☆ Chap 4 »

47 10 4
                                    

→« ᵎᵎ (⁠つ⁠•⁠˕•)つ☆ » ←

"Iya bundaa!! Karina pamit yaa,"

Karina melangkahkan kakinya meninggalkan rumah. Matahari sedari tadi sudah mulai terlihat, namun suasana masih cukup sepi.

Karina menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Entah mengapa ia sedang malas menggunakan sepedanya. Padahal di tahun 2027 ia selalu menggunakan mobil miliknya.

"Pagi, Nek!"

Sapa Karina ke setiap orang yang lewat. Ia masih cukup kenal dengan suasana di perumahannya. Orang-orang yang tinggal disini bukanlah orang-orang yang kaya. Mereka semua sederhana namun sangat baik. Karina sering kali mendapat banyak bantuan di tempat ini.

"Pagi!"

Kali ini Karina berhenti didepan dua orang dihadapannya. Mereka mengenakan pakaian seragam yang sama dengan Karina hanya saja yang satunya menggunakan hoodie.

"Pagi. Oh lo mau berangkat bareng pacar lo ya? Yaudah gue cabut duluan, by- eh?"

Baru saja Seungmin hendak pergi, Hyunjin terlebih dahulu menarik tasnya dengan tatapan tajam, "Mau kemana hm?" tanyanya.

"Mau ke mall! Ya sekolah lah," jawab Seungmin santai.

Hyunjin tak menggubris candaan Seungmin, ia langsung mengajaknya berjalan menuju sekolah.

Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama. Meskipun lebih dari sepuluh kali, Seungmin ditatap tajam Hyunjin karena ocehannya.

"Gue ngerasa kayak jadi nyamuk,"

Tak terasa mereka sudah sampai. Dengan jiwa Karina 2027 ditubuhnya sekarang, Karina lebih santai dan percaya diri. Mungkin tak jauh berbeda bagi orang-orang yang tak mengenalnya.

Mereka bertiga mulai duduk dikursi masing-masing. Karina langsung bersikap santai saat teman-temannya menatapnya aneh.

"Kenapa lagi? Gue baru sampe lho," ucap Karina malas.

"Lo ck curiga gue," Giselle menatap aneh wajah Karina. Sementara Yeji tak berbeda jauh.

Karina menghela nafas, "Huh.. nih anak. Suka-suka lo deh," jawabnya lesu.

"Karina, lo dipanggil tuhh sama anak sebelah," teriak siswi lain dari depan pintu kelas.

Beberapa siswa langsung menoleh ke arah Karina, termasuk dengan Hyunjin.

Siswa kelas sebelah yang dimaksud adalah Jeno. Anak kelas 2-1 yang menyukai Karina. Ia sering kali mengejar Karina. Namun Karina dulu juga tak bisa menerima Jeno.

"Wihh lo mau ditembak nih kayaknya," ejek Yeji dan beberapa siswa lain.

Karina hanya menghela nafas panjang. Dengan lesu, ia berdiri menuju luar kelas.

Disamping itu, Hyunjin juga memperhatikan dari jauh. Bagaimana pun jika perkataan Karina itu benar, artinya ia dan Karina akan bersama nantinya.

Karina menghampiri Jeno di ujung lorong, jauh dari kelas. Namun beberapa siswa jahil masih saja menguping pembicaraan mereka berdua.

"Kenapa?" tanya Karina lesu namun tetap ia usahakan untuk tersenyum. Tidak mungkin ia memasang wajah malas saat berhadapan dengan seseorang.

"Lo kenapa?" tanya Jeno. Jelas, sebagai orang yang memperhatikan Karina sejak dulu. Jeno menyadari jika Karina dihadapannya bukanlah Karina yang sama seperti sebelumnya. Namun apapun itu, mereka tetaplah Karina.

Karina menggeleng, "Lo ada urusan? Kami bakal ada kelas di laboratorium nanti," jelas Karina.

"Oh iya gue lupa. Ini buat lo," Jeno memberikan sebuah coklat. Coklat batang yang cukup besar.

"Jen, maaf banget. Gue udah bilang kan soal perasaan gue? Gue bener-bener gak bisa nerima lo," jelas Karina pada akhirnya.

Jeno tersenyum pahit, "Ya gue tau kok. Anggep aja ini hadiah. Waktu itu gue pernah berjanji sama diri gue sendiri. Kalo gue menang lomba, gue bakal tembak lo. Tapi sebelum gue ikut lomba itu, lo udah nolak gue. Setidaknya dengan coklat ini gue gak termasuk ingkar janji sama diri sendiri," jelasnya.

Karina mengagguk paham. Meskipun begitu rasanya terasa berat untuk menerima coklat pemberian siswa laki-laki, ditambah lagi siswa laki-laki itu mengajaknya untuk berpacaran sebelumya.

"Rin, terima yaa? Gue janji gak bakal ganggu lo lagi," pinta Jeno.

Melihat wajah Jeno, akhirnya Karina menerima coklat itu dengan senyuman.

"Meskipun gue gak nerima lo. Lo tetep temen gue kok," ucapnya sambil tersenyum manis.

Jeno pun ikut tersenyum, menunjukkan kedua eyes smile miliknya. Setelah beberapa detik kemudian, ia memilih pamit untuk kembali ke kelasnya.

"Gimana??" tanya beberapa siswa siswi yang penasaran.

Karina tak menggubris mereka dan langsung duduk di kursinya. Coklat pemberian Jeno tadi ia letakkan begitu saja diatas meja.

"Wuih coklat mahal nih. Mau," pinta Giselle jahil.

"Ambil aja. Gue gak mau juga," Karina memberikan coklat itu ke Giselle semuanya. Sementara dirinya kembali bersandar malas diatas meja.

"Lha beneran ini?"

"Eh Rin, gak boleh kayak gitu. Gue tau lo gak suka sama Jeno. Tapi masak lo tolak hadiah dia?" celetuk Lia.

Karina terlihat menghela nafas sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara, "Lo lihat dulu deh tuh coklatnya. Gue kan alergi kacang," jelasnya.

Lia dan Giselle langsung buru-buru mengecek tulisan di kemasan coklat batang itu. Memang benar disana tertulis "Kacang", mereka berdua langsung tertawa malu.

"Hehe maaf," ucap keduanya.

Dilain sisi, Hyunjin masih tampak memperhatikan mereka. Karena posisi tempat duduk yang cukup jauh, Karina dkk tak terlalu menyadari jika sedari tadi terdapat dua manik yang menatapnya tajam dari kejauhan.

"Kenapa? Lo gak suka cewek lo direbut?" celetuk Seungmin.

Hyunjin segera sadar saat Seungmin mengagetkannya. Sebisa mungkin ia mengalihkan pandangan sebelum kembali menoleh Seungmin, "Cewek apa?" tanyanya santai.

Seungmin berdecak sembari memutar kedua bola matanya malas.

"Halah gak usah alasan deh Jin, jelas lo itu," sahut Yeonjun yang entah dari mana datangnya.

"Gue nggak. Gue keluar dulu," pamit Hyunjin sembari berdiri keluar dengan alasan kamar mandi.

Sembari berjalan keluar ia menatap ke arah tempat duduk Karina sekilas.

"Halah temen lo itu," ejek Yeonjun.

"Temen lo aja," ujar Seungmin menambahkan.

"Lah?"

•••

Hyunjin berjalan santai di koridor sekolah. Baru saja selesai ia menggunakan kamar mandi. Namun rasanya terasa malas untuk segera kembali ke kelas. Lagipula tak ada guru sekarang.

Hyunjin berniat berjalan-jalan sebentar, sampai ia bertemu dengan seorang guru yang lewat.

"Pagi Pak," sapa Hyunjin sopan saat melewati guru dengan kacamata.

Guru itu tersenyum dan membalas sapaan muridnya, "Pagi," ucapnya.

Awalnya guru itu hendak kembali berjalan, melewatkan Hyu jin setelah menyapanya. Namun tiba-tiba, ia berbalik dan memanggil nama anak itu.

"Hyunjin,"

Hyunjin yang mendengar pun langung berbalik badan dengan bingung.

"Ya, kenapa pak?" tanyanya sopan.

"Gini, seinget bapak kamu itu pintar fisika, bukan?" tanya grup itu yang tak lain bernama Pak Wonwoo, salah satu guru di sekolah ini yang banyak disukai oleh murid.

Hyunjin tersenyum singkat, "Hyunjin gak sepinter itu kok, Pak," ucapnya merendah.

"Kamu mau yaa ikut lomba perwakilan sekolah?"

"Hah, lomba?!"

»
»
»
→ To be continued ↓

Our Secret || Hyunrina [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang