11. Ketua Galau

1.2K 57 1
                                        

•••

"Jika ada yang membuat kamu tidak nyaman. Katakan kepada saya. Apapun yang kamu inginkan katakan kepada saya."

— Fathir Ibrahim El-Zayn —

•••

Happy Reading

•••

Sebuah mobil berwarna hitam terlihat mendekati pesantren. Dua pemuda yang berjaga tak jauh dari pesantren tentu mengenali siapa pemilik mobil itu.

"Baaa!"

"Anjim!"

"Astaghfirullah!"

Ucap dua pemuda yang tidak lain adalah Arfan dan Galen.

"Lo yah! Ngagetin aja!"

Ayesha hanya tersenyum lebar menanggapi protes keduanya.

"Btw Lo Kristen, Len. Ngapain istighfar? Udah login Lo?" tanya Ayesha dengan manaik turunkan kedua alisnya.

"Refleks. Lagian bokap sama nyokap nggak ngasih izin buat login," jawab Galen.

Arfan memukul kepala Galen yang membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Ya jelas nggak boleh lah, bego. Bokap Lo kan pendeta!" ucap Arfan.

"Kasian dah." balas Ayesha.

"Nih gue bawain minum buat Lo berdua." Ucap Geo.

"Thanks."

"Babang Geo emang yang terbaik," ucap Galen.

"Alay Lo."

Galen memutar bola matanya malas mendengar balasan Ayesha.

"Kira-kira ada pergerakan lagi nggak dari Geng Lion Ice?" tanya Ayesha.

"Nggak ada sih. Tapi nggak tau," jawab Galen.

"Yang gue tahu. Itu anggota Lion Ice yang dari Bandung. Anggota dari Jakarta belum ada gue lihat." ujar Arfan.

"Sekitar 80 orang yang dari Bandung. Nggak tau yang dari Jakarta. Mereka situ sulit ditebak," sahut Galen.

"Kita harus persiapin anggota yang lebih banyak."

"Kalo cuman 80 orang mah. Anggota Gouden Draak yang di sini juga lebih kali. Apalagi kalo ditambah setengah pasukan dari Jakarta. Apa nggak tambah banyak," ucap Ayesha.

"Tapi kita nggak bisa anggap ini enteng."

"Fan. Selama pentolan Gouden Draak ada. Lo santai aja." Potong Galen.

"Gue masuk dulu cuy. Udah lama banget gue di luar."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam!" Jawab ketiganya termasuk Galen.

Geo menggeplak kepala Galen kuat. "Inget agama. Lo Kristen bego!"

🌷🌷🌷

Ayesha memasuki ndalem lewat pintu belakang. Dia kesini karena ingin memberikan titipan Rahman, sekalian memberikan bakso bakar untuk Umma Fatimah juga.

"Assalamualaikum, Umma." sapa Aysha. Tak lupa mencium punggung tangannya.

"Waalaikumussalam, nduk." jawab Umma Fatimah.

Untuk Ayesha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang