlibat dengan rencana Hasa Jayadikara kan?"

Narandi tampak melirik sekilas ke arah Karel. Pria yang dilirik itu pun tampaknya sadar bahwa Narandi memberinya kode.

"Kami memang selalu berpartisipasi dalam rapat bersama Hasa Jayadikara. Namun, sebenarnya itu semua memiliki motif tersendiri. Karena kami memihak Jepang," ucap Karel.

"Jangan mengelak. Kau pasti terlibat kan?" gertak Tentara Jepang.

"Kalian pikir mengapa Hasa Jayadikara tidak membawa kami juga ke kediaman Arsa Mahawira?" ucap Darka.

"Prawara bilang hal itu untuk menyembunyikan kecurigaan dari kami," balas sang tentara, "Karena itu kalian akan datang secara bergantian."

"Salah. Itu karena Hasa mencurigai kami berempat," kata Dirgana, "Prawara juga tak ada di rumah Arsa kan, itu juga pasti karena Hasa telah mencurigainya."

"Jika kalian tak percaya, ambillah kertas di kantong celanaku. Aku niatnya mengirimkan itu pada kalian. Tetapi, malah tertangkap duluan," kata Karel.

Salah satu tentara pun mengambil surat di kantong celana Karel. Mereka membuka surat itu, dan benar saja.

Isinya merupakan laporan tentang rencana Hasa.

"Benar rupanya bahwa kalian tak berbohong," kekeh tentara yang membaca isi kertas itu, ia pun memberinya pada rekan-rekannya agar mereka bisa membaca itu juga.

"Apa Prawara tidak tau bahwa kalian juga ingin memihak Jepang?" tanya salah satu tentara.

"Tidak. Kami kira Prawara memihak Hasa, makanya tidak kami beritahu," balas Dirgana.

Siapa sangka kertas itu pada akhirnya akan berguna?

Saat itu ketika menyusun rencana, Hasa menyuruh untuk menuliskan rencana mereka untuk kemerdekaan di sebuah kertas.

Meski tidak semua rencana tertuang di sana, namun, isinya masih dapat meyakinkan Tentara Jepang.

Hasa sudah mengantisipasi jika rombongan kedua ditangkap, mereka masih bisa mengelak dari tuduhan pemberontakan ini.

Beruntung ketika Hasa meminta mereka menulis di kertas itu, Prawara tidak ada dalam rapat. Karena memang pada dasarnya Prawara tidak pernah ikut dalam rapat. Ia hanya mengetahui garis besarnya dari ucapan Hasa.

"Kalau begitu sesuai prosedur, kalian akan dibebaskan. Namun kalian akan dibawa ke kamp para pasukan Jepang terlebih dahulu selama beberapa minggu untuk memastikan kesungguhan kalian."

Bisa dibilang rombongan kedua sudah cukup aman. Tetapi bagaimana dengan rombongan satu?

***

Hasa tampak pasrah ketika Tentara Jepang menyeretnya ke penjara yang tampak tidak ada orang itu. Sebagai informasi, beberapa hari yang lalu penjara ini sudah dikosongkan. Yang terkurung di dalamnya semua sudah dihukum mati. Karena itu tidak ada siapa-siapa.

Mata Hasa melirik ke arah rekan-rekannya yang juga tengah diseret ke penjara.

Menyadari tatapan Hasa, dalam hitungan detik, Haitham memulai pergerakan dengan menyerah Tentara Jepang yang memeganginya. Walau tangannya diborgol, ia masih tetap bisa melakukannya.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang