Bohong banget kalau Caca nggak mengharapkan kisah romansa dalam hidupnya. Dia selalu membayangkan dirinya punya pacar dan pergi jalan-jalan pada akhir pekan alih-alih menghadiri kelas dance ataupun ikut mancing Pak Nopal dan sang istri. Dia ingin menonton film di bioskop bersama pacarnya daripada nonton kisah romansa orang-orang di Netflix.
Tapi boro-boro semua itu terjadi ketika dia sendiri memilih mundur perlahan dalam mencintai Jenando. Saking sempurnanya Nando, Caca sampai tidak berani memikirkan fantasi romansa sedikitpun tentang cowok itu. Sekalipun di angan-angan, Caca merasa tidak layak untuk memikirkan apapun bersama Nando.
Sebenarnya, dibandingkan alasan tahu diri yang selalu dia elukan pada Jule, Caca menghindar karena takut mendengar bahwa Nando tidak menaruh rasa padanya barang sedikitpun. Dia terlalu takut mendengar fakta itu sehingga memilih untuk menjauh sebisa mungkin. Dia cukup nyaman mengamati Nando diam-diam daripada menjadi cegil untuk membuat hati Nando tertuju padanya.
Haha, boro-boro jadi cegil, natap mata Nando aja dia masih suka ambyar dan gelagapan. Si Carlise Carlise itu baru sadar sering lemah jantung jika berhubungan dengan Nando.
Namun, sejak kejadian pulang bareng tempo hari, Caca merasa Nando mulai berjalan mendekatinya. Sebenarnya dia nggak mau menarik kesimpulan penuh fantasi seperti itu, tapi dia merasa Nando mulai berubah. Nando memang baik bahkan baik banget ke semua orang, tapi rasanya ke Caca tuh beda. Seingat Caca yang sebenarmya udah mulai gampang pikun macam Candra, Nando tidak sedikitpun pernah berkata kasar walaupun sekadar bilang "anjir" padanya. Tutur katanya selalu baik jika berhadapan dengan Caca. Awalnya, Caca nggak sadar akan hal itu. Sampai akhirnya hari ini dia mulai sadar ketika kembali berinteraksi dengan Nando di kantor.
Caca berdiri untuk membeli toast di kafetaria saat tahu-tahu Nando muncul di belakangnya.
"Yang enak rasa apa, Carlise?"
Padahal cuma pertanyaan sederhana, tapi Caca langsung ambyar ke mana-mana.
Caca gagap. "Hm, enak semua kok, Kak."
Nando tersenyum lalu menyejajarkan posisinya dengan Caca. Disandingkan dengan Nando yang menjulang itu, tubuh Caca jadi makin terlihat kecil. Dengan jarak sedekat itu pula Caca bisa mencium parfum Nando. Cowok itu wangi banget dan Caca yakin harga parfumnya pasti mahal. Caca yang biasa pakai parfum random itu pun pasti akan kaget jika tahu harga parfum Nando yang sebenarnya.
Caca tersentak karena hampir khilaf memandangi Nando penuh dengan tatapan cinta. Dia langsung menoleh ke depan lagi untuk memesan toast.
"Kak, pesan bulgogi toast sandwich satu, ya," kata Caca pada pelayan di depannya.
Eh, tahu-tahu Nando menceletuk. "Dua ya, Kak. Bulgogi juga."
Caca menoleh kagum pada Nando. Tapi mukanya langsung merah ketika dengan enteng Nando bilang. "Gue traktir, Ca. Pesen minum juga gih."
Caca cengo sebentar. Nando mengibaskan tangannya di depan wajah Caca karena tiba-tiba cewek itu hilang kata.
"Lo nggak tiba-tiba kesambet kan, Ca?"
Caca tersentak. Dia kembali ke realitas dan balik mengontrol reaksi dirinya akan kebaikan Nando barusan agar tidak begitu kelihatan kalau dia kesemsem.
"Haha, enggak kok. By the way, makasih, Kak."
Nando mengangguk santai.
Caca tahu Nando tuh baik banget. Bahkan tidak cuma ke dirinya kebaikan itu Nando tunjukkan. Tapi boleh nggak sih Caca geer kalau perlakuan Nando ke dia tuh agak berbeda? Bukan sejak mereka pulang bareng hari itu, tapi jauh sebelum hari itu. Meski jarang berinteraksi karena Caca selalu menghindarinya, Nando selalu baik padanya. Cowok itu bahkan tahu Caca tidak bisa minum kopi sehingga selalu membelikan matcha creamy tiap kali membelikan minuman rekan-rekan setimnya. Tidak sampai situ saja. Nando bahkan sampai tahu kalau Caca suka memakan makanan pedas. Caca sampai mikir keras. Sebenarnya detail mana yang dia lupakan tentang kebaikan Nando itu? Padahal dia sering memperhatikan Nando, tapi malah terasa Nando yang jauh lebih detail memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coloring the Shadow | YJ
Romance[Completed] Ini cerita pendek tentang Carlise dan Jenando yang sedikit berapi-api. Tidak begitu romantis, tapi mampu membuat orang gigit jari karena iri. Coloring the Shadow Copyright©2024, inesby All Rights Reserved | 29 Agustus 2024 Plagiarism isn...