Bab 4 Playboy cap kapak

53 8 13
                                    

"Baik anak-anak, jam pelajaran kimia hari ini Bapak akhiri. Sampai ketemu minggu depan, kita langsung berkumpul di laboratorium. Oke...!"

"Baik Pak Surya...!" seru murid-murid serentak.

"Oh ya Xena, Bapak minta tolong bawakan cairan kimia ini ke labolatorium  ya. Dan, hati-hati tangan kamu. Ini bisa berbahaya."

Xena bergegas membereskan peralatan menulisnya di meja. Kemudian berangsur membawa cairan kimia Sodium Lauryl Sulfat ke lab.

Belum sampai langkahnya keluar kelas si playboy  Xavier datang dan mengganggunya lagi. Heran, suka banget dia gangguin Xena. Padahal cewek-cewek banyak yang antri dan rela buat dia mainin. Apa dia uda bosen sama boneka barbie. Sekarang malah penasaran sama anabel.

"Mau aku bantu?" tanya Xavier menawarkan diri.

"Eng-gak perlu....! Minggir biar aku aja."

Xena bergeser agar bisa lolos dari hadangan Xavier. Suara lembutnya yang menyentuh telinga kemaren, masih bernyanyi dalam pikirannya. Sentuhan kulit Xavier yang membuatnya merinding, masih menari-nari di otaknya. Xena mulai kehilangan akal, ngapain sekarang dia malah menatap bibir Xavier sembari membayangkan sesuatu yang nakal. Pegangannya mulai tidak stabil. Dia sangat berhati-hati dengan cairan kimia yang kini ada di tangannya.

"Eits, tunggu dong...! Kiss aku gimana rasanya?" tanya Xavier sumringah.

Dia niat sekali menanyakan hal tidak penting itu di depan teman- teman sekelas. Xavier tentu yakin, pertanyaan itu bisa membangun pikiran negatif di antara teman-temannya. Rupanya dia sengaja ingin membuat Xena kesal untuk mendapatkan perhatian darinya. Bola mata Xena bergerak kesana kemari. Seluruh mata murid memandang tertuju padanya. Mereka berbisik dan sangat sibuk bak semut yang berbaris.

Degup jantung Xena meningkat. Telapak tangan yang memegang cairan kimia itu mulai basah. Tubuhnya tremor dan mulutnya kering bagaikan Gurun Sahara. Kata kiss itu terasa sangat menggelitik untuk Xena yang belum pernah melakukannya. Bibir manisnya itu sungguh belum tersentuh sama sekali. Bagaimana bisa Xavier dengan mudah menciptakan persepsi teman- temannya di kelas. 

"A- apaan sih...?" 

Xena merasa tak nyaman dengan situasi ini. Kepalanya mulai pusing, dia menyeret kakinya mundur dan ingin segera pergi dari neraka yang diciptakan Xavier ini.

"Kiss? Xavier kamu kiss Xena?" tanya Bianca histeris sembari memaku tegak tubuhnya.

"Tanya dong sama Xena..." ujarnya cengengesan.

"E-enggak enggak." jawab Xena spontan.

Badan xena bergerak tak beraturan. Dan suhu tubuhnya meningkat 60°c. Dia semakin geram pada Xavier yang terlihat bahagia di tengah-tengah ke ambiguan bahasa yang dia lontarkan.

Xena segera menghindari Xavier, mencoba meloloskan diri dari hadangan tubuhnya yang kekar. Namun Xavier masih saja mencoba menahannya hingga dia tertabrak dan menumpahkan cairan kimia tersebut ke tangan Xavier.

"Hah..! Xena, kenapa kamu jahat banget sih sama pangeranku. Ini kan bahan kimia berbahaya."

Bianca mendekat dengan tergopoh-gopoh, dia mencoba membersihkan cairan tersebut di tangan Xavier. Bibir Xavier yang tadinya sumringah, mendadak tertutup rapat. Dia merasakan sesuatu yang panas menyentuh kulitnya yang halus dan bersih itu.

Suasana di dalam kelas berubah mencekam. Teman-teman yang tadinya sibuk menggosipi Xena, kini mereka menjadi hakim yang seolah-olah siap memberinya tuntutan. Xavier menekan tangannya, dia mulai merasakan reaksi dari cairan SLS tersebut. Xavier lantas bergerak berlari keluar kelas.

XENA The Aggressive Friend ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang