9. Teruntuk Cintaku, Cassia

172 17 4
                                    

HASA SEDANG SIBUK BEKERJA di kantor pusat pemerintahan. Sementara di kediaman Jayadikara, Serana tampak menyiapkan suatu kejutan di kamarnya dan kamar Hasa.

Besok adalah ulang tahun Suaminya di bulan April. Serana ingin membuat kejutan dengan kue dan sebagainya di tengah malam.

"Apa Hasa akan menyukainya?" Serana menunjukkan sapu tangan dan dasi dengan rajutan bunga Tulip Merah yang melambangkan cinta abadi.

"Tentu saja, Nyonya," Mirah, pelayannya, tersenyum seraya menjawab pertanyaan Serana.

Karena Serana merupakan Tuan Putri sejak lahir, ia sudah diajarkan cara merajut sejak kecil. Tak heran jika rajutannya begitu bagus.

"Mirah, tolong ambilkan kotak di kasur," pinta Serana, yang langsung dituruti oleh pelayannya.

"Ini, Nyonya."

Dengan gurat merah di wajahnya yang menyuratkan rasa senang, Serana memasukkan sapu tangan dan dasi yang ia jahit sendiri ke dalam kotak yang dihias dengan pita tersebut.

"Tolong simpan ini di kolong kasur," perkataan Serana membuat Mirah meraih kotak itu dan menaruhnya di kolong.

"Kita akan apa setelah ini, Nyonya?" tanya Mirah.

"Ayo persiapkan makanan yang akan kita bagikan untuk warga," ajak Serana. Tetapi sebelum ia keluar dari kamarnya bersama dengan Mirah, pelayannya yang lain menghentikan di ambang pintu.

"Nyonya, ada surat untuk anda," ucap pelayannya.

"Dari siapa?" tanya Serana lalu mengambil surat tersebut.

"Tidak ada tulisan pengirimnya, Nyonya. Hanya ada tulisan penerimanya yaitu Nyonya," kata pelayan tersebut.

"Baiklah, terima kasih. Mirah, kau bisa menyiapkan makanan untuk warga duluan dengan yang lain. Aku akan menyusul nanti," titah Serana.

"Baik, Nyonya."

Kedua pelayan itu lantas meninggalkan kamar Serana dan Hasa. Setelah mereka pergi, Serana menutup pintu kamar dan berjalan untuk duduk di tepi kasur. Ia lalu membuka surat itu.

Teruntuk Cintaku, Cassia

Ini aku, Lian-mu. Apa kabarmu di sana? Maafkan aku karena sudah menitipkanmu kepada orang yang sangat asing. Tapi aku mengenal Hasa, dan dia adalah orang yang baik. Karena itu aku sengaja menikahkanmu dengannya agar kau bisa mendapatkan perlindungan dari Keraton Jayadikara.

Cassia-ku yang terkasih, setelah kondisi negaraku sudah lebih baik, aku akan membawamu bersamaku seperti apa yang pernah kau minta beberapa saat lalu ketika aku akan menikahkanmu dengan Hasa. Aku pasti akan menjemputmu kembali.

Tunggulah aku.

Tertanda, Killian

ㅤㅤ

Mendadak napas Serana tercekat membaca surat itu. Surat yang dikirimkan oleh Killian.

Ia lantas menuangkan air putih ke gelas yang ada di meja nakas, dan meneguknya cepat. Keringat dingin menuruni dahinya.

Apa yang Serana pikirkan?

Bisa-bisanya ia lupa terhadap eksistensi Killian. Dan juga mengapa ia bisa tega pada Killian dengan menyiapkan hadiah untuk Hasa? Serana tak mengerti dirinya sendiri.

Prang!

Gelas yang ada di tangannya pun tak sengaja jatuh ke lantai.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang