📍 Dannielle's House
Joshua yang baru sampai di lokasi yang Danny kirim menoleh ke kanan dan kiri. Ia nampak tidak percaya dengan bangunan yang ada dihadapannya saat ini. Gedung dan bentuk bangunannya lebih mirip sebuah studio foto, dibandingkan dengan tempat tinggal. Joshua sudah diberi tahu oleh Danny kalau ada grafiti di pintu garasinya, bergambar huruf 'D' dengan accent dedaunan dipinggirnya.
"I think it's this one. But.... I'm not really sure. Can you comeout fora sec, just to make sure" ucap Joshua yang sedang menelfon Danny. Joshua masih menggenggam beberapa totebag dan papaerbag yang ia siapkan untuk Danny, sambil memakai earbudsnya, karena Danny tidak memutus panggilan itu.
Tak lama kemudian, sebuah pintu disamping garasi terbuka. Muncul seorang perempuan dengan rambut panjangnya, menggunakan cropped tank dan cargo pants dengan warna 'earthy'. "Oppa" panggil perempuan dengan kacamata berbentuk cateye itu. "Oh? So, i am right, hm?" ucap Joshua.
"Waeyo?" tanya Danny. "Nothing. I was too stunned to even pressed the bell" jawab Joshua yang mengikuti Danny dari belakang. "Haha, because of the building structure, hm?" ucap Danny. "You're too in love with your work, sampai-sampai tempat tinggalmu terlihat seperti studio foto" ucap Joshua yang menutup pintu rumah Danny.
"You haven't see what's inside though. You'll be proud" ucap Danny yang kemudian membuka pintu keduanya dan terpampang nyata didepan kedua mata Joshua yang sekarang berbinar, sebuah ruangan besar yang terbagi menjadi beberapa bagian. Ada split level yang memisahkan living area dan rest area. Bahkan Danny membawa Joshua naik ke rest area yang terlihat masih banyak space. "This space can be a guest bedroom, eventhough it shared with mine as well" jelas Danny sambil membawa Joshua berkeliling.
Rak buku yang Danny jadikan rak peralatan bekerjanya menjadi sebuah sekat antara workspace dan living areanya di lantai pertama. Joshua terkagum-kagum dengan tata letak di rumah ini, suasana, warna, dekorasi, segala hal didalamnya seakan meneriakkan nama Kwon Dannielle di setiap sisinya.
"You are insane, Elle. How much you spent for all of this?" tanya Joshua. "If i tell you, you're gonna be surprised. Half of these interiors actually secondhand things" ucap Danny sambil menyandarkan bokongnya di meja kerjanya. Joshua hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Oh, i have some thingy for you" ucap Joshua sambil memberikan semua paper bag dan totebag yang ia bawa kepada Danny. "Thankies oppa!" ucap Danny setelah membuka hadiah dari Joshua satu per satu. "Before i forgot, i have a very very new rooftop. And i actually thinking, maybe we can celebrate the housewarming party there, this weekend" jelas Danny sambil merapihkan hadiah dari Joshua.
"You're not gonna cook, right?" tanya Joshua. "WE. We gonna cook something. Let's have a barbecue party there. I'm too tired to cook you guys. Next time, i'll cook for you guys when this jet lag is fade away" jawa Danny yang kemudian berjalan ke dapur. "But today, i cooked lunch forus" ucap Danny yang kemudian membuka satu per satu tutup wadah yang ada di meja makannya. Meja makan dipenuhi dengan menu rumahan khas Korea, lengkap dengan banchan.
"Jinjja, you're the best" ucap Joshua yang berjalan menuju ke meja makan. "Let's eat, oppa. I'm starving" ucap Danny yang kemudian duduk bersebrangan dengan Joshua setelah meletakkan semangkuk nasi panas untuk Joshua. "Bon appe-tiddies" ucap Danny kemudian Joshua tertawa karenanya. "Still, tho? Bong appe-tiddies?" ucap Joshua. Danny hanya tertawa sambil berusaha mengunyah makanan yang ada didalam mulutnya. "Tidak percuma kau belajar memasak dengan ibuku. Hasilnya terlalu baik untuk aku beri komentar" ucap Joshua sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Danny sangat senang ketika Joshua memuji makanannya. Joshua adalah orang pertama yang selalu mencoba masakannya dan berani memberikan komentar yang sangat jujur. "Oh, by the way. I bought some cute trinklets and ceramic set, and i really hoping you'll use it on your daily basis" ucap Joshua sambil menunjuk kotak hadiahnya dengan dagunya. "Don't you worry, oppa. I definitely will" jawab Danny. Merekapun menghabiskan mkanannya dan saling membantu untuk merapihkan bekasnya.
"Oppa" panggil Danny yang sedang duduk bersebelahan dengan Joshua di sofa ruang tengahnya. "Hm?" jawab Joshua yang masih memakan ice cream. "Aku harus mengambil film kamera pesananku di toko langgananku. Kau mau ikut atau tetap tinggal disini? Aku hanya sebentar saja kok: tanya Danny. "I'll come with you. Sekalian saja kita strolling somewhere" jawab Joshua santai tanpa menoleh. Danny tersenyum lebar lalu bergerak memeluk lengan Joshua. "Finally. I can hug your arms like we used to" usap Danny. Joshua tersenyum dan menempelkan pipinya keatas kepala Danny.○o。.○o。.○o。.
KAMU SEDANG MEMBACA
dreamers
Fanfictionsang tuan yang tidak pernah mau bermimpi karena tidak mau jadi ambisius, bertemu sang puan yang tidak berani untuk bermimpi karena terlalu sering kecewa, bertemu di saat yang tepat. apakah ini giliran mereka untuk mencoba bermimpi indah?