☆ Chap 7 »

39 10 4
                                    

→« ᵎᵎ (⁠つ⁠•⁠˕•)つ☆ » ←

"Baik, baik. Akan aku urus nanti. Aku akan kabari saat sudah selesai,"

"Baiklah,"

pip-

Telepon pun berakhir. Laki-laki dengan jas lengkap itu memasukkan kembali handphonenya kedalam saku. Baru satu detik setelah ia keluar kamar. Namun, teleponnya langsung bergetar, memberitahu jika pekerjaannya bermasalah. Laki-laki itu menghela nafas panjang, tubuhnya ia jatuhkan begitu saja diatas sofa yang lembut.

Laki-laki lain menghampirinya. Ia menggunakan kaos putih polos. Ia datang dengan perlahan-lahan takut mengganggu laki-laki yang telah setengah tertidur tu.

"Pa," sapanya perlahan. Hyunjin berdiri tepat disamping Papanya yang sedang berbaring itu.

Laki-laki yang tak lain adalah sosok Papa Hyunjin. Sosok yang selama ini hilang sibuk mengurusi pekerjaannya di kantor luar kota, "Kenapa?" tanyanya tanpa membuka kedua matanya.

"Pa...

Bukannya melanjutkan ucapannya, Hyunjin malah terdiam. Ia malah menundukkan kepalannya. Sebenarnya diotaknya sekarang banyak pemikiran tentang suatu yang jelas akan membuat sang Papanya marah besar.

"Kenapa?" tanya sang Papa sekali lagi.

".... Gak ada, Pa. Hyunjin mau keluar bareng Seungmin," setelah berpikir beberapa waktu, Hyunjin akhirnya malah memilih untuk tidak membicarakannya dengan Papanya. Terlihat jika ada seseorang yang berdecak kesal dari kejauhan.

"Bodoh," umpatnya kesal namun dengan volume suara yang kecil.

"Baiklah, hati-hati," pesan sang Papa.

Hyunjin segera berbalik badan dan menuju keluar rumah. Tempat dimana orang tadi menunggu.

"Goblok! Kenapa gak bilang coba?" umpatnya kesal. Pasalnya sudah beratus-ratus kesempatan untuk berbicara namun, Hyunjin masih tak mengucapkannya juga.

"Gak papa Min, gue lagi lesu aja," jawab Hyunjin. Ia langsung mengambil kunci motornya di saku celananya lalu menyalakan mesin motornya.

"Serah lo deh," laki-laki itu berdengus kesal lalu mengikuti Hyunjin menaiki motor yang sama.

Disepanjang jalan, Hyunjin maupun Seungmin sama-sama terdiam. Padahal mereka hendak menghampiri suatu tempat yang sangat ramai.

"Jin, lo serius mau ikut?" tanya Seungmin sekali lagi. Tak sudah-sudahnya Seungmin bertanya akan hal yang sama.

"Lo nanya mulu dah. Berisik banget," ejek Hyunjin. Mengendarai motor membuatnya kembali pada dirinya yang bebas.

"Cih, gitu lo ya? Gue dikatain berisik. Udah gue laporin ke Karina ntar lo," ancam Seungmin serius. Anak ini memang sangat sulit untuk diajak bercanda. Bukan karena terlalu serius atau emosian, hanya saja ucapannya terkadang savage yaah atau lokalnya disebut julid.

Hyunjin mengernyit kaget, "Apa hubungannya sama dia?" tanyanya.

Seungmin tersenyum simpul, "Kan dia cewek lo!" teriak Seungmin sebelum turun dari motor Hyunjin. Tenang motor itu sudah berhenti karena sudah sampai ditempat yang mereka tuju.

"Anj-

Hyunjin menatap tajam kearah Seungmin. Bisa-bisanya berbicara seperti itu didepan hadapan semua orang, pikirnya.

"Jin! Dateng lo? Gue kira kagak," ujar laki-laki yang menghampiri Hyunjin.

Ia menggunakan jaket kulit berwarna coklat. Berbeda dengan Hyunjin yang kini sudah lengkap dengan pakaian jaket denim.

Our Secret || Hyunrina [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang