3. Pernikahan Politik

262 22 1
                                    

SERANA TERBANGUN MENDAPATI Hasa yang tengah membaca buku di dekatnya. Mengingat apa yang terjadi kemarin, mukanya lantas memerah karena malu atas tingkah manjanya tadi malam.

"Kenapa kau tidur kembali?" tanya Hasa, menutup bukunya dan menyibak selimut Serana yang menutupi seluruh wajah gadis itu.

"Ha-Hahaha..." ia tertawa canggung, lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

"Pakaian pernikahan sudah datang. Kita akan mencoba bersama nanti," Hasa mengabari.

"Iya. Terima kasih," kata Serana, "Oh iya, kau di sini semalaman?"

Hasa mengangguk seraya menyibak rambutnya yang sedikit mengganggu pandangan, "Jaga-jaga jika ada orang yang mengincarmu lagi," katanya.

"Kau tak tidur?!" kaget Serana.

"Aku tidur bangun, tidur bangun selama beberapa waktu," ucap Hasa.

"Maaf," cicit gadis itu.

Hasa lantas mengernyitkan alis, "Untuk?"

"Karena telah merepotkanmu. Dan juga terima kasih."

Senyuman pun muncul di wajah Hasa. Ia lantas bangkit dari kursi dan menepuk-nepuk puncak kepala Serana.

"Bukan masalah. Nanti Mirah akan membantumu bersiap. Aku ke kamarku dulu," ia pamit.

Hasa lantas meninggalkan kamar Serana. Setelah pria itu beranjak dari kamarnya, Serana menenggelamkan kepalanya di atas bantal.

"Akh! Mengapa aku seperti itu semalam?!" sungutnya malu.

***

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Hasa menemukan eksistensi tak asing di kamarnya. Ia memutar bola matanya malas melihat siapa itu.

"Kalian mau apa di sini?" ketusnya.

Arsa dan Karel, yang berada di kamarnya sontak mengalihkan perhatian mereka ke arah Hasa.

"Aku hanya terharu sebentar lagi kau menikah," kata Karel, berpura-pura mengusap air mata.

"Orang aneh," cibir Arsa, yang membuat Karel menatap tajam pria itu.

"Lebih baik begini dari pada seperti robot," Karel mencibir balik.

"Kau mengataiku seperti mesin?!" balas Arsa tidak terima.

"Memang begitu kan. Seperti robot dan kulkas berjalan saja," cibir Karel kembali.

"Berisik," peringat Hasa, lalu duduk di dekat sahabatnya.

"Maaf," ucap sahabatnya bersamaan.

"Katakanlah alasan sebenarnya kalian di kamarku. Aku yakin ada hal penting," desak Hasa yang penasaran.

Arsa tampak menatap ke arah Karel. Yang ditatap pun mengangguk.

"Jepang mengirim Laksamana Raizen untuk datang ke pernikahanmu," ucap Arsa.

"Yang benar saja, Laksamana Raizen?" Hasa mendecih mendengarnya.

Kamada Raizen. Seorang Laksamana Angkatan Laut yang dikenal dalam kaum politik. Alasannya adalah karena invasi laut yang ia strategikan sering kali berhasil. Karena itu tak heran gelarnya Laksamana.

"Keamanan di Keraton harus diperketat," ucap Karel, "Kita tak tau apa yang Jepang rencanakan dengan mengirim Laksamana Raizen."

"Tentu saja," kata Hasa, "Tak boleh ada masalah yang muncul sama sekali."

***

Berhari-hari setelahnya, jalanan tampak sangat ramai dipenuhi banyak orang. Hari ini banyak orang ikut memeriahkan pawai pernikahan Pangeran dan calon Tuan Putri mereka.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang