"Eunggh" suara lenguhan itu membangunkan Danny. Ia merasa seperti ada yang menarik pelan tanganya. Danny mengangkat kepalanya dan menemukan ia sedang bergandengan tangan dengan Hyungwon, yang juga baru sadar. "Ehm...." gumam Hyungwon bingung.
Mereka sama-sama kebingungan, antara mereka ingin melepas genggaman itu, atau tetap diam pada posisi tersebut. Namun, saat saling berdiam itu, ditengah kesunyian ruang tengah Danny, suara gemuruh pelan terdengar jelas. Kedua mata Danny membulat dan muncul semburat kemerahan di wajahnya.
"Is that..? Are you hungry, Elle?" tanya Hyungwon. Danny yang sedang menahan malunya, mengangguk sambil memejamkan kedua matanya. Hyungwon tertawa karena Danny. Menurutnya, Danny sangat menggemaskan.
"well, well, no wonder. sekarang sudah jam 2 siang dan kita baru saja bangun dari tidur siang. do you have something in your fridge?" tanya Hyungwon yang kemudian berdiri dari sofa. "i still have some gogi and maybe we can eat it with rice and pick one of the kimchi i have" jawab Danny yang ikut beranjak dari sofa.
Mereka membagi tugas untuk menyiapkan makan siang. Hyungwon bertugas untuk menyiapkan daging dan kimchi. Sementara Danny menyiapkan peralatan makan dan kompor portable karena mereka akan makan bersama didepan tv. "ini mangkuk-mangkuknya, oppa" ucap Danny sambil memberikan beberapa mangkuk untuk kimchi kepada Hyungwon. "Gomawo" jawab Hyungwon. "Kau sudah masak nasi ya dari pagi?" tanya Hyungwon. "Eoh~ sudah kebiasaan nampaknya bagiku untuk memasak nasi setelah bangun tidur" jawab Danny santai sambil membuka rice cookernya dan mengaduk nasi yang ada didalam sana.
"Kajja" ucap Hyungwon yang sudah siap dengan daging yang baru saja selesai de-frost. Danny meraih 3 mangkuk kimchi yang Hyungwon siapkan, lalu membawanya ke ruang tengah. Mereka duduk disana, dan mulai memanggang daging sambi menonton salah satu film tahun 2000-an favorit Danny, 'The Devil Wears Prada'.
"You know, it does hard to work in this industry, either front or behind the stage" gumam Danny yang tiba-tiba serius. "Whoaaa. Where's this topic came from all of a sudden, Elle?" jawab Hyungwon. "idk. maybe it's just my brain that trying to build up something to made me even stronger" jawab Danny sambil meletakkan beberapa potongan daging ke mangkuk milik Hyungwon.
"by the way, foto dari sesi yang kemarin sudah finalize. Begitupula video behind the scenesnya" ucap Danny yang kemudian membuka ponselnya. "Jinjja?? Cepat sekali" ucap Hyungwon. "Footage behind the scenes-nya tidak terlalu rumit karena kita tidak berada diluar studio, dna mungkin aku juga sudah terbiasa mengambil shots footage seperti itu" jelas Danny yang kemudian memperlihatkan videonya pada Hyungwon.
Hyungwon terperangah melihat video yang sekarang ia tonton. "i might ask you to work together on my next project" ucap Hyungwon begitu selesai videonya. Danny tertawa kecil mendengarnya. "i would love to, oppa. but, i like the cinematic more than this kind of video, y'know" ucap Danny. "Believe me, i know. Aku sudah melihat hasil kerjamu di account sns-mu. Kau mengagumkan" puji Hyungwon. Danny jelas tersipu mendengar pujian dari Hyungwon.
"i have a similar project 2 weeks from now, for Turquoise. if you're free, you can actually come with me and see how i work, oppa" ajak Danny. "Really? Apa aku tidak merepotkanmu nantinya?" tanya Hyungwon. "Of course not. Aku senang jika kau bisa menemaniku bekerja" ucap Danny. Hyungwon tersenyum, didalam hatinya ia sedang melompat kegirangan karena mendapatkan kesempatan lain untuk bertemu dan mengenal Danny lebih lagi.
"Oppa, have you tried kick boxing?" tanya Danny sambil merapihkan dapur. "I have. Why? Do you want to try it?" tanya Hyungwon. "I'm not really sure. aku belum pernah melihat bagaimana latihannya, maka dari itu aku bertanya" jawab Danny yang berdiri tegap setelah memasukkan beberapa panci ke laci dibawah kompornya.
"Apa kau pernah ikut taekwondo?" tanya Hyungwon. Danny menjawabnya dengan gelengan pelan. Hyungwon cukup terkejut, karena biasanya orang-orang keturunan Korea, akan belajar taekwondo saat kecil, dimanapun mereka tinggal. "apa kau benar-benar tidak pernah belajar bela diri?" tanya Hyungwon. Danny mengulas senyum tipis, "tentu aku pernah. hanya saja, bela diri yang aku pelajari bukan taekwondo" ucapnya. Hyungwon memiringkan kepalanya karena penasaran. Danny tersenyum tipis dan merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya.
Sekarang mereka berdua duduk di sofa dan menatap kearah tv, Danny baru saja menyambungkan ponselnya ke TV dan menunjukkan sebuah video 6 bulan yang lalu katika ia mengikuti 'friendly match' saat masih di Amerika. Hyungwon sekarang sedang terperangah menatap ke TV sampai akhirnya video itu selesai dengan teriakan keras dari Danny yang memenangkan kompetisi tersebut.
"So, that's me" ucap Danny yang kemudian memutus koneksi ponselnya dari TV. Hyungwon menolehkan wajahnya kearah Danny, dengan mulut yang masih menganga. Ia benar-benar terpukau dengan apa yang barusan ia lihat. "Neo...... mitchyeodda" ucap Hyungwon yang kehabisan kata-kata. Danny hanya tertawa kecil mendengarnya. "we should try to train together, y'know oppa" ucap Danny dengan santainya. "Me? well, i don't know" jawab Hyungwon. "Ugh, come on, oppa~ it's just an easy training and of course, for fun. Jadi, kita punya alternative lain untuk berolahraga" ucap Danny.
"Well, okay. I'll try, but!" ucap Hyungwon dengan nada menggantung. Danny menatap wajah Hyungwon sambil menunggu kelanjutan kalimatnya. "kau mau ikut aku bekerja di Turquoise" lanjut Hyungwon. Danny memiringkan kepalanya bingung. "Minggu depan, aku juga ada jadwal di Turquoise. Aku akan mencoba untuk berlatih bersamamu, tapi kau juga harus ikut denganku pada jadwalku kali ini, eotthae?" ucap Hyungwon. Kemudian Hyungwon mendengar suara tertawa dari mulut Danny. "just that easy??" ucap Danny sambil masih tertawa. Hyungwon mengangguk.
Danny mengacungkan jari kelingkingnya kearah Hyungwon. "I promised" ucap Danny sambil tersenyum. Hyungwon mengaitkan jarinya ke jari milik Danny dan mereka saling bertatapan sambil tersenyum.
○o。.○o。.○o。.
KAMU SEDANG MEMBACA
dreamers
Fanficsang tuan yang tidak pernah mau bermimpi karena tidak mau jadi ambisius, bertemu sang puan yang tidak berani untuk bermimpi karena terlalu sering kecewa, bertemu di saat yang tepat. apakah ini giliran mereka untuk mencoba bermimpi indah?