Our Unlikely Forever [1/2]

115 14 0
                                    

bagian 1.

Hampir 44 menit lamanya perjalanan menggunakan motor akhirnya ia sampai ditujuan. Mandiri membuka pintu pagar sendiri kemudian menuntun motornya masuk kedalam berdampingan dengan mobil miliknya juga yang terparkir rapi sama sekali belum tersentuh belakangan ini. Jika berpergian sendiri alternatifnya memang menggunakan motor saja karena merasa lebih santai, beda kalau sudah membawa anak-anak ikut serta. Tetapi itupun jarang karena belakangan ia tidak tinggal di rumah melainkan menginap sekitar tiga hari dua malam di toko hidup di sana. 

Kendati masih dalam satu wilayah, pilihan untuk tinggal di ruangan pribadi dalam toko terasa lebih menguntungkan karena langsung berhadapan dengan pekerjaan dan juga mudah diskusi dengan tim. Minusnya lelah, gelisah, dan tidak tentram karena berjauhan dengan keluarga. Sampai tidak melakukan interaksi dan menyentuh mereka sungguh menyesakkan sekali.

Helm dilepas lalu ditaruh di atas jok motor dan membiarkannya tetap ada di sana. Tidak dibawa masuk. Kunci motor ia masukkan kedalam saku jaket. Sengaja diam, memilih untuk tidak berteriak menandakan wujudnya sudah kembali pulang. Biarlah hitung-hitung kejutan meski tidak ada tentengan apa-apa. Tidak ada kado, tidak ada hadiah apapun yang dipersiapkan untuk anak-anak yang juga sudah menanti pertemuan dengan ayah mereka.

"Yeay! Itu lihat siapa yang pulang tuh dek." Naomi memberitahu bayi di depannya girang. Tapi sayangnya tidak mendapat gubrisan karena yang disoraki hanya memberi perhatian pada potongan puzzle berukuran sedang yang coba ia susun kembali setelah ia sendiri hancurkan. Ada liur yang mengalir jatuh dari sudut bibirnya membasahi baju dan lantai. Belum mandi, rambutnya masih kusam dan agak sedikit bau acem. Tapi tidak apa-apa, justru bau bayi itu candu dihirup.

"Lagi fokus banget kayaknya," lapor Naomi pada ayahnya si bayi.

"Nggak papa," katanya sambil memamerkan senyum tipis. Dilihat dari belakang bentukan mahluk mungil masih dengan baju tidurnya semalam itu terlihat menggemaskan.

Taehyung memposisikan tubuhnya jongkok tepat dibelakang, mengendus pucuk kepala si bayi yang kemarin-kemarin sudah sangat ia rindukan. Bau bayi yang alami. Sekadar fragrance saja sudah candu, ini langsung betul-betul dari sumber aslinya. Taehyung tepuk bahunya pelan-pelan meminimalisir kaget yang timbul, lalu merunduk tipis-tipis menciumi pipi dan membisikan sesuatu tepat ditelinga.

"Baba pulang, sayang. Kamu lagi apa hum?" suaranya terdengar jantan.

"Bah!" Hyukie langsung melonjak bergetar. Ia menengok kesamping dan pahatan wajah ayahnya berhasil ditemukan. Setelah sekian lama ia cari di semua penjuru rumah ini akhirnya sosoknya datang sendiri. "Baba!"

"Iya, baba." Taehyung tergelak begitu Hyukie langsung menerjang tubuhnya dan tak acuh melempar potongan puzzle yang ia semula pegang jatuh karena kesenangannya sudah kembali. Dua tangan mungilnya merayap di atas baju dan erat-erat melingkar di leher. Rindu ayahnya jelas terbalaskan melihat Hyukie segirang ini bisa bertemu sapa kembali dengan ayah terkasih.

"Adududu! Ada yang kangen juga nih rupanya sama baba. Baba diserang monster kecil."

Sejenak Taehyung biarkan dulu Hyukie inginnya apa. Dia meringkuk, memeluk erat leher sekencang yang ia bisa dan berceloteh tak jelas. Hyukie juga baru genap 14 bulan. Panggilan untuk orang tua mungkin sudah jelas dan fasih tapi untuk beberapa kosa kata lain orang dewasa perlu usaha keras untuk mengartikannya. Ah- mungkin dia sedang mengadu bagaimana kosongnya rumah ini karena eksistensinya tidak ada. Pun juga tidak ada inisiatif dibawa pergi ke toko sesekali meski sejenak untuk mengabsen wajah.

Yaya bilang, tunggu saja sampai baba pulang ke rumah. Khawatirnya inisiatif mereka untuk datang langsung menjenguk ke toko. Satu, menggangu pekerjaan. Kedua, akan dianggurkan. Sudah mulai mendekati tanggal kembar itu berarti ada banyak persiapan yang perlu didiskusikan mengenai produk, flash sale, diskon, dan sebagainya membuat kepala keluarga itu sampai tertahan diluar belum bisa kembali ke hunian dengan normal.

After Last Night [COLLECTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang