6th. Parfum Miniso

171 23 5
                                    

Caca panik luar biasa ketika bangun, tapi mendapati dirinya di tempat yang asing. Kepalanya langsung berdenyut pusing ketika dia mencoba bangkit dengan tergesa. Caca makin kaget ketika melihat Nando masuk ke kamar sambil berujar santai padanya.

"Lo udah bangun?"

Caca menjerit dramatis sampai membuat Nando buru-buru maju untuk membekap mulut cewek itu. Nando mendecak, baru tahu Caca seheboh itu. Ya, siapa yang kagak heboh jika bangun di tempat asing dan ada cowok di dalamnya. Sekalipun mereka kenal, rasanya tetap salah. Nando sendiri pasti bakal heboh kalau tiba-tiba dia bangun di kamar kosan Caca.

Caca masih nggak paham dengan apa yang baru saja dialaminya. Cewek itu menatap Nando dengan ekspresi minta penjelasan. Nando menghela napas sebelum menjelaskan dengan detail pada Caca.

"Lo kemarin mabok, Carlise. Awalnya mau gue anter ke kosan, tapi setelah gue pikir-pikir mending bawa ke sini aja. Gue takut disangka abis ngapa-ngapain elo."

Caca menatap Nando dengan kening berlipat. "Malah justru aneh kalau Kak Nando bawa gue ke rumah nggak, sih?"

Nando menggaruk tengkuknya sambil terkekeh. Meskipun sudah mulai santai, Caca masih memiliki banyak pertanyaan pada Nando. Nando peka dan meladeni rasa penasaran Caca.

"Jujur, gue nggak ingat apa-apa, Kak," kata Caca kemudian.

Caca masih agak takut untuk mengambil duduk di kursi dapur mengikuti Nando. Gerakan tangan Nando menuang susu pada gelas terhenti lalu menoleh pada Caca.

"Satupun?" tanya Nando sambil memicing curiga.

Anggukan tegas Caca membuat Nando mengerjap tidak percaya. Dia telihat kecewa, tapi melanjutkan menuang susu dan menyerahkannya pada Caca.

"Gue beneran nggak tahu yang kemarin gue minum itu alkohol. Gue kira minuman biasa," kata Caca diikuti cengiran canggung.

Nando ikut mengambil duduk di depan Caca setelah menutup pintu kulkas. "Lagian anak kecil sok-sokan mimik."

"Gue bukan anak kecil, Kak. Mana ada dua puluh lima tahun disebut anak kecil."

Nando terkekeh. "Di mata gue lo masih kayak anak SMP, Ca."

Caca mencibir. "Ini lebih parah dari Jule yang dibilang mirip anak SMA."

Nando menahan senyum lalu ikut meminum susu yang dia tuangkan pada gelasnya sendiri. Melihat Nando juga minum susu, tiba-tiba Caca menceletuk kepo.

"Lo juga mabok, Kak?"

Nando menurunkan gelas dari bibirnya sebentar. "Kalau gue mabok siapa yang ngurusin lo kemarin yang nari-nari random begitu?"

Caca keselek. "Hah, gue nari apa?"

Nando mengedikkan bahunya. "Entah. Lo kelihatan bahagia pas nari."

Caca terbelalak. "Seriusan, Kak?"

Nando sudah selesai dengan susu di gelasnya. "Serius kok. Lo bahkan sampai ngomong banyak hal."

"Banyak hal?" Caca menatap Nando tidak percaya. Dia merasa Nando sedang mengusilinya. Namun, bukannya menjawab, cowok itu justru balik menatap Caca sambil bersedekap santai.

"Jadi, lo beneran nggak ingat?" tanya Nando memastikan sekali lagi.

Caca mengangguk.

Nando menghela napasnya. Dia menurunkan tangan lalu membawanya untuk menompang dagu sambil terus menatap Caca. Sebenarnya sejak tadi Caca sudah grogi setengah mati. Dia berkali-kali menahan napasnya karena Nando selalu menatapnya dengan intens. Belum lagi saat Caca ingat fakta bahwa kini mereka berduaan di rumah sebesar itu. Bagaimana Nando membawanya ke sana membuat Caca ingin ngesot-ngesot di lantai saking tidak percayanya. Tapi Caca memilih untuk mengesampingkan itu karena beneran deh, Caca nggak ingat apapun kejadian semalam. Dia hanya ingat minum sesuatu terus pusing dan duduk di anak tangga. Setelahnya dia nggak ingat apa-apa lalu terbangun di kamar Nando dengan dramatis.

Coloring the Shadow | YJ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang