Nando hari ini terlihat bahagia. Cowok itu tersenyum ketika melihat Caca masuk ruangan. Nando sudah bersiap akan melambaikan riang tangannya pada Caca, tapi gagal karena Caca tiba-tiba dipangggil Andrew ke mejanya. Nando kecewa, tapi dia akan mencoba lagi nanti. Namun, kejadian itu tidak bisa terjadi lagi karena tiba-tiba hapenya menyala.
Panggilan dari orang di masa lalu itu membuat Nando tersentak kaget. Mata Nando menyipit diikuti dengan decak keheranan saat membaca nama Shannon di layar hapenya.
Nando keselek es tehnya saat suara Shannon terdengar begitu dia mengangkat teleponnya.
"Gue ada di bawah, di kafetaria."
Dari banyaknya tempat di muka bumi ini, kenapa Shannon harus datang menemuinya di kantor, sih? Nando juga bingung. Tapi sebelum Shannon makin ribet, Nando meladeni cewek itu setelah minta izin Pak Nopal. Pak Nopal mengizinkan Nando pergi karena sejak tadi Nando sudah menyelesaikan pekerjaannya. Setelah dari meja Andrew, Caca melihat Nando keluar ruangan dengan buru-buru.
Melihat Caca terlihat penuh tanya, Karel inisiatif menjelaskan. "Tadi ada telepon gitu. Nggak tahu dari siapa, tapi kayaknya penting."
Caca mendecak. "Njir, lo nggak harus laporan juga."
"Tapi muka lo menunjukkan kalau lo butuh penjelasan, Cacaw."
Caca mencibir. Dia melihat ke arah perginya Nando sebentar. Sebenarnya dia penasaran siapa yang Nando temui, tapi cewek itu memutuskan untuk membuang sejenak rasa penasarannya dan memutuskan kembali ke meja kerjanya. Istirahat masih lima belas menit lagi sehingga Caca akan menunggu sambil mengerjakan beberapa pekerjaannya.
Sementara itu, Nando bersedekap jengkel menatap Shannon yang kini sedang menyeruput es americano. Cewek itu duduk dengan santai tanpa peduli dengan raut wajah Nando yang kesal karena kunjungan dadakannya. Sebenarnya ini bukan pertemuan pertama mereka sejak putus dua setengah tahun yang lalu, tapi Nando tetap tidak mengerti mengapa Shannon memilih kantornya untuk bertemu lagi. Padahal ada tempat lain. Angkringan kek atau apa gitu. Nando mendecak ketika menyadari orang-orang yang mulai berdatangan di kafetaria memandanginya dan Shannon dengan heboh. Muka Nando yang bete itu ditangkap oleh Shannon.
"Jangan galak gitu njir. Gue mau ke Swiss jadinya mampir bentar," kata Shannon kalem.
"Kan bisa di tempat lain."
"Nggak ada tempat lain soalnya gue bakal pergi hari ini."
Nando tersentak mendengar itu. Dia menghela napasnya lalu menurunkan tangan sambil berdeham. "Oh, ceritanya mau perpisahan."
"Ya, siapa tahu lo bakal nangis-nangis cariin gue ke rumah."
Nando mendengus. "Kagak njir."
Shannon menatap Nando lekat. "Jadi, lo beneran udah bisa lupain gue ya, Nan?"
Nando balik menatap Shannon sengak. "Udah dari dulu kalik."
Shannon terkekeh. "Syukur deh jadi gue nggak makin merasa bersalah ke lo."
Nando hanya manggut-manggut kecil menimpali kalimat Shannon.
"Gue kira lo bakal nolak ketemu sama gue lagi, Nan," kata Shannon lagi.
"Gue nggak sechildish itu kok."
Shannon mengangguk lalu berujar dengan tulus. "Gue minta maaf, ya."
"Buat apa?"
"Buat segalanya."
"Setelah selama ini?"
Shannon menghela napasnya. "Butuh waktu buat ngomong kayak gini ke lo tahu. Lagian nggak usah sewot-sewot kayak debat capres deh. Better late than never, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coloring the Shadow | YJ
Romance[Completed] Ini cerita pendek tentang Carlise dan Jenando yang sedikit berapi-api. Tidak begitu romantis, tapi mampu membuat orang gigit jari karena iri. Coloring the Shadow Copyright©2024, inesby All Rights Reserved | 29 Agustus 2024 Plagiarism isn...