16th. The Proposal [End]

295 32 10
                                    

Caca pernah bertanya begini pada Nando waktu mereka lagi makan bakso keliling di teras rumah Nando yang di Jakarta.

"Kenapa cinta harus setara, Kak?"

Nando tampak berpikir sebentar sebelum menjawab. Cowok itu mengolah kata agar nantinya dapat dengan mudah Caca terima.

"In my opinion, kenapa cinta harus setara tuh ya agar setiap perhatian yang nantinya diberikan nggak dianggap lebay, larangan-larangan masuk akal nggak dianggap posesif. Dan yang jelas, effortnya untuk mencintai nggak dianggap berlebihan."

Caca manggut-manggut. "Jadi, Kakak setuju dengan pendapat kalau cinta itu harus setara?"

"Setuju. Selain itu, cinta harus setara ya agar hubungan berjalan seimbang dan adil. Setara itu berarti kedua pihak saling menghargai, mendukung, dan berbagi tanggung jawab secara seimbang. Kalau nggak setara, hubungan bisa jadi nggak sehat atau nggak memuaskan."

Caca berseru takjub. "Aku juga pernah baca di Twitter soal begitu, cuma lupa detailnya. Tapi overall, aku setuju sama pendapat Kak Nando sih."

Nando menatap Caca heran. "Kamu tiba-tiba bertanya begitu kenapa?"

Caca keselek kuah baksonya. "Mau nulis cerita aku tuh Kak."

"Terus tokohnya aku gitu?"

"Dih, percaya diri banget ente."

Nando tertawa. "Siapa tahu kamu ingin membuat namaku abadi di dalam karyamu."

"Itu kapan-kapan aja. Aku cuma mau nulis genre yang agak angst gitu."

"Romcom aja nggak, sih? Humor kamu nyaman didengar dan dibaca."

Caca menimang saran itu. "Gitu ya. Kak Candra sama Jule juga nyuruh gitu. Okedeh, aku pikir-pikir dulu."

Nando manggut-manggut. Cowok itu kembali menyendokkan kuah bakso ke mulutnya. Mereka memilih makan bakso di teras rumah karena suka saja dengan suasana sore hari di sana. Mereka duduk lesehan sambil ngobrol ringan.

"Aku tuh nggak kaget kamu nggak bisa makan seafood ataupun tim bubur nggak diaduk, tapi aku masih aneh lihat kamu makan bakso pakai sambel doang tanpa pakai saos dan kecap," kata Nando sambil menengok mangkok Caca.

"Enak pakai sambel doang tahu, Kak. Aku malah nggak suka kalau pakai saos sama kecap, rasa kuahnya jadi aneh."

"Rasa sambel doang dong."

"Mau cobain?" tawar Caca, tapi Nando langsung bergidik menolak.

"Nggak ah, terakhir nyobain aku sampai batuk-batuk karena kepedesen."

Caca nyengir. Nando hanya bisa senyum melihat Caca mulai melanjutkan menyendok kuah baksonya.

"Aku bingung deh Kak mau ngado pernikahan Kak Shannon apaan. Ya meski nggak dekat banget, aku pengen ngasih sesuatu yang berkesan," kata Caca kemudian.

"Kasih foto bahagia kita aja biar dia ikutan bahagia."

"Ngawur ente."

Nando ngakak. "Abisnya mau ngasih apa kamu? Duit juga bakal ditolak."

"Makanya aku tanya Kak Nando kali aja Kakak tahu kan pernah sayang."

Nando tersedak kuah baksonya. "Dulu ya. Selera dia juga pasti udah berubah."

"Biasa aja kali nggak usah sok kesedak begitu."

"Abisnya kamu bilang tuh kayak aku tahu segalanya soal Shannon."

"Lah, emangnya enggak?"

Nando mengelak tegas. "Dulu Carlise, dulu sekali. Sekarang aku nggak tahu dia masih kayak dulu apa enggak."

Coloring the Shadow | YJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang