1. Pertemuan Pertama

573 35 5
                                    

PRIA BERJAS HITAM tengah berjalan menyusuri koridor gedung tempatnya bekerja. Setelah berjalan beberapa saat, suara menghentikan langkahnya yang cepat itu.

"Bung Hasa!"

Sang Pangeran muda bernama Hasa, berbalik ke belakang untuk menatap pada rekan kerjanya, Karel.

"Ya, Bung Karel?" Hasa tampak menjawab dengan malas.

"Aku sudah dengar semuanya. Katanya pria Belanda itu memintamu menikahi seorang gadis ya?" tanya Karel memastikan.

Menghela napasnya, Hasa baru akan membuka mulut. Tetapi, sebuah suara yang muncul membuatnya mengurungkan niat.

"Kenapa bertanya jika sudah tau, Bung Karel?" timpal sahabat mereka, Arsa.

"Aku kan hanya penasaran," Karel berdecih.

"Iya, aku akan menikah," Hasa berkata dengan santai. Ia pun melanjutkan jalannya, diikuti oleh dua orang pria di belakang tubuhnya.

"Menyerah tanpa syarat hanya pada Jepang saja. Tapi para Belanda itu malah memberikan syarat bisnis pada Indonesia," Arsa terkekeh memikirkannya.

"Gadis itu mungkin mata-mata. Mereka menjadikan Hasa sebagai pengantinnya, karena jangkauan Hasa sangat luas," Karel menyimpulkan. Yang mana Hasa sendiri pun sudah memikirkannya.

"Kerjakanlah urusan kalian. Aku sedang tidak dalam suasana hati membahas pernikahan," ucap Hasa, lalu masuk ke dalam ruangannya.

***

Gadis Indonesia dengan paras ayunya berjalan menuju seorang pria yang akan pergi jauh itu. Tetesan air mata menuruni wajahnya.

"Kau tak akan kembali lagi?"

Sang pria hanya bisa tersenyum miris. Ia pun juga tak rela meninggalkan gadis itu. Tetapi ia harus melakukan ini.

"Aku akan kembali jika bisa."

"Tolong. Tolong jangan pergi," pinta sang gadis, "Aku tak mau menikah."

Tangan maskulin itu lantas mengelus rambut gadis tersebut dengan lembut, "Kau harus menikah demi keselamatanmu."

"Apa aku tak boleh ikut denganmu?"

"Serana," sang pria memanggil halus, "Jika kau bersamaku, kau harus hidup dibawah banyak sekali tekanan. Aku tak ingin kau melakukannya. Karenanya kau akan dinikahkan dengan Pangeran itu."

Yang dipanggil hanya bisa menggigit bibirnya sedih. Serana, ia masih tak siap.

"Jaga dirimu, Serana," kata sang pria.

"Kau juga, jaga dirimu," balasnya parau.

"Bawa dia ke dalam," titah pria tersebut. Pelayan pun lantas membawa Serana ke dalam rumah.

Ia harus melihat orang yang telah bersamanya selama beberapa saat, pergi kembali ke kampung halamannya. Belanda.

***

"Nona Serana akan tiba di Jayadikara dalam beberapa menit lagi."

Mendengar bawahannya, Prawara, pria bernama Hasa tersebut hanya mengangguk singkat. Ia juga tidak tertarik sama sekali.

KOLONIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang