11. Dia, yang Kau Rindukan

225 17 4
                                    

KERAJAAN RENGGANA, 1940

Setelah mengamankan Adiknya untuk mengumpat, Putra Mahkota dari Renggana, Sehan Arno Renggana berlutut dengan napas tercekat di dekat mayat orang tuanya. Kedua orang tuanya di bunuh oleh para Belanda demi merebut wilayah mereka.

Sebelumnya, Sehan membantu para pasukan Kerajaannya berperang melawan Tentara Hindia Belanda, tetapi ia gagal. Karena itu dirinya di bawa ke dekat jasad orang tuanya untuk dibunuh dan nantinya jasadnya dikumpulkan di sebelah orang tuanya.

"Bajingan sialan!" umpatnya marah.

"Apa yang ia katakan?" salah satu tentara Belanda berkata dengan Bahasa Belanda.

"Katanya kau bajingan sialan."

Seorang pria datang diikuti beberapa orang di belakangnya. Letnan Killian datang dengan wajah datarnya.

"Letnan," hormat para pasukan Belanda.

"Bukankah sudah aku bilang, jangan membunuh keluarga Kerajaan?" kata Killian tajam.

"Komandan bilang jangan jadikan mereka tawanan. Lebih baik langsung bunuh saja," jawab bawahannya.

"Ah tua bangka satu itu," cibir Killian pelan. Matanya lalu terarah pada Sehan yang tengah terduduk lemas.

"Di mana Tuan Putri?" tanya Killian dengan Bahasa Indonesia, "Aku harus tau, karena tampaknya kau akan dibunuh."

"Aku juga tak tau," dusta Sehan, melindungi keberadaan Adiknya.

"Jangan bohong, Pangeran," intimidasi Killian, "Jika aku menemukan Adikmu, aku akan membunuhnya langsung. Kecuali jika kau mau memberitahu keberadaannya."

"Apa masalahmu?! Aku bilang aku tidak tau!" kesal Sehan.

"Kau pikir aku tidak tau kau berbohong? Kau kan bersamanya sedari tadi. Karena itu, beritahu aku keberadaannya," paksa Killian.

"Tadi aku memang bersamanya, tapi kan sekarang tidak!" Sehan masih bersikeras.

Killian lantas memasang wajah dinginnya. Matanya lalu menatap pada para bawahan. Dengan Bahasa Belanda, ia memerintah, "Cari Tuan Putri Serana sekarang juga. Bunuh dia jika ketemu."

Mendengar itu, Sehan yang paham Bahasa Belanda langsung membelalak, "Tidak! Aku mohon jangan! Aku akan melakukan apa saja, kecuali memberitahu keberadaannya."

Sebenarnya Killian memang tak ingin membunuh Serana. Ia hanya mengancam Sehan saja, karena Killian tau, Sehan paham Bahasa Belanda.

"Kau bersedia melakukan apa saja?" tanya Killian.

"Iya."

Satu-satunya opsi yang Sehan punya hanyalah ia akan dibunuh oleh para Tentara Hindia Belanda itu, karena sudah tertangkap.

"Kau harus menjadi bagian dari kami," tetapi Killian memberikan opsi lain.

Opsi yang sebenarnya tak pernah ada. Tetapi opsi ini adalah satu-satunya cara agar Sehan bisa hidup.

"Ja-Jadi aku harus mengkhianati negaraku?" ucap Sehan tercekat.

"Jika kau tidak memilih pilihan ini, kau akan dibunuh. Itu semua karena para pasukan sudah mengetahui keberadaanmu, jadi aku tak bisa menyelamatkanmu, kecuali dengan kau menjadi bagian dari Tentara Hindia Belanda," jelas Killian.

"Lebih baik kau bunuh saja aku dari pada aku mengkhianati negeriku sendiri," ucap Sehan berapi-api.

"Oh, ya? Lalu kau tega membiarkan Adikmu sendirian?" ancam Killian.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang