Bab 8 Pertarungan di mulai

27 8 7
                                    

Xavier mengenggam erat, foto Ibunya yang baru saja terjatuh dari buku Xena. Dirinya kini telah terbelenggu, oleh rasa penasaran yang dalam. Otaknya berpikir keras tentang sebuah rahasia yang mungkin telah di sembunyikan oleh wanita yang ada di dalam foto tersebut. Pikiran negatif mulai muncul di benaknya. 'Apa mungkin, Xena beneran saudaraku? Ahh sialan...! Apa yang di rahasiakan Mama di belakangku. Mungkinkah, ini alasan Mama kurang memperhatikanku? Karena dia sibuk mengurus keluarganya yang lain. Arrggh... Kenapa harus Xena. Seseorang yang baru saja singgah dihatiku. Orang pertama yang ingin aku cintai dengan sungguh- sungguh. Kenapa harus dia...?'

Kebencian Xavier terhadap Ibunya semakin membesar. Dadanya terasa sesak, tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan. Dia tak dapat menyimpan rasa penasarannya sendiri. Hal ini benar- benar menganggu pikirannya.

Kemudian Xavier berlari menyusul Xena. Dia berharap, segera mendapatkan penjelasan dari gadis yang selalu bersikap galak kepadanya itu.

Rupanya Xena tak menyadari, telah menjatuhkan foto yang di rahasiakannya dari semua orang. Dia berjalan pelan di koridor tanpa memikirkan apapun. Hingga kemudian berjumpa dengan keempat sahabatnya Jonathan, Kenzo, Bryan dan Damian. Dia melemparkan senyum yang merekah serta melambaikan tangan pada mereka.

"Hai guys...!" sapa Xena sumringah.

Mereka melempar senyum yang sama seraya melambaikan tangan pada Xena.

Specially for Jonathan. Hatinya terus berdebar- debar menunggu Xena sampai di hadapannya. Dia belum bisa melupakan kejadian semalam. Pikirannya terus melamunkan sosok Xena yang berdiri dengan hanya di selimuti handuk berwarna putih. Otaknya mulai nakal. Bagaimana mungkin disaat seperti inipun, Jonathan membayangkan Xena sedang berjalan kepadanya, dengan hanya berkemben handuk sembari menebarkan senyuman yang menggoda. Dia tak berhenti tersenyum seraya menatap Xena. Hingga pada akhirnya, lamunan itu buyar saat Xavier tiba- tiba datang dari belakang Xena. Dia langsung menggandeng tangannya dan menjauh dari keempat pangeran yang di segani oleh para murid di sekolah itu.

Mereka berempat cukup tercengang dengan sikap berani Xavier. Hingga membuatnya tidak tahan untuk mengumpat karena merasa tidak di hormati.

"Kurang ajar tu Xavier. Berani- beraninya dia menyerobot Xena di depan kita." gerutu Damian.

"Guys... Gimana kalau kita beri dia pelajaran!" usul Bryan.

"Wait...! Gak usah pakek kekeran bisa kan?" sanggah Kenzo.

Sementara Jonathan hanya bisa mengumpat dalam hatinya, 'Dasar Xavier brengsek! Beraninya dia mencuri wanitaku...!' Dia terdiam cukup lama sembari  terus menatap bayangan Xena yang semakin menghilang.

"Ayo kita susul mereka!" ajak Jonathan.

***

"Xavier...! Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Xena seraya berusaha melepaskan  tangannya dari genggaman Xavier.

"Ikut aja..." jawab Xavier datar.

Dia terus menarik Xena, melewati beberapa meter anak tangga hingga akhirnya sampai di lantai rooftop.

Xavier menatap mata Xena dalam. Pelan- pelan dia mulai melepaskan tangannya. Kelopak mata Xavier turun kebawah, pandangannya tak lagi fokus. Bagian sudut bibirnya sedikit menurun. Dengan berat, Xavier mencoba mengatur emosinya dan mulai bicara dengan perlahan.

"Xena, apa sebelumnya kamu kenal Mamaku? Dan apa itu sebabnya, Mama datang bersamamu ke UKS?" tanya Xavier dengan sangat hati- hati.

"No...! Tentu saja tidak. Aku gak kenal Mamamu. Kita hanya kebetulan aja ketemu di koridor."

"Lalu..., kenapa foto Mamaku jatuh dari dalam bukumu?" tanya Xavier sembari menunjukkan foto wanita itu.

Mata Xena membulat sempurna, otaknya berpikir keras.'Bagaimana bisa foto itu sampai di tangan Xavier'. Dia berusaha berpikir tentang sebuah penjelasan. Haruskah dia bicara jujur saja agar Xavier bisa membantunya? Atau mungkin, merahasiakannya adalah pilihan yang lebih baik.

XENA The Aggressive Friend ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang