Bab 11 Mereka jadian?

19 6 6
                                    

"Selamat siang anak-anak...!"

"Siang Pak Pras...!"

"Ujian semester pertama sebentar lagi. Bapak minta kalian harus lebih giat belajarnya. Dan_ ohh ya, tadi Bapak dapat pesan dari Kepala Sekolah. Berhubung sebentar lagi kita akan memasuki tahun ajaran baru, jadi pihak sekolah akan segera membuat iklan untuk penerimaan siswa baru. Xavier dan Xena, karena kalian murid paling pintar di sekolah ini, jadi pihak sekolah meminta kalian untuk menjadi model."

"Ciiee... ciiee..."

"Huuu..."

Semua siswa-siswa dikelas menyoraki kami.

"Ssstt, sudah sudah...! Oh ya, Xavier, Xena Bapak ucapkan selamat kepada kalian sebagai pasangan baru. Tadi kalian bilang sudah pacaran kan?"

"Apa? Xavier... Kamu kok tega hianatin aku sih...?" rengek Bianca.

"Huu... Xavier benar- benar playboy unggul guys...!" teriak salah satu siswa.

Semua mata tertuju pada Xavier dan Xena. Tidak ada yang aneh dengan itu. Namun sikap diam Xena membuat Xavier menyimpan pertanyaan besar dalam benaknya. Harusnya dia marah, atau menunjukkan ekspresi tidak suka setiap kali ada hal yang berhubungan dengan Xavier. Namun kali ini tidak, Xena terlihat sengaja membiarkan rumor itu menyebar. Dia terlihat menikmatinya.

Xavier menyadari Xena yang sedang menata wajahnya dengan cermat. Dia berusaha terlihat santai tetapi Xavier cukup mengetahui ada ketegangan yang bersembunyi di balik diamnya. Tangan-tangannya tetap tenang di permukaan meja, tapi jemarinya sedikit gemetar, seolah mengontrol suatu rahasia yang ia miliki. Xavier dapat merasakan dalam hati Xena, meski dia terlihat biasa saja, ada kegelisahan yang mendesak, berharap tidak ada satu orangpun yang menyadarinya.

"Cukup, cukup, kalian bisa menyelamati Xavier dan Xena nanti setelah jam pelajaran selesai, ok! Buat Xavier dan Xena, kalian ke kantor setelah ini ya."

"Baik Pak...!" jawab Xena.

Sementara Jonathan terlihat tenang dalam kediamannya, meski sebenarnya ada kekecewaan yang ia pendam dalam-dalam. Setiap sikap yang coba ia tunjukkan seolah terjaga agar tidak menyingkap perasaan yang telah ia sembunyikan. Hatinya berteriak, namun bibirnya tetap bisu, menjaga rahasia luka yang hanya dirinya tahu. Matanya mungkin tak berkaca-kaca, namun di dalam benaknya, ada badai yang terus bergejolak. Jonathan terpaksa menyembunyikan perasaan itu, karena ada hal-hal yang lebih besar untuk dijaga daripada sekadar meluapkan emosinya.

Beberapa saat kemudian__

"Baik anak- anak, jam pelajaran hari ini berakhir. Xena, Xavier, jangan lupa kalian ke kantor dulu sebelum pulang."

"Baik Pak..."

Xena mengemasi semua barang- barangnya di meja. Dia segera bersiap pergi ke kantor sesuai perintah dari Pak Pras tadi.

Belum sempat kakinya melangkah tiba- tiba datang beberapa fans fanatik Xavier menyerbu kelas.

" Xavier, Xavier...!"

Beberapa cewek meneriaki namanya. Kehadiran mereka begitu cepat laksana semut yang berkerumun begitu bel pulang berbunyi.

Seorang cewek junior menyerobot masuk kemudian menyodorkan sekotak kue, "Hai kak Xavier, ini kue buatanku sendiri. Nanti coba cicipi yaa."

Satu cewek lagi datang menghempasnya minggir sebelum sempat menyelesaikan urusannya dengan Xavier. Cewek baru itu memberikan sebuah paperbag bertuliskan brand Cole Haan sembari menebar senyuman genitnya, "Xavier, ini oleh-oleh dari london. Kemaren papaku baru aja pulang untuk urusan bisnis. Aku sengaja minta beliin sepatu kets ini karna pasti cocok buat kamu."

XENA The Aggressive Friend ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang