PROLOG

76 14 20
                                    

Hasil imaginasi sendiri.

Dilarang keras menjiplak dan semacamnya.

***

"Selamat pagi anak-anak!!"

"Pagi Pak Pras..!" seru murid-murid serentak.

"Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Jakarta. Dia, tampan banget yaa." ujar Pak Pras seraya terpana melihat ketampanan Xavier. "Buat gadis-gadis harap berhati-hati. Jangan sampai kalian tidak fokus belajar karena sibuk menikmati ketampanan Xavier."

"Huu...!" seru para murid.

"Xavier, ayo perkenalkan diri kamu!"

"Hai semua, namaku King Xavier Pramana. Kalian bisa panggil aku Xavier aja. Aku baru pindah dari Jakarta. Mohon bantuannya nanti supaya kita lebih akrab. Terimakasih!"

"Pasti kita bantu kok King, jangan khawatir aku akan slalu mendampingimu." seru Bianca centil.

"Huu...!, dasar Bianca pemburu cowok keren. Hahaha...!" teriak salah satu murid cowok di belakang.

"Sudah, sudah! Just information, Xavier ini adalah salah satu murid terpintar di sekolah lamanya. Jadi kalian harus tetap rajin belajar agar tidak dikalahkan olehnya. Oke! Xavier, silahkan kamu duduk di sebelah Rendi."

"Baik pak..."

Langkah Xavier tertuju pada sebuah bangku di sebelah Rendi yang disarankan oleh Pak Pras. Dia sempat menoleh ke samping kirinya sebelum akhirnya duduk. Di bangku itu terlihat seorang gadis yang tengah fokus membaca bukunya. Dia adalah seorang wanita tomboy yang sebelumnya sempat membuatnya terkesima. 

Semua orang memanggilnya Xena, Queen Xena Raga. Memiliki wajah yang manis membuat Xavier mudah sekali mengingatnya. Gadis itu berambut panjang namun lebih suka menggulungnya. Tubuhnya mungil tapi terlihat atletis. 

Xavier menjadi saksi, saat dua orang badboys  sedang mengganggu seorang gadis junior. Dia merasa ketakutan hingga akhirnya terpojok pada sebuah dinding sekolah. Salah satu cowok melakukan slut- shiming, membuat Xavier berpindah dari pijakannya dan hendak membantu gadis itu. Belum lama kakinya melangkah, Xena tiba- tiba datang menarik tangan laki- laki tersebut, kemudian dipelintir hingga dia meringis kesakitan. Siswa yang lain menghampiri Xena, terlihat dari jauh dia sudah mengepalkan tangannya. Belum sampai pukulannya mendarat, dengan cepat Xena menendang tulang betisnya.  Dia menunduk memegang kakinya yang kesakitan, Xena menghajarnya kembali dengan lutut  tepat di wajahnya sampai akhirnya siswa tersebut  jatuh. Dia tampak meringis dengan hidung yang melelehkan darah segar. Mereka akhirnya ketakutan lalu lari terbirit- birit.  

Xavier terpesona dengan keberanian cewek tomboy itu. Gadis mungil berwajah manis itu telah berhasil mencuri perhatian Xavier yang baru pertama kali menginjakkan kaki di SMA Tri Murti Surabaya.

"Halo, aku Rendi."

"Hai, salam kenal."

"Meki kamu pintar, jangan pernah lengah sama dia. Namanya Xena, dia adalah murid paling pintar di sekolah ini."

Rendi menunjuk Xena yang duduk tepat di samping Xavier. Sejak kelas satu, Xena selalu berada di urutan paling atas. Dia punya empat sahabat cowok. Salah duanya berada di kelas yang sam dengannya. Dia duduk di belakang, namanya Jonathan dan satu lagi Damian. Jonathan adalah cowok yang paling deket dengan Xena. Dia tidak banyak bicara dan berkharisma. Wajahnya mempesona meski lebih banyak tak berexpresi, mungkin karna dia adalah anak salah satu crazy rich di Surabaya. 

Dua yang lain ada di kelas sebelah. Namanya Bryan dan Kenzo. Xena berasal dari keluarga miskin, dia belajar di sekolah favorit itu berkat bantuan beasiswa. Itu kenapa Xena selalu berusaha keras untuk tetap  menjadi juara. Meski dia hanya kerikil, tapi Xena tampak bersinar seperti berlian di tengah- tengah keempat pangeran keren itu.

"Jadi namanya Xena?" tanya Xavier seraya tersenyum memandangnya, "Apa dia semacam atlit beladiri? Aku tadi melihatnya berantem dengan dua cowok sekaligus."

"Emh, tentu saja. Dia atlit karateka bersabuk hitam."

"Hah? Cewek sependek dia?"

Body-shiming itu terdengar sangat jelas di telinga Xena. Dia memandang Xavier dengan tatapan tajam dan dingin. Nakalnya, Xavier  justru melemparkan senyumannya yang menggoda. Xena memalingkan wajahnya, dia sama sekali tidak tergoda dengan ketampanan Xavier yang di gilai banyak wanita itu.

"Ssttt... jangan keras-keras Xavier, aku gak mau bonyok gara-gara kamu yaa."

"Emang dia segalak itu?"

"Behh, jangan di tanya. Bisa gepeng kamu kalau macem-macem sama dia. Bahkan, gak ada satu cowokpun yang berani deketin dia buat jadi pacar."

"Wahh sayang sekali. Padahal Xena semanis itu."

"Ehh Xavier, aku saranin kamu gak usah aneh-aneh sama dia. Itupun kalau kamu masih mau terlihat tampan."

"Aku gak yakin Xena akan tega merusak wajahku yang tampan ini. Hahaha...." celoteh Xavier dengan penuh percaya diri.

"Percaya diri banget kamu...! Xena itu bukan tipe cewek yang mudah tergoda dengan wajah tampan."

"Benarkah? Gimana kalau ternyata dia sama aja kayak cewek- cewek yang lain. Cewek yang mudah jatuh dalam pesonaku."

"Emh, buktinya selama ini gak ada yang berhasil dapetin dia."

"Aku yang bakal dapetin dia. Kalau gak berhasil, iPhone 16 pro ini buat kamu."

"Oke, deal yaa...." Rendi bersalaman dengan Xavier tanda kesepakatan janji tersebut telah di buat.

Xavier memandang  Xena dengan penuh keyakinan, bahwa gadis itu akan dengan mudah bisa dia taklukkan. Xena yang menyadarinya menghunuskan tatapan tajam sebagai tanda permulaan sebuah permusuhan.

Xavier tak menghiraukannya, dia justru menggodanya dengan mencoba mengulurkan tangan serta mengajaknya berkenalan.

"Hai, aku Xavier...!" sapanya.

Xena berdiri dari tempat duduknya sambil membawa buku yang ada di meja. Dia menatap Xavier sinis, "Sudah tau...!"ujarnya sarkas. Lantas pergi melewati tangan Xavier begitu saja.

Sifat kasar Xena tak membuat Xavier kecewa sedikitpun. Dia malah terlihat senang dan semakin merasa tertantang untuk mendapatkannya.

"Aku bilang juga apa..." ujar Rendi gentar.

"It's oke, aku suka!" sahut Xavier sembari tetap tersenyum menatap Xena yang sedang bicara dengan Pak Pras.

***

TBC

Dear pembaca, thanks banget jika kalian bersedia follow Author dan memberikan vote sebagai apresiasi. Semoga kalian suka membacanya, and see you next chapter.

XENA The Aggressive Friend ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang