3. Damn Night

153 25 0
                                    

"Ma, kok gak bilang kalo mau kesini?" tanya Zera kaget saat melihat sang ibunda yang tengah duduk disofa rumahnya.

Zera hanya tinggal bersama beberapa maid dibandung, sedangkan orang tuanya sibuk bekerja dijakarta. Zera sengaja meminta tinggal dibandung sendiri, ia hanya butuh kebebasan.

"Papa kemana, Ma?" tanya Zera setelah mencium tangan Linda, sang ibunda.

"Cari bakso disekitar komplek katanya." jawab Linda, Zera hanya memangguk dan berjalan menaikki anak tangga.

"Ze!"

"Iya, Ma?" sautnya sambil membalikan badan.

"Nanti ikut Mama sama Papa ke acara reunian ya?" ajak Linda, ucapan Linda membuat Zera berpikir sebentar, "Zera harus ikut, Ma?" tanyanya.

"Iya dong, temen temen Mama pada ajak anaknya." jawab Linda.

Zera menghela napas sejenak, "Okey, Zera ikut." finalnya, jujur ia sangat malas untuk bersosialisasi diacara seperti itu, ia lebih memilih untuk bernyanyi bebas dikamar mandinya.

...

"Mama bilang juga apa? Jangan pake sepatu itu ngeyel sih kamu!"

Malam itu heals milik Zera copot. Wanita itu menggigit bibir bawahnya untuk berpikir. Hari ini terasa sial setelah Zera bertemu dengan Atlaskar.

"Kamu tunggu sini, Papa cari toko sepatu deket deket sini." ucap Ardan, Papa Zera.

"Gak usah, Pa. Zera tunggu dimobil aja, Papa sama Mama masuk aja." kini keputusan Zera telah bulat, ia memutuskan untuk menunggu dimobil.

"Beneran gak apa apa?" pasti Linda.

Zera mengangguk lalu tersenyum tipis, "Zera gak apa apa." jawabnya, lalu Linda mengangguk, "Yaudah Mama sama Papa masuk, kalo mau pulang pesen taksi aja." ucap Linda kembali.

Mereka berangkat menggunakan mobil bertiga, mengingat Zera tidak bisa mengendarai mobil, dan sang supir yang mengambil cuti satu bulan ia pasti harus pulang menaikki taksi online.

"Mual gue lama lama di mobil!" gerutu Zera pada dirinya sendiri, pasalnya wanita itu pemabuk jika lama lama berada dimobil.

Ia memutuskan untuk keluar dari mobil, Zera menatap jalanan yang kosong lalu menghela napas, "Sialan banget lo sepatu!" gerutunya.

"Gue sumpahin lo kena karma!"

Kata kata Laskar tiba tiba terngiang diotak Zera, apakah ini karma untuknya? Tapi bukankah dirinya tidak salah?

"Bodo amat, mending pesen taksi." ucapnya yang kemudian mencoba membuka pintu mobil.

"Kok gak bisa?"

Wanita itu mengerutkan keningnya lalu menggeleng, "Gak lucu sumpah nih mobil!" ucapnya yang masih mencoba membuka mobilnya.

"Please lah HP gue didalem." kali ini sial kembali menimpa Zera, mobilnya terkunci dari dalam dan sialnya ponselnya tertinggal didalam.

"Bangsat!"

Plak!

Reflek wanita itu memukul bibirnya sendiri, "Goblok lo Ze. Malah ngomong kasar!" ucapnya. tiba tiba suasana menjadi sangat menegangkan bagi Zera.

Jalanan sepi, tidak bersuara, yang hanya dipenuhi oleh banyaknya kendaraan berparkir membuat Zera bungkam akan suasana disana.

"Lari gak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri sangat pelan.

Dengan perasaan gaduh wanita itu mengangkat kedua heels nya. Tanpa aba aba, Zera lari sekencang mungkin. Jalanan yang begitu sepi membuat Zera ingin memejamkan matanya

Tin!

"WOY MAU GUE KREMASI LO?!"

Zera menjatuhkan kedua heals nya lalu menutup kedua telinganya menggunakan tangannya.

"MATIIN LAMPUNYA, GUE GAK BISA LIAT!" teriak Zera yang masih memejamkan kedua matanya.

"Bodo amat. Minggir gak lo?!"

Mendengar suara itu kedua bola mata Zera terbuka sempurna, wanita itu berlari kecil kearah lelaki yang baru saja ingin menabraknya dengan motor besarnya.

"La-laskar?!"

Dari balik helm lelaki berjaket hitam itu mengerutkan keningnya, kemudian ia melepas helmnya.

"Please, tolongin gue..." pinta Zera sambil menyatukan kedua tangannya memohon.

"Jadi lo, murid baru yang belagu." ujar Laskar saat mengetahui wanita yang hampir ia tabrak itu Zera.

"Gak penting. Anterin gue pulang sekarang." pintanya kembali.

Justru Laskar malah tertawa, "Lo amesia apa gimana? Lo punya salah sama gue!" ujar Laskar dengan nada sedikit tinggi.

"Gu-gue minta maaf, gue salah. Gue buang bekas permen karet sembarangan." final Zera, kini Laskar menjadi harapan satu satunya.

Lelaki itu berdecih lalu menatap heels wanita itu yang berada di tengah jalan yang sepi, "Makan tuh karma!" tunjuk Laskar pada heals nya.

"La-"

"Cepet naik!" potong Laskar yang menatap malas Zera.

"Sepatu nya dibawa lah pinter!" gerutu Laskar saat mengetahui Zera telah menaikki motornya.

"Biarin, udah rusak." jawab Zera.

...

"Kok malah kesini?"

"Turun, pilih sandal yang bener, gak usah banyak gaya!" perintah Laskar yang kini membawa Zera kesebuah toko sepatu.

Zera turun yang dari motor besar milik Laskar memejamkan matanya sejenak, "Gue gak bawa dompet." ucapnya

"Payah banget lo, cewe apaan yang gaya nya kayak gini tapi gak bawa dompet. HP lo mana coba?" tanya Laskar saat melihat Zera merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Mobil gue kekunci, dan barang barang gue didalem. Puas?!" kini Zera tidak tau lagi harus bagaimana mengatur emosinya ini.

Laskar memutar bola matanya malas, lalu ia berjalan meninggalkan Zera.

"Las, tungguin!" teriak Zera yang mengejar Laskar dari belakangnya.

"Pilih yang mana cepet, keburu gue ada urusan!" ucap Laskar. Zera berdecak sebal, mengapa lelaki ini sangat aneh.

"Anterin gue balik ketempat tadi. Kemobil gue." pinta Zera kembali.

Laskar menghela napas kembali, "Cepet pilih yang mana, gue bayarin." ucap Laskar yang membuat Zera memejamkan matanya.

"Lo aneh. Tinggal anterin gu-"

"Lo lebih aneh! Lo pikir gue gak malu boncengin lo tanpa sandal gitu?!" jawab Laskar dengan nada sedikit tinggi.

"Cepet pilih yang mana? Tapi gue gak mau kalo pake yang ada sol tinggi tinggi kayak gitu." ucap Laskar.

Zera menatap Laskar tak suka, "Emang kenapa? Gue juga gak bakal ambil heals." ucap Zera.

Karena lama menunggu Zera memilih sepatu, Laskar segera mengambil asal sepatu yang berada di rak itu lalu menarik paksa tangan Zera.

"Udah, Mas? Ini aja?" tanya seorang kasir itu.

Laskar tersenyum tipis lalu mengangguk, "Lo kelamaan, bangsat." bisik Laskar pada Zera.

"387 ribu."

Zera membulatkan kedua matanya sempurna mendengar ucapan kasir itu, bahkan ia memiliki sepatu itu namun milik Zera berwarna hitam, dan harga nya tak semahal itu.

"Pake!" titah Laskar kepada Zera.

"Gue beli gak semahal itu, gila." ucap Zera heran.

Laskar tersenyum miring, "Berarti punya lo palsu!" ejeknya.

...

So High School
~
Taylor Swift

sebelumnya aku pernah up cerita ini, tp kali ini aku revisi lagi dan cast nya baru semua, jangan luoa pencet bintang ya, i hope u like it guyss.

Hello, Atlaskar! (JAY X NINGNING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang