1st. The Sustain Leaf

559 38 3
                                    

Ini ceritanya agak dangdut, tapi vibes drama Korea gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini ceritanya agak dangdut, tapi vibes drama Korea gitu. Mau lanjut baca nggak?

Good. Here we go.

Tentu saja kisah dangdut kali ini berpihak pada kisah Carlise dan Jenando. Tidak terlalu indah, tapi cukup menghibur kejombloan orang-orang. Walaupun nyeleneh, orang-orang justru gemes dengan hubungan mereka, hubungan yang tidak pernah terprediksi oleh siapapun. Apalagi semua orang tahu mantan Nando dulunya adalah spek bidadari yang nyaris sempurna lalu banting setir menyukai Caca yang baru mau dandan saat perusahaan ada event besar. Orang-orang bingung, tapi Nando sendiri juga bingung kenapa bisa suka sama Caca.

Tapi sebelum sepenuhnya berfokus pada kisah dua anak manusia itu, mari sedikit membahas orang-orang yang berada di Divisi Kreatif, yakni divisi yang dijuluki sebagai citra kekreatifan perusahaan.

Lalu sebenarnya The Sustain Leaf tuh perusahaan apa sih? The Sustain Leaf merupakan perusahan start-up yang bergerak pada bidang Sustainability and eco-friendly product. TSL, singkatan dari The Sustain Leaf, mengembangkan produk atau layanan yang mendukung gaya hidup ramah lingkungan seperti produk daur ulang atau solusi mengurangi limbah.

Perusahaan ini didirikan oleh seorang putri konglomerat bernama Rahajeng Santoso sekitar lima tahun yang lalu. Karena merupakan perusahaan start-up, mereka belum memiliki begitu banyak karyawan. Walaupun begitu, jangan salah kira.  Gedungnya bukan gedung biasa yang tunggakan sewanya menggunung. Rahajeng Santoso pernah disebut gabut mendirikan perusahaan karena dia lulusan dari jurusan Teknik Lingkungan. Orang tuanya tidak suka dengan jurusannya dan ingin anaknya fokus berbinis. Maka, jadilah bisnis yang selinier dengan jurusan perkuliahannya. Kerja cerdas dia mah.

Namun, berkat itu, dia membuka lapangan pekerjaan dan berhasil menampung orang-orang yang lontang-lantung nyari pekerjaan. Pendapatan perusahaan sebenarnya tidak seberapa, tapi karena dia lahir dari keluarga kaya, gaji para karyawannya pun nggak dibuat semena-mena. Walaupun start-up, belum ada yang mengeluh soal gaji yang mereka dapat setiap bulannya. Sejauh ini sih begitu, nggak tahu untuk ke depannya. Yah, semoga tetap berpegang teguh pada misi perusahaan yang ingin terus memanusiakan manusia bersamaan dengan menjaga lingkungam tempat tinggal mereka.

"Protect Nature, Preserve Humanity."

Gitu slogannya.

Di TSL, Divisi Kreatif dikepalai oleh Pak Naufal Adiwiyata. Namanya kayak julukan sekolah-sekolah yang memiliki vibes rindang, sejuk, dan hijau nyaman dipandang, kan? Memang Pak Nopal—panggilan akrabnya—orang yang baik dan nggak banyak ini dan itu. Meski di awal mengenal dikira orang yang jutek dan ketus, beliau orang yang humoris. Soal pekerjaan agak strict, tapi tenang aja beliau nggak sampai banting meja dan menghamburkan kertas foto kopi seperti di drama-drama kok. Marahnya masih manusiawi dan nggak sampai juga mengolok dengan cara mengabsen kebun binatang Ragunan.

Sementara itu, Divisi Kreatif memiliki manajer ganteng bernama Andrew Galang Wicaksono. Andrew orangnya vibes Gen Z banget meskipun umurnya sudah tiga puluh tahun. Saking santainya tuh orang, anak buahnya sering pakai lo-gue baik di kantor maupun di luar kantor. Tapi Andrew nggak peduli. Selama kerja mereka becus, dia nggak mau ambil pusing dan iya iya saja. Toh, menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan adalah salah satu tujuan hidupnya.

Coloring the Shadow | YJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang