Bab 10 Ada yang berbeda

15 5 0
                                    

"Xena, kalau kayak gini terus, jangan salahkan aku kalau melawan." ancamnya.

"Hahaha...! Jo, aku sudah lama menunggu perlawananmu." sahut Xena.

"Apa kamu sudah gak marah?"

"Aku tidak sempat marah disaat seperti ini...!"

Xena merasakan aliran listrik melintasi kulitnya, dan saat bibir mereka hampir bersentuhan, jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

Mata mereka tenggelam semakin dalam. Kedua wajah itu semakin mendekat hingga bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Jonathan hampir saja meraih bibir Xena sebelum akhirnya, bel masuk kelas berbunyi_

Te- teet...!

Sekita Jonathan terperanjat kaget lantas mendorong Xena hingga terjatuh.

"Shit...! Lagi- lagi...?! Aarggh...!" racau Xena seraya mengacak- acak rambutnya sendiri.

Ini adalah kali ke- dua Jonathan membuat Xena jatuh hingga malu seperti semalam. Rasa bersalah itu terpampang sangat jelas di wajahnya, "Ough, Xena maaf...!" sesalnya seraya mengulurkan tangan.

Xena menimpali tangan Jonathan sembari beranjak, "Gak usah...!" rajuknya.

"Kamu marah lagi?"

"Ish.. Ngeselin banget sih kamu...!" teriaknya seraya mendorong Jonathan.

"Maaf, maaf ya kalau aku gak sopan sama kamu?"

"Apa? Kamu minta maaf?"

"Sorry, Sorry... banget. Harusnya aku gak sekurangajar itu sama kamu."

Jonathan menelan ludahnya, mencoba memadamkan getar yang selalu hadir ketika mereka bersama. Di dalam dirinya, ada kata-kata yang sudah lama terjebak, kalimat sederhana yang ingin ia ucapkan, tapi selalu terhenti di tenggorokan.

Sebagai pria, tentu saja dia juga mulai tergoda dengan Xena. Rasa yang bermula dari sebuah kekaguman berubah menjadi perasaan cinta yang tumbuh seiring waktu kebersamaan mereka. Sikap agresif yang di tunjukkan kepadanya akhir- akhir ini. Mata yang bersinar penuh antusias, semuanya membuatnya terpikat.

Seumur hidup, belum pernah sekalipun Jonathan menyentuh seorang wanita. Malam itu, adalah kali pertamanya bersentuhan dengan seorang gadis dengan intim. Namun, ia juga tahu bahwa menunjukkan perasaannya bukanlah pilihan. Jadi ia menjaga jarak, menutupi segalanya dengan pengalihan sikap, dan terus berusaha memfokuskan pikirannya pada apa pun selain perasaan yang muncul setiap kali mereka bersama.

Sementara Xena tersungut mendengar sebuah pernyataan aneh dari cinta pertamanya itu. Sungguh, bukan ini yang ingin Xena dengar. Dia pikir, Jonathan sudah mulai peka dengan perasaannya.  Tapi, apa ini? Dia justru menganggap itu adalah suatu kesalahan?

Xena terus mencoba memberikan sebuah isyarat tentang perasaannya, namun setiap tindakan yang dia lakukan hanya membuatnya merasa di tolak. Seolah ada jurang yang semakin melebar di antara mereka, rasanya seperti memetik buah yang tak pernah tumbuh. Tak peduli seberapa jelas ia mencoba menunjukkan perasaannya, Jonathan tak pernah benar-benar merasakannya.

"Terserah kamulah...!" rajuknya. Lantas pergi meninggalkan Jonathan.

***

Xena berjalan di koridor sekolah saat hendak menuju kelas. Tanpa sengaja dia tertabrak Xavier hingga menjatuhkan rokoknya. Di waktu yang bersamaan Pak Pras datang dan melihat sebungkus rokok yang sedang tergeletak di bawah kaki mereka.

"Hei... Rokok siapa ini?" tanya Pak Pras pada mereka berdua.

Xena dan Xavier saling memandang. Xena tampak putus asa. Dia memberikan kode lewat tatapan matanya, berharap Xavier membantunya kali ini. Xavier mengerti lantas tersenyum. Namun hal ini dijadikan kesempatan baginya untuk membuat sebuah kesepakatan.

XENA The Aggressive Friend ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang