Chapter 21

68 1 3
                                    

Pertandingan sudah selesai, Gavin berjalan menuju tribun dimana Diqal berada terlihat sebuah senyuman manis yang tertuju padanya rasa lelahnya seusai pertandingan terasa seperti menguap begitu saja.

"Nih, buat kamu" Talisa memyodorkan air mineral yang tadi ia beli kepada Gavin dengan senyuman, Gavin menerima air mineral itu dan meminumnya. Tulisan terus menatap Gavin yang tengah mengusap keringatnya menggunakan handuk kecil, bagi Talisa Gavin terlihat semakin tampan dan mengagumkan.

Sadar dirinya diperhatikan Gavin menegur Talisa,"Kamu ngapain ngeliatin aku kayak gitu," Talisa tak menjawab, ia merasa malu karena kepergok memperhatikan Gavin.

"Kamu udah makan?" Tanya Talisa, untuk menghilangkan rasa malunya. Gavin menggelengkan kepalanya Talisa merasa bersalah karena dirinya Gavin tidak makan, ia mengabaikan Gavin yang menunggunya untuk makan bersama.

Talisa berdiri dan menggandeng tangan Gavin kemudian mengajak Gavin menuju kantin untuk makan bersama, dengan senang jati Gavin menerima ajakan tersebut. Mereka berdua keluar dari GOR dengan Talisa yang masih memegang lengan Gavin, sembari berbincang dan bergurau, banyak pasang mata yang melihat kedekatan mereka dan tentunya merasa sangat iri. Sesampainya dikantin Gavin membeli makanan dan minuman untuk dirinya dan Talisa. Mereka menikmati hidangan tersebut dengan hati yang gembira.

"Gavin, aku minta maaf ya gara-gara aku tadi kamu nggak makan,"Ucap Talisa dengan nada bersalah

"Nggak apa-apa sa," Jawab Gavin sembari tersenyum hangat, membuat Talisa ingin sekali teriak dan melompat kegirangan.

"Ada hal yang penting ya, yang kamu bahas sama Levy tadi?" Pertanyaan Gavin membuat Talisa terdiam dan menatap Gavin sejenak.

"Emmm, iya" Jawab Talisa dan kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya secara perlahan.

"Kok ragu jawabnya? Kenapa?"
"Nggak apa-apa kok," Talisa menjawab dengan menyunggingkan senyuman.
"Nggak mau cerita?" Talisa kembali terdiam

"Emmm.... Itu cuma soal tugas kok, udahlah nggak usah bahas Levy. Mending kita lanjut makan aja." Sebenarnya Talisa sangat ingin menceritakan hal tersebut kepada Gavin, namun ia tidak ingin banyak orang tahu tentang masalah Levy dan kemampuannya yang bisa melihat hal-hal tak kasat mata.

Mereka menyelesaikan makan mereka kemudian Gavin mengantarkan Talisa hingga depan kelasnya. Membuat hati Talisa berbunga-bunga dengan perlakuan sederhana Gavin kepadanya. Talisa masuk kedalam kelasnya, matanya mengarah ketempat duduk Levy, "Belum balik," Gumam Talisa.

Hingga bel pulang sekolah berbunyi Talisa belum juga melihat tanda-tanda keberadaan Levy membuatnya gelisah dan khawatir. Talisa pulang bersama Dea sesampainya dirumah Talisa mencoba untuk menghubungi Levy namun tak ada jawaban.

Pada malam harinya Talisa mencoba untuk menghubungi Levy kembali dengan mengirimkan serentetan pesan dan panggilan yang bertubi-tubi tetap saja tidak ada respon sedikitpun dari Levy. Talisa beranjak turun dari kasurnya ia berjalan menuju rumah Dea yang ada disebelah rumahnya, Talisa memanggil manggil nama Dea sampai akhirnya Dea keluar.

"Ikut aku yuk," Ajak Talisa, tanpa menanyakan tujuannya Dea segera mengiyakan ajakan Talisa. Mereka berdua melajukan motor yang dikemudikan Dea menuju warung bakso yang terletak tepat diseberang sekolah, sesampainya disana terlihat suasana sekolah yang sedikit ramai membuat Dea dan Talisa keheranan.

"Sa, Itu ada apa ya? Kok ada Bu Nungki segala?" Ucap Dea bertanya-tanya. Talisa tidak menggubris pertanyaan Dea ia terus memperhatikan gerombolan orang-orang itu sembari berfikir keras.

"Apa mereka nyari Levy ya?" Batin Talisa,ia berjalan mendekati gerombolan orang-orang itu meninggalkan Dea yang terus memanggil namanya. Terlihat mimik wajah panik pada semua orang, tak lama Pak Udin_petugas keamanan berjalan mendekati mereka dengan raut wajah khawatir dan menyerah.

"Permisi bu, ini ada apa ya?" Tanya Talisa pada Bu Nungki, beliau yang tengah tertunduk lesu mendongakkan kepalanya dan memperlihatkan mimik wajah yang sama.

"Talisa,, kamu satu kelas sama Levy kan? Kamu tahu nggak Levy pergi kemana? Orang tuanya bilang kalau Levy nggak pulang kerumah dan disini motornya Levy masih ada, kamu tahu kemana Levy?" Ucap Bu Nungki panjang lebar, membuat Talisa membatin "bener dugaanku kalau mereka nyari Levy"

"Iya bu, tadi waktu istirahat pertama saya sempat makan berdua sama Levy, terus tiba-tiba Levy lari ke lorong yang menuju Lab pemasaran setelah itu saya nggak tahu Levy kemana. Tadi saya juga sempat nyari Levy tapi nggak ketemu." Jelas Talisa

"Tadi saya sudah nyari kearah sana tapi Levy nggak ada," Ucap Pak Udin

"Ini gimana Pa.. Anak kita nggak ketemu," Tangis seorang wanita paruh baya.

"Coba Pak cari satu kali lagi, saya bantu deh" Talisa menawarkan diri yang awalnya dilarang oleh Bu Nungki karena sudah malam namun Talisa tetap memaksa karena ia yakin bahwa Levy ada disekitar lorong itu. Karena Talisa yang terus memaksa akhirnya Bu Nungki mengizinkan Talisa untuk mencari Levy, bersama Pak Udin, Papa dan Kakak laki-laki Levy.

Mereka berjalan menuju lorong Lab sesampainya ditengah-tengah lorong mereka berpencar Pak Udin dan Papa Levy mencari kearah Lab sedangkan Talisa dan Kakak laki-laki Levy berjalan menuju arah gudang. Dengan kunci yang Pak Udin beri tadi, Talisa membuka pintu gudang lalu mereka berdua masuk kedalam gudang yang gelap menggunakan flash handphone. Dengan langkah pelan Talisa dan Kakak laki-laki Levy menelusuri area gudang bersama, sembari memanggil nama Levy dengan suara pelan.

Talisa menghentikan langkahnya membuat Kakak laki-laki Levy bingung, Talisa meletakkan jari telunjuknya dibibir ia menajamkan pendengarannya kemudian kembali berjalan mengikuti suara yang ia dengar. Di sudut gudang yang penuh dengan barang-barang usang terdengar suara isakan membuat mereka berdua saling pandang. Kakak laki-laki Levy berjalan didepan, ia menyingkap sebuah gorden yang tergantung diatas meja yang tersusun.

Akhirnya orang yang mereka cari sedari tadi ketemu, Levy terduduk sembari memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya disana. Dengan tubuh yang bergetar Levy berteriak ketakutan.

"JANGANN!!JANGANN!!" Kakak laki-lakinya menepuk pundak Levy dan mencoba menenangkannya setelah menyadari bahwa itu kakaknya Levy mendongakkan kepalanya dengan nafas yang terengah-engah dan raut wajah lega.

Beberapa saat setelah mereka menemukan Levy, Kakak laki-lakinya mengajak Levy untuk keluar, mereka memapah Levy sembari berjalan perlahan, sebelum menutup pintu Talisa melihat sosok yang tadi pagi mengikuti Levy ada didalam gudang itu sedang menatap kearah mereka. Segera Talisa menutup pintu gudang dan menguncinya kemudian segera mengajak Levy dan kakaknya untuk pergi dari sana.

Sesampainya mereka di pos keamanan, Levy kehilangan keseimbangan tubuh dan terjatuh Ibunya menangis dan memeluk Levy yang terlihat tak berdaya sembari terus mengucap syukur dan terimakasih pada Talisa. Tanpa banyak adegan keluarga Levy segera membawa Levy kerumah sakit Bu Nungki dan Pak Udin ikut serta bersama mereka. Sedangkan Talisa kembali menghampiri Dea yang sedang menunggu Talisa di warung bakso dengan semangkuk bakso yang sudah tandas.


*

*

*

*

*

Halo Guys(^o^)

Terimakasih banget buat kalian yang selalu setia dan sabar menunggu cerita ini UP. ˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙

Author minta maaf nih, kalau misalkan ada kesamaan nama tokoh, kejadian, atau tempat. Memang sebagian tempat author ambil dari daerah tempat tinggal author, tapi kalau nama dan alur cerita atau kejadian itu semua murni dari pikiran author. (ʘᴗʘ✿)

Maaf juga kalau ceritanya agak gak nyambung, soalnya autor baru belajar nich(*'∨'*)

Satu lagi jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini ya(●♡∀♡)

See you the next time(◍•ᴗ•◍)

Don't forget to follow my instagram:

cyvah_nr
🤗🤗







Misteri Toilet SekolahWhere stories live. Discover now