Mawar Biru 8.

14 11 1
                                    

Arselio yang mendengar suara Kara yang begitu indah menyapa telinganya, dengan judul lagu sedih yang Kara pilih membuatnya ingat akan keluarganya di masa lalu, saat itu Arselio yang masih duduk di bangku SD sudah selesai mengerjakan PR nya.

Flashback on...

Arselio pun berjalan ke arah bangku sofa lain ingin memperlihatkan PR yang sudah siap ia kerjakan pada ibunya yang sedang menelepon, Arselio pun memanggil ibu nya sambil sedikit mengguncang tangan ibunya.

"Bu.. Lihat PR aku udah siap" ucap Arselio kecil.

"Bentar ya.." jawab sang ibu lalu beranjak pergi dari sofa masih dengan telepon di telinganya.

"Pah.. Lihat" ucap Arselio lagi yang sekarang berdiri di dekat bapaknya yang sedang sibuk mengotak-atik leptop yang ada di hadapannya.

"Main sendiri dulu ya.." jawab sang bapak, Arselio seketika pun terdiam dan melirik orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, tanpa peduli padanya sedikit pun.

Sampai Arselio pun beranjak dewasa sekarang ia sudah duduk di bangku SMP, ia yang ingin di akui oleh kedua orang tuanya selalu belajar dengan giat, sampai-sampai menyiksa dirinya untuk tidak tidur.

Sampai ia berhasil meraih banyak kejuaraan, dari mendali, piala, penghargaan, semua ia dapatkan, bahkan lemarinya sampai penuh dengan berbagai macam piala dan mendali, tapi tidak sedikitpun orang tuanya melirik padanya atau pun sekedar mengucapkan selamat saja tidak.

Ia lebih sering sendiri dan sudah terbiasa oleh hal itu, orang tua yang tidak ada di rumah, bersiap sendiri, bangun, menyiapkan makanan, bahkan ia sering mendengarkan pertengkaran orang tuanya, dari soal perkerjaan, kesibukan satu sama lain, sampai ke dirinya juga mereka perdebatankan.

"Kamu kira aku gak tau! Kamu di tempat kerja ngapain aja! Kamu godain cewek!" teriak Prili pada Wijaya.

"Itu salah kamu! Kamu yang selalu gak ada waktu untuk aku!" Wijaya ikut teriak pada Prili istrinya.

"Aku gak punya waktu! Kamu bilang aku gak punya waktu! Kamu yang gak pernah punya waktu untuk aku! Jangankan untuk aku, untuk anak kita aja kamu gak punya waktu!" teriak Prili sambil menunjuk ke samping mengisyaratkan anak mereka Arselio yang berada di lantai atas kamarnya.

"Aku udah muak! Kamu aja gak punya waktu untuk anak kita! Trus kamu menuntut waktu dari aku!" balas Wijaya memegang bahu Prili yang sudah meneteskan air mata tah dari kapan.

Di sisi lain sebenarnya Arselio sedang berdiri di tangga mematung mendengar peng tengkaran kedua orang tuanya, ia yang ingin mengambil minum tanpa sengaja mendengar semua peng tengkaran orang tuanya.

"Sekarang kamu mau kemana!?" tanya Prili masih dengan nada tingginya melihat Wijaya yang mengambil jas dan ponselnya di atas meja.

"Aku mau cari ketenangan dan itu bukan di sini!" jawab Wijaya dengan penuh emosi dan segera berjalan keluar dari rumah.

"Bilang aja kamu mau ketemu selingkuhan kamu!" teriak Prili yang mengikuti Wijaya sampai ke teras rumah, lalu menyaksikan Wijaya yang pergi dengan mobilnya.

Flashback off...

"Kau, jaga selalu hatimu.. Saat jauh dariku.. Tunggu, aku kembali.. Ku' mencintaimu selalu.. Menyayangimu sampai, akhir menutup mata.." lanjut Kara menyanyikan lagu itu, sambil mengingat seseorang yang duduk di sebuah bangku dengan gitar yang di mainkan, di tambah suaranya yang sangat lembut pada saat itu.

"Kau.. Mampu.. Membuatku tersenyum dan, Kau..! Bisa..! membuat nafasku lebih, berarti.." Suara Kara yang naik dan turun sesuai lirik lagu itu membuat siapa saja yang mendengarnya kagum, suaranya begitu indah bahkan sampai, jika ia ingin meninggikan suaranya.

Mawar Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang