What if; Perfect Ways to Love My Wife [1/3]

291 14 1
                                    

"Maybe, just maybe, in another universe, at another moment, in a parallel reality, you and I could live the storyline we dreamt of."

...




Malam di mana usia baby genap delapan bulan dalam pengeraman ...

"Kakinya sakit lagi ya hum?"

"Susah dibawa menunduk. Kalau mandi juga jadi tidak menggosok kaki aku kesusahan," cicitnya manja dengan bibir yang merenggut. Dua tangan terkepal lalu menyikut pelan dada orang yang ia jadikan sandaran. "Hubby seharusnya aku bantu dimandikan."

"Kalau memang kau mau aku mandikan hanya bisa di jam enam. Pagi-pagi sekali aku juga harus pergi bekerja kan sayang. Kalau ingin mandi bersama tunggu aku pulang saja bagaimana?"

"Tidak mau! Gerah! Malu kalau ibu datang aku masih jelek pakai baju tidur."

"Tidak ada yang jelek yang tersemat pada dirimu. Semuanya cantik-cantik."

Taehyung-lelaki itu intim menciumi bagaimana pipi gemuk dari si cantik yang manja tak mau lepas dari rangkulan tangannya. Mereka sekarang berdua didepan ruang tv dan tayangan yang menyala teranggurkan karena atensinya hanya fokus pada orang yang memberati paha saja sekarang. Sudah jam sepuluh waktu malam, tapi yang cantik tidak mau diajak tidur karena siang dan sorenya sudah dipakai banyak di atas ranjang.

"Hubby, aku diberitahu Cheche sudah lahiran. Sekitar jam enam pagi tadi teman-teman langsung memberitahuku dan mengajak aku pergi menjenguk. Tapi aku baru membuka pesan tadi jadi tak sempat ikut dengan mereka yang menjenguk hari ini."

"Iyakah? Lebih cepat dari waktu perkiraan."

"Hm, tapi masih dalam hitungan genap sembilan bulan." Jungkook yang memang membawa ponsel turun mulai mengutak-atik isi grup pesan yang tidak pernah hening itu. Ada foto-foto saat beberapa orang di rumah sakit, Seol Ah yang duduk dengan pandangan pucat di atas ranjang sebelum lahiran, sesudah lahiran, dan dua foto bayi perempuan yang sudah dimandikan. "Aku dikirimkan foto bayinya."

"Cantik seperti ibunya." komentar Taehyung melihat bagaimana bayi yang sedang tidur itu lahir dengan berkat yang indah. "Bulan depan kita juga punya satu di rumah."

Jungkook tak membalas apapun selain melempar ponsel asal ke sofa dan meregangkan tangan pegal ke atas. Kaki menerjang angin dan perasaan tak nyaman ini kembali datang bersamaan dengan perutnya yang bergemuruh. Tidak mual, tapi lonjakan mood dan keadaan yang hanya bisa ia rasakan tanpa bisa ikut membaginya pada orang membuat ia seringkali kesal. Entah ingin dibawa seperti apa tapi Junghyung rasa-rasanya seperti terus berkomentar membuat dia serba salah.

"Kenapa bebe? Kakinya sakit? Ke atas saja yuk! Aku pijatkan kakinya."

"Ingin dipeluk. Jangan dilepas tangannya Jungie marah."

"Dedek baik-baik ya sayang. Ini ayah usap-usap lagi perutnya buna biar kamu tenang."

Taehyung menyelipkan dua tangannya masuk kedalam dress tidur yang longgar itu lalu hati-hati mengangkat perut itu ke atas membuat beban yang seperti dibawa si buna ikut terangkat dan ringan seketika. Tapi tak berpengaruh banyak, karena sentuhan dua tangan itu dan ciuman basah pada belakang tengkuk justru yang lebih melunakkan perasaan tak tentram dirinya sekarang.

"Jungie kita masih marah?"

"Sudah lebih baik setelah diusap-usap."

Taehyung senyum kilas, tak lepas memberi usapan yang katanya sedang sangat diperlukan bonus dengan ciuman-ciuman lain yang merambat pada pipi dan dahi. Sudah jarang sekali diberi bubuhan alat makeup, tapi justru setelah Jungie ada didalam sinarnya jauh lebih menguar.

After Last Night [COLLECTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang