Chapter23

41 1 2
                                    

   Reva menatap sepatu putihnya dengan nanar, emosinya langsung memuncak menendang tangan Nana yang memegang kakinya. "Kurang ajar lo na!!" Reva ikut menendang dan menganiaya Nana.

   Diikuti Aditya, Nandin, Rian, dan Silvia.

   "Kenapa lo nggak ngehalangin mereka?" Tanya Talisa pada Levy yang terdiam dengan mimik wajah tegang ketakutan.

   "Gue sama Angga udah coba ngehalangin mereka, tapi Monica malah ngebentak kita dan minta gue sama Angga buat diem."

   "Tunggu! Monica? Kok gue nggak pernah denger nama itu ya?" Talisa keheranan

  "Monica itu Kakak sepupu Nana, dia sekolah di Star Gold High School." Jelas Levy

  "Terus, kalian kok bisa kenal dia?"

"Monica dulu teman SMP Nandin dan Reva, waktu Monica tau kalau Nandin satu kelas sama Nana Monica nyuruh mereka berdua buat ngebully Nana supaya Nana gak betah dan pindah sekolah. Tapi sayangnya usaha Monica gagal dan dia melakukan hal itu untuk menyingkirkan Nana." Levy menambahkan penjelasan mengenai rencana jahat Monica.

  "Dan...sebenarnya bukan kejahatan itu aja yang gue tau sa," Lanjut Levy dengan suara lemah

"Maksudnya?"

  Jadi sesaat setelah Nana kehilangan nyawanya semua orang yang ada diruangan itu panik dan kebingungan, Levy yang takut terseret kasus itu berjalan mundur perlahan mendekati tangga kemudian berjalan keluar. Sesampainya di pintu keluar Levy terpaku melihat keberadaan Kia yang menatapnya dengan air mata yang mengalir deras.

   Levy menoleh kebelakang berharap teman-temannya tidak menyadari keberadaan Kia, Levy menarik tangan Kia menjauhi pintu itu. "Lo ngapain disini?" Tanya Levy dengan nada panik.

  "Apa yang udah kalian lakuin ke Nana? Apa salah Nana?" Tanya Kia diiringi isakan.

   "Pliss, lo diem. Lo jangan ngomong tentang ini kesiapapun! Kalo sampai orang lain tau, lo bisa habis ditangan Monica" Tubuh Kia jatuh ia terduduk lemas dengan tangisan yang semakin deras, tubuhnya bergetar terisak.

   "Kalian ngapain!!" Teriak Monica, Levy yang berjongkok dihadapkan Kia menoleh, keringat dingin mengucur keluar dari tubuh Levy ia takut hal buruk terjadi kepada Kia. Hal itu juga dirasakan oleh Kia, namun ada hal lain

  "Apa yang sudah kamu lakukan kepada sahabat ku!?" Tanya Kia dengan sisa energi dan keberaniannya dia berdiri menatap kedua mata Monica.
+
   "Ooh.. Jadi kamu sahabat adikku,," Monica bersedekap dan berjalan pelan kearah Kia, melihat Kia dari bawah hingga atas memperhatikan penampilannya "Palang Merah Remaja" Monica membaca bet yang merekat di dada kiri Kia dengan senyum miring.

    Levy yang seolah menyadari akan terjadi sesuatu yang buruk pada Kia mencoba mengalihkan Monica "Mon, mending lo masuk kedalam biar gue yang urus dia" Ucap Levy menunjuk kepintu masuk ruang bawah tanah.

   Monica menatap Levy, dan tertawa kecil "Gue tau maksud lo, dia udah tau perbuatan kita. Nana udah mati dan sahabatnya ini akan ngelaporin kita ke polisi." Mendengar bahwa Nana tiada ditangan Monica, Kia terbelalak kaget lidahnya kelu air mata kembali menetes.

"Maksud kamu apa! Kamu membunuh sahabat saya?!" Bentak Kia menyulut emosi Monica, Levy memegang kedua pundak Monica dari depan dan membawanya kembali masuk kedalam ruang bawah tanah.

   Tanpa Levy duga Kia mengikutinya dari belakang, Kia terpaku melihat tubuh sahabatnya tergelatak dengan baju yang sudah kotor terkena tanah dan darah. Kia hendak berlari kearah sahabatnya namun dicegah oleh Angga.

  Monica yang mengetahui hal itu hendak menghampiri Kia namun dihalangi oleh Levy, "lo ngapain sih nahan-nahan gue!" Bentak Monica

   "Lo mending balik dan diem, jangan ngomong ke siapa siapa tentang hal ini" Ucap Angga
  "Gue pastikan dia bakal tutup mulut mon, kalau sampai orang lain tau lo bunuh aja Gue! Jadi cukup Nana yang jadi korban lo" Lanjut Angga

Monica menyetujui ucapan Angga, kemudian menyuruh Kia pergi. Dengan langkah berat Kia meninggalkan sahabatnya yang sudah tidak bernyawa. Sepeninggalan Kia mereka kebingungan, bagaimana caranya supaya kejahatan ini tidak diketahui oleh orang lain, Monica menyuruh Angga, Levy, Rian dan Aditya untuk menggali tanah tujuannya untuk menguburkan jasad Nana dan alat-alat yang mereka gunakan untuk menganiaya Nana.

  Setelah melakukan hal itu, mereka membersihkan TKP dan badan mereka kemudian kembali ketempat acara sedangkan Monica pergi dari sekolah itu melalui pintu belakang.

  
"Dua hari setelah kejadian malam itu, Monica minta semua orang yang udah terlibat di kejadian itu untuk kumpul dirumahnya. Disana dia berencana buat ngehabisin Kia. Tapi gue sama Angga nolak karena kira nggak mau terlibat kejahatan yang sama."

  Diperkumpulan itu ada seorang pemuda yang berusia lebih tua dari mereka, Monica memperkenalkan pemuda itu dengan nama Aldi.

   "Lo tau Clara kan?" Talisa menganggukkan kepalanya
"Dia juga ada disitu" Talisa terkejut sekaligus heran

  "Waktu SMP Clara, Kia dan Nana satu sekolah sama gue, dan gue selalu ngeliat mereka itu kemana-mana selalu bareng"

"Jadi mereka bertiga itu sahabatan?" Levy mengangguk

   Mereka membuat rencana untuk membunuh Kia, awalnya Clara  mengajak Kia keluar pada malam hari dan di depan rumah kosong yang sudah ditentukan Clara akan meninggalkan Kia dengan alasan mencari bengkel untuk motornya yang sedang mogok dengan berjalan kaki.

   Beberapa saat setelah Clara pergi, Aldi mendatangi Kia dan membawa paksa Kia masuk kedalam rumah kosong, didalam sana Aldi memperkosa Kia kemudian membunuhnya dibantu Aditya dan Rian.

  Setelah Kia tewas mereka bertiga membawa jasad Kia  ke ruang bawah tanah yang ada di sekolah untuk menguburkannya.

  Mendengar cerita Levy membuat Talisa meneteskan air mata dan membatin "Kia, sekarang aku tau pelakunya"

  "Monica melakukan rencana itu karena dia takut kalau sewaktu-waktu Kia akan melaporkan dirinya ke polisi"

  "Kenapa lo nggak nyegah Monica?" Talisa merasa geram dengan sikap Levy yang hanya diam mengetahui rencana Monica.

   "Gue udah berusaha nyegah dia, tapi dia malam ngancem gue. Dia bilang bakal ngehancurin keluarga gue."

"Mungkin lo berpikir bahwa gue pengecut karena takut sama ancaman Monica, asal lo tau Papanya Monica seorang pengusaha besar, uangnya juga banyak. Dengan uang-uang itu Monica bisa aja nyawa orang buat ngehancurin keluarga Gue" Jelas Levy

  Perlahan Talisa memahami posisi Levy, ia menatap lekat kedua mata Levy "Sekarang gue butuh bantuan lo buat nyari bukti, supaya mereka bisa dipenjara." Levy terlihat sedang memikirkan ucapan Talisa.

  "Ini demi keadilan temen gue," Ucap Talisa dengan suara lemah dan bergetar sembari memegang pundak Levy, terlihat Levy menarik nafas panjang

  "Gue mau bantuin lo" Ucapnya mantap.

Mereka berdiskusi bagaimana cara mencari barang bukti yang bisa membuat orang-orang yang terlibat masuk penjara dengan hukuman yang sangat berat.


  Setelah beberapa lama mereka belum juga menemukan solusi, Talisa melihat jam dihandphone nya dan mengajak Levy untuk turun karena mereka sudah terlambat masuk kelas.




*

*

*

*

*

Halo Guys(^o^)

Terimakasih banget buat kalian yang selalu setia dan sabar menunggu cerita ini UP. ˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙

Author minta maaf nih, kalau misalkan ada kesamaan nama tokoh, kejadian, atau tempat. Memang sebagian tempat author ambil dari daerah tempat tinggal author, tapi kalau nama dan alur cerita atau kejadian itu semua murni dari pikiran author. (ʘᴗʘ✿)

Maaf juga kalau ceritanya agak gak nyambung, soalnya autor baru belajar nich(*'∨'*)

Satu lagi jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini ya(●♡∀♡)

See you the next time(◍•ᴗ•◍)

Don't forget to follow my instagram:

cyvah_nr
🤗🤗




Misteri Toilet SekolahWhere stories live. Discover now