Mawar Biru 12.

12 11 1
                                    

"Oh, yah.. Kalau lo di giniin nanti ortu lo yang di kenal kaya itu marah gak ya, nanti kami semua malah kenak amukan ortu lo, bisa-bisa kami di keluarkan" ucap seorang murid yang awalnya ikut berbicara untuk Kara, murid itu bernama Lisa ia murid setingkat Kara.

Kara yang mendengar ucapan keduanya tersenyum miring dan sedikit terkekeh, ia pun mulai memikirkan ucapan Naleta yang membicarakan tentang Arselio, di situ juga ia sadar kalau ia memang menyukai Arselio, dari pertama ia melihat Arselio ia sudah tertarik, dan harus ia akui Arselio selalu saja ada di dalam pikirannya, setelah itu Kara mulai memikirkan ucapan Lisa yang menyebut orang tuanya.

Ia masih mengingat jelas ucapan papah nya waktu itu di malam Kara Putri Mahendra berulang tahun, di malam penuh rasa trauma dan takut itu ia mencoba berbicara pada Dali.

Flashback on...

"Pah.. Kara mau ngobrol sebentar sama Papah," ucap Kara yang berdiri menghadap Dali yang duduk di sofa dengan laptop yang ada di atas meja.

"Cepat, saya masih banyak pekerjaan penting" jawab Dali dengan nada serius dan memperhentikan aktifitasnya yang mengetik laptop.

"Jadi gini Pah.. Kalau semisal Kara di ganggu lagi di SMA ini boleh gak Papah datang ke sekolah dan belain Kara," ucap Kara yang sedang panik sampai pikirannya sejauh itu, padahal masih beberapa bulan lagi ia baru masuk ke SMA, jantungnya pun berdetak sangat kencang mengisyaratkan kalau ia benar-benar takut.

"Itu kamunya aja yang cari masalah!, gak usah repot-repotin saya!, urus hidup kamu sendiri!, udah untung di kasih sekolah malah ngebuat masalah!" jawab Dali dengan nada tinggi dan emosi bercampur kesal.

"Kalau gitu untuk apa Kara hidup, mati aja" ucap Kara dan menjawabnya sendiri, membuat Dali yang sudah fokus lagi ke laptop tiba-tiba berhenti mengetik, lalu menoleh ke arah Kara yang sudah berjalan membelakanginya ingin menaiki tangga.

"Yaudah mati aja!" ucap Dali dengan suara lantang dan tinggi, Kara yang mendengar ucapan Papah nya itu sempat berhenti melangkah sebentar, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Flashback off...

Kara yang trus di bukul tiba-tiba tertawa dengan keras setelah mengingat semua itu, ia bahkan ternyum dengan indah, Kara mengeluarkan tres yang ia rasakan dengan kembali tertawa dan tersenyum sama seperti saat di rumah sakit waktu itu.

Semua yang murid cewek yang melihat itu senpat terdiam kaget tapi setelah itu kembali memukul dan meninju Kara di bagian perutnya, saat ingin kembali meninju di bagian wajah, Kara langsung bereaksi dengan memegang tangga murid yang ingin meninju nya tah bagaimana caranya melepaskan tangannya.

Setelah berhasil memegang tangan murid itu Kara langsung memelintirnya dengan kuat membuat murid itu berteriak kesakitan, murid-murid yang lain melihat ikut ingin memantu dan menyerang Kara, tapi dengan mudah Kara mengalahkan mereka sekaligus, yang tersisa hanya Lisa dan Naleta yang berdiri mematung melihat kejadian itu.

Kara pun kembali tertawa dengan keras lalu beranjak pergi dari situ, saat ia keluar ia membalas Naleta dan Lisa dengan mengunci pintu gudang itu dari luar, lalu kuncinya di buang begitu saja oleh Kara dengan senyum indahnya, Kara yang kembali berjalan tiba-tiba melihat hujan yang turun, dari hanya gerimis sampai ke lebat, ia yang masih tersenyum pun menambah senyumannya kekita melihat hujan yang semakin deras, dengan darah yang masih ada di area mulutnya iya ia berjalan ke arah hujan.

Saat itu rasanya Kara sangat bahagia di bawah hujan deras ia menari-nari tanpa mencemaskan dirinya dan tas sekolahnya yang basa, saat itu Kara sebenarnya sangat sakit di dalam hatinya, tapi dirinya tah kenapa tidak bisa menangis melainkan hanya bahagia.

Mawar Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang