Mawar Biru 9.

14 12 0
                                    

Flashback off...

"Kenapa lo cerita hal itu?" tanya Kara yang sudah tau cerita itu dari Alexa dan yang lain.

"Lo tau apa alasan Alvan mau pergi pas itu?" tanya Zieken yang masih mengingat jelas kejadian yang mengubah semuanya waktu itu.

"Gak memang apa?" tanya Kara dengan polosnya.

Zieken pun mendekat ke arah Kara dan membisikkan alasan mengapa Alvan mau pergi pada saat itu, Kara yang mendengar alasan itu langsung meneteskan air mata, dengan kedua tangan yang menutup mulutnya erat.

"Gak.. Gak.." ucap Kara menahan isak tangisnya.

"Maaf Kar.. Maaf.." ucap Zieken yang melihat Kara syok.

Kara langsung terduduk di lantai sambil menangis dan mengingat momen-momen indahnya bersama Alvan, tertawa di atas motor bersama, berjanji bersama.

Zieken hanya bisa berlutut di depan Kara dan menarik Kara dalam pelukannya, ia hanya bisa mengucapkan kata maaf berulang kali pada Kara yang masih menangis.

"Alasan ia mau pergi itu lo," ucap Zieken di telinga Kara lalu menjeda ucapannya.

Flashback on...

"Kalau lo gak pergi ngejalanin pengobatan lo keluar, nanti lo gak bisa lihat Kara lagi," ucap Zieken pada Alvan yang terdiam dengan mata yang melebar.

Seketika Alvan mengingat Kara dan momen-momennya bersama, saling bercanda, tertawa bersama, dan ia takut harus pergi dan membuat Kara terluka dan kembali seperti dulu lagi, dengan goresan banyak di tangannya, trus menangis, tidak ada lagi senyumannya yang indah, mengingat semua itu dan membayangkannya sungguh membuat Alvan takut.

"Okey gue mau pergi ngejalanin pengobatan" jawab Alvan dengan tegas.

Beberapa bulan pun berlalu, sekarang Alvan sudah membaik walaupun belum sepenuhnya sembuh, sekarang ia bisa pulang ke kota yang sangat ia rindukan, dan menemui Kara, sudah berapa bulan lamanya ia tidak menemui gadis itu, dengan wajah senangnya ia mengendarai motornya, menuju Bandara.

Alvan bukan hanya sendiri di perjalanan itu, ada Zieken, Aurora, Athena, dan Algenria, di belakangnya yang juga mengendarai motor mereka masing-masing, hujan pun turun tidak deras hanya gerimis yang membuat Alvan sangat senang di hari itu, bukan hanya karna dia bisa kembali tapi juga karna dia bisa berada di bawah hujan yang sudah lama tidak ia lakukan.

Karna penyakitnya membuat ia tidak bisa bermain hujan, karna itu ia cukup senang sekarang, Zieken dan yang lain yang melihat Alvan sangat senang, tersenyum dan ikut bahagia, sampai suatau kejadian terjadi, seorang anak yang tiba-tiba berjalan ke arah jalan membuat Alvan yang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi tak sempat mengerem, yang membuat ia mengelak dari anak kecil itu.

Tapi ia yang mengelak tidak sengaja malah tertabrak mobil dari lain arah yang menyebabkan ia terpelanting jauh dan terbentuk di tiang jembatan di sana, motornya juga terjatuh di bawah jembatan, Alvan langsung meninggal di tempat, sedangkan anak kecil tadi yang terkena bagian kaki Alvan harus terjatuh dan terbentur di aspal yang membuatnya koma.

Alexa yang berada di rumah saat itu di kotanya sedang malam hari, sedangkan di tempat Zieken dan yang lain di sana sedang siang, Alexa terbangun di malam itu tah kenapa perasaannya tak enak, dan paginya benar saja Zieken mengabarkan Alvan sudah tidak ada, untung saja pada saat itu Dilan tidak ikut pergi dengan yang lain dan tetap berada di kota.

Kara yang tidak terima akan kabar itu menangis histeris, bahkan sampai ia mengambil sebuah kaca dan menggores tangannya dengan kaca itu, Dilan yang melihatnya dengan cepat mengambil kaca itu dan menarik Kara ke dalam pelukannya, sampai Kara pun tenang berkat obat yang di berita Alexa sebelumnya, Kara pun tertidur di dalam pelukan hangat Dilan.

Mawar Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang