16. Melepas Kegundahan

171 14 0
                                    

Happy Independence Day!
(Iya tau telat) 😂

***

DI PAGI BUTA, SERANA TERSENTAK saat melihat Darka yang tengah duduk di sofa dengan masker wajah berwarna putih seraya membaca buku. Karena masih pagi, beberapa lampu mansion masih dimatikan, membuat mansion terlihat gelap.

"Oh, Nyonya Serana? Sedang apa pagi-pagi begini?" tanya Darka dengan wajah tidak berdosa.

Serana pun menggeleng-geleng heran karena tingkah Darka, "Aku mau membuat teh jahe untuk Suamiku. Kemarin kalian berenang lama sekali, jadi untuk mencegah Suamiku merasa tak enak badan, aku akan membuatkan teh jahe untuknya. Kau sendiri sedang apa di luar kamar?"

"Saya terbangun. Kebetulan karena kulit saya kering, saya memutuskan untuk memakai masker wajah. Karena bosan di kamar, saya memutuskan keluar," jawab Darka.

"Harusnya kau menyalakan semua lampu jika mau membaca," ucap Serana, lalu menyalakan lampu-lampu.

"Takutnya yang lain jadi terbangun," Darka menyengir.

"Tidak akan," balas Serana, lalu berjalan ke dapur.

Di dapur, Serana mengambil bahan-bahan untuk membuat teh. Setelah mengumpulkan bahan-bahan, Serana merebus air ceret. Ketika air sudah mendidih, ia menuangkannya ke gelas yang sudah dimasukkan bahan-bahan.

"Ya ampun!" Serana yang baru selesai menuangkan air ke ceret itu terlonjak kaget karena melihat Darka yang muncul tiba-tiba.

"Maaf, Nyonya," ucap Darka.

"Kau ini, kalau kau terkena air panas bagaimana?" omel wanita itu.

"Maaf. Habisnya aromanya enak sekali," Darka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kau mau?" tawar Serana.

Mata Darka pun berbinar-binar, "Nyonya mau membuatkan saya?"

"Tidak masalah sih."

"Saya mau, Nyonya," semangat sang pria.

"Ya sudah tunggu dulu ya. Kau basuh saja wajahmu itu. Takutnya yang lain juga terkejut," saran Serana. Darka mengangguk, lalu berjalan ke wastafel cuci piring yang ada di dapur.

Serana sudah tak heran lagi melihat Darka mencuci wajah di wastafel yang biasa digunakan untuk cuci piring.

Setelah Darka selesai mencuci wajahnya, Serana menyuruhnya menunggu di meja makan. Setelah menunggu beberapa saat, Serana datang dengan nampan berisikan teh.

"Ini," Serana menyerahkan gelas teh ke tangan Darka.

"Terima kasih banyak, Nyonya. Anda yang terbaik," puji Darka seraya mengacungkan jempolnya.

"Sama-sama, kalau begitu aku naik ke atas dulu," ucap Serana.

***

Pukul delapan pagi, Serana dan Hasa sudah berada di taman kediaman mereka. Serana pun tampak kebingungan mengapa mereka berada di sini padahal katanya Hasa ingin mengajaknya berlibur.

"Jadi, apa kita akan berpiknik di sini?" tanya Serana.

Hasa pun tersenyum, "Tunggu sebentar lagi," balasnya seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Dilihat-lihat lagi, Hasa terlihat berbeda dari biasanya.

Sejak menikah, ini pertama kalinya Serana melihat Hasa dengan seragam Pilot, mengingat ketika mereka menikah, Hasa sudah tak terlalu menggeluti pekerjaan sebagai Pilot pesawat tempur karena ketika pecahnya perang dunia kedua, percobaan invasi di jalur udara dari negara lain mulai berkurang akibat semua sibuk mempertahankan negara mereka.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang