Chapter 9

222 3 4
                                    

    Pak Yusuf keluar dari ruang UKS dan menghampiri mereka.

  "Talisa, Dea kalian berdua kembali saja kedalam kelas" Ucap Pak Yusuf, Talisa dan Dea pun menuruti apa yang Pak Yusuf bilang.

  "Kami permisi dulu, Assalamu'alaikum" Ucap Talisa dan segera pergi dari sana.

  "Waalaikumsalam" Jawab Pak Ustadz dan pak Yusuf secara bersamaan.

  "Sa, pasti kita bakalan dihukum deh.. " Ucap Dea dengan resah

  "Pastilah.." Ucap Talisa yang memang merasa bahwa nanti hukumannya akan ditambah

  Benar saja, belum sempat Talisa dan Dea mengucapkan salam mereka berdua sudah disemprot oleh Bu Dewi.

  "Assalam... "

"Dari mana saja kalian!?" Bentak Bu Dewi yang memang sudah berdiri di samping pintu sejak tadi.

     "Maaf Bu, tadi kita dari ruang UKS" Jawab Talisa sambil menundukkan kepalanya.

      "Sudah saya nggak mau dengar alasan apapun dari kalian, sekarang kalian berdiri di depan dan angkat salah satu kaki kalian.. Cepatt!!" Perintah Bu Dewi dengan amarah yang sudah benar-benar meledak, mau tak mau Talisa dan Dea berdiri didepan dan mengangkat salah satu kaki mereka.

       "Ingat berdiri di situ hingga pelajaran saya berakhir" Titah Bu Dewi, Talisa dan Dea menghela nafasnya pendek

   
      Talisa dan Dea tak menjawab apa yang Bu Dewi katakan mereka hanya melakukan apa yang Bu Dewi suruh. Dan mereka benar-benar melakukan hal itu hingga jam pelajaran Bu Dewi berakhir, yaitu jam istirahat. Mereka berdua berdiri selama 3 jam pelajaran atau setara dengan 2 jam.
     
      "Saya akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Ucap Bu Dewi saat sudah terdengar bel istirahat berbunyi.

  

     Talisa dan Dea bernafas lega saat Bu Dewi sudah keluar dari kelas mereka. Mengikuti yang lainnya, Talisa dan Dea keluar dari ruang kelas menuju kantin. Mereka berjalan dengan gontai karena merasa sangat pegal pada kedua kakinya.

       "Aduhh, kaki aku sakit banget.." Keluh Dea dengan memijit pergelangan kakinya yang terasa pegal, saat mereka sudah duduk di salah satu kursi kantin.

   "Kamu pikir kamu doang.." Sahut Talisa yang juga melakukan hal yang sama dengan apa yang Dea lakukan.

       Setelah merasa enakan, Talisa dan Dea membagi tugas, Talisa memesan makanan sedangkan Dea memesan minuman. Dengan kaki yang masih sedikit terasa pegal Dea dan Talisa berjalan menuju tempat untuk memesan makanan dan minuman. Tempat pemesanan dibedakan, hal itu dilakukan supaya penjaga kantin tidak kebingungan untuk membuat pesanan para siswa. Setelah mendapatkan pesanan mereka, Talisa dan Dea kembali ke kursi yang tadi mereka tempati, dan mereka menyantap makanan mereka dalam diam dan kedamaian.

     Hingga bel masuk berbunyi, tak ada tanda-tanda Diqal maupun Gavin datang. Hingga membuat mereka berdua bertanya-tanya🤔💭.
  
     "Sa.. Tumben ya,, Diqal nggak ke kantin" Dea bertanya kepada Talisa yang tentu tidak tahu alasannya.

  "Ya mana aku tahu,, emang aku pacarnya?."

     "Ya.. Bukan gitu,, kan siapa tahu, kamu dikabari Gavin kalau mereka mau ngapain atau mau kemana, gitu.."

     "Nggak ada, emang aku siapa dia" Dea tak menjawab pertanyaan Talisa atau yang dapat dikatakan sebuah pernyataan. Dia memutuskan untuk mengecek aplikasi hijaunya yang umum digunakan untuk bertukar pesan, atupun melakukan silaturahmi secara daring atau biasa disebut Video call.

  Tak ada satupun pesan dari Diqal tentang mengapa ia tak pergi ke kantin saat istirahat, wajahnya berubah sendu kala itu juga.

    "Nggak usah gitu juga kali mukanya, Diqal itu masih di sekolah siapa tau kan dia ada ulangan mendadak" Bukannya bermaksud menenangkan Dea, tapi Talisa hanya mengungkapkan kemungkinan yang terjadi.

Misteri Toilet SekolahWhere stories live. Discover now