Bab 2 Sentuhan pertama

56 8 7
                                    

Sudah dua minggu sejak kepindahan Xavier di SMA Trimurti ini. Sekolah favorit yang di kenal tempat berkumpulnya anak-anak orang kaya tersebut.

Di tengah-tengah suasana mendebarkan, saat semua murid menunggu hasil ujian matematika dibagikan. Xena justru menempelkan pipinya di meja. Pandangannya fokus pada Xavier yang sedang termangu, menunggu giliran namanya dipanggil oleh Pak Pras.

Otak Xena berselancar dalam batinnya sendiri. Dia memperhatikan setiap lekuk wajah Xavier. Hari ini Xavier hadir dengan rambut barunya. Style korea dengan poni dan cat warna coklat menghiasi wajahnya yang indah.

Hidungnya yang mancung masih tertancap tegas di tempatnya, garis rahang yang tampak jelas sangat sempurna membentuk wajahnya bak Oppa-oppa korea.

King Xavier Pramana, telah menjadi idola baru di sekolah itu mengalahkan sahabat Xena bernama Bryan. Sebelum Xavier menginjakkan kaki di sekolah itu, Bryan merupakan idola para wanita yang terus di kagumi. Dadanya yang bidang, membuat banyak gadis ingin bersandar disana. Namun Sejak kepindahan Xavier dari Jakarta, mampu merubah banyak hal di sekolah tersebut.

Termasuk Xena, predikatnya sebagai murid paling pintar di sekolah menjadi terancam. Karena selain kaya dan tampan, Xavier juga salah satu murid paling pintar disekolah sebelumnya.

Tak heran jika banyak cewek-cewek yang tergila-gila pada Xavier. Kesempurnaannya jelas membuat Xena merasa iri. Terlahir dari keluarga miskin bukanlah hal yang diinginkan Xena. Sudah lama dia merasa dibuang dan tidak diinginkan oleh orang tuanya sendiri. Sejak kecil, dia tak pernah tau siapa ibunya. Sedang ayahnya, tak pernah perduli bahkan sering melakukan kekerasan fisik terhadapnya.

Klotaaakkkk !!!

" Aduuhhh_"

Lemparan spidol itu lending dengan sempurna tepat mengenai kepala Xena.
Xena yang kaget segera mengangkat kepalanya dan mencari tau tersangka penyerang spidol tersebut.

" Xena, Xena... " Damian yang duduk satu bangku dibelakangnya memanggil nama Xena berkali-kali, sembari mengoncang-goncangkan bangkunya.

Xena yang masih kesakitan meringis memegang kepalanya, sambil berusaha menoleh kebelakang.

" Apaan si Dam?"

" Kamu gak denger? Dari tadi Pak pras manggil namamu."

Seketika mulutnya menganga. Xena menarik nafas panjang, matanya membelalak seakan tak percaya bahwa tersangka yang menyerangnya dengan spidol tadi adalah Pak Pras.

"Queen Xena Raga.....!" Pak Pras kembali meneriaki namanya. Entah ini yang keberapa kali. Suaranya sangat melengking bagaikan tangga nada Tenor.

Kini semua mata siswa di kelas tertuju pada Xena. Mereka menatapnya dan berbisik satu sama lain, karena penasaran tentang apa yang dilakukannya sedari tadi.

Xena tak dapat menyembunyikan wajahnya yang memerah. Karena saat itu,  Xavier juga ikut menoleh dan menatap wajahnya dengan heran sembari mengangkat sebelah alisnya.

" I- iya Pak." Xena buru-buru beranjak dari bangkunya dan segera melebarkan langkah menuju Pak Pras berdiri.

" Xena, akhir-akhir ini Bapak perhatikan kamu semakin tidak fokus. Kenapa sekarang nilai ujian matematika kamu malah turun? Bahkan nilai Xavier sudah dua angka lebih tinggi di atasmu. Hati-hati, jangan sia-siakan beasiswa kamu ya."

Pak Pras mengomel sambil memberikan kertas hasil ujian kemaren.

Xena merasa kecewa sekaligus malu telah dikalahkan oleh anak baru.

" King Xavier Pramana...!"

Xavier beranjak dari tempat duduknya dan segera melangkah kedepan setelah namanya di panggil oleh Pak Pras.

XENA The Aggressive Friend ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang