15. Dunia yang Kita Tinggali

166 17 0
                                    

"AKU PENASARAN SEKALI DENGAN Nyonya Serana. Katanya ia sering membantu memberi makanan atau pun obat-obatan pada pekerja romusha. Ia baik sekali ya."

Serana hampir saja tersedak salivanya sendiri ketika mendengar perkataan Shima. Saat ini Serana, Padma, dan Shima tengah duduk santai di teras rumah Tirtawono bersaudara itu.

"Dulu ketika dia masih di Renggana, kebaikan hatinya juga sering terdengar di seluruh penjuru tanah air. Tidak salah Tuan Hasa memilih Istri," balas Padma.

"Tapi dengar-dengar, katanya Tuan Hasa menikahi Nyonya Serana karena syarat dari Letnan Belanda. Mengapa Letnan Belanda memberi syarat itu ya?" Shima penasaran.

"Syarat apa?" tanya Padma.

"Belanda menyerahkan kembali beberapa wilayah Nusantara yang pernah mereka rebut ke Jayadikara. Dan untuk mendapatkan kembali wilayah itu, salah satu syaratnya adalah menikahi Nyonya Serana," jawab Shima.

"Dari mana kau tau informasi politik seperti itu?" tanya Serana yang sedari tadi diam.

"Aku pandai menguping perbincangan Romo," balas Shima, "Tolong jangan beritahu yang aku katakan tadi ke siapa pun ya, Rana. Karena itu adalah informasi rahasia."

"Tak perlu khawatir. Aku pandai menjaga rahasia," kata Serana.

"Baguslah," Shima pun tersenyum.

"Ah iya Rana, kapan-kapan biarkan kami berkunjung ke rumahmu juga," ucap Padma.

"Ru-Rumahku?" kaget Serana.

"Iya. Saat ini banyak Tentara Jepang di beberapa jalan, jadi destinasi main kita tak banyak," Padma memutar matanya malas.

"Tapi rumahku kecil," dustanya.

"Tidak apa Rana. Sejak kapan hal seperti itu jadi masalah," kata Padma.

"Ahahaha, be-begitu ya..." Serana terkekeh dengan terpaksa, "Ya sudah kapan-kapan kita ke rumahku ya."

"Yeay! Aku tak sabar ke rumah Rana," timpal Shima senang.

"Aku juga," kata Padma.

"I-Iya.." Serana pun ketar-ketir.

***

"AIRRR!!!"

Haitham berteriak bahagia seperti orang kesetanan, setelah melihat kolam renang kediaman Jayadikara yang selama setelah ia datang selalu tak pernah diisi air, akhirnya diisi air juga.

Beberapa waktu sebelumnya, karena Hasa dan Serana belum ingin berenang, Serana meminta Hasa agar air kolamnya dikosongkan dulu. Tetapi kemarin, Serana meminta kolam kembali diisi air karena tampaknya kolam renang akan berguna akibat cuaca akhir-akhir ini sangat panas.

"Sudah lama aku tidak berenang. Biasanya aku selalu berenang di sungai," kata Samara senang.

Haitham dan Samara pun lantas menceburkan diri mereka ke dalam kolam.

"Ehhhh!" Haitham berteriak saat dirinya tak sengaja melewati garis batas dari kolam yang cukup dangkal ke kolam yang dalam, "Samara tolong!"

Dengan cepat Samara pun menarik Haitham kembali ke bagian kolam yang dangkal.

"Kau ini bertarung saja pandai, tapi renang masih kesulitan!" omel Samara.

"Aku ini pandai renang! Tapi kalau airnya dalam ya sulit," elak Haitham.

Di dekat kolam, terdapat Hasa, Arsa, Karel, Narandi, Darka, Dirgana, dan Wira yang menatap ke arah kolam.

"Berenang bagus untuk kesehatan. Mengapa kalian tak menyebur?" tanya Narandi pada yang lain.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang