📍 Hongdae
Hyungwon baru saja sampai di bengkel motor langganannya. Sebuah high-end bengkel yang menjadi toko langganannya akhir-akhir ini. Bengkel ini memiliki toko aksesoris dan sebuah cafe di lantai keduanya. Disana ia bertemu dengan Jooheon yang sedang mengambil jacket pesanannya, Lalu mereka duduk bersama untuk menikmati segelas ice americano. "Kemarin adalah salah satu penampilanmu yang terbaikmu, hyung" ucap Jooheon. Hyungwon hanya tersenyum sambil menyeruput kopi.
"Apalagi hasil dokumentasi semalam" ucap Jooheon dengan gesture chef's kiss. Hyungwon mengangkat kepalanya, "foto?" tanya Hyungwon. Jooheon merogoh tasnya, meraih ponselnya lalu memperlihatkan foto dari media sosial Turquoise.
Hyungwon meraih ponsel Jooheon lalu memperhatikan photo itu dengan teliti. "Wow" ucap Hyungwon. "Crew Woosung hyung memang keren. Dengan keadaan crowd seramai itu, mereka bisa mengambil gambarmu dengan sangat baik" ucap Jooheon. Hyungwon melihat nama photographer yang mengambil gambarnya di caption post tersebut, lalu mengingatnya."Gomawo Jooheon-ah" ucap Hyungwon lalu mengembalikan ponsel Jooheon. "Huh? Wae?" tany Jooheon. Hyungwon hanya tersenyum.
Hyungwon meraih ponselnya dan mencari nama account yang ia lihat tadi. Ia menemukan sebuah account yang tentu diikuti oleh account Turquoise dan Sammy. 'Dannielle Kwon' pikirnya. Ia bisa langsung tahu kalau itu adalah wanita yang malam itu menarik perhatiannya. Tapi sayang, account itu hanya berisi portofolio kerja perempuan yang semalam.
Semalam Hyungwon masih dalam keadaan sadar dan mengingat photographer itu, apalagi motornya yang jauh lebih keren dari miliknya. Hal-hal tersbut menambah ketertarikan Hyungwon. Belum lagi, parfum perempuan itu mirip sekali harumnya dengan perempuan yang ia temui di gym beberapa hari yang lalu. Hyungwon semakin penasaran dengan wanita-wanita yang ia temui beberapa hari belakangan.
Sudah lama sekali Hyungwon tidak setertarik ini kepada perempuan. Kesibukannya membuat ia semakin malas untuk memulai suatu hubungan, karena kebanyakan perempuan yang dekat dengannya tidak begitu bisa mengerti konsekuensi pekerjaannya. Apalagi pekerjaannya adalah ruang yang selalu berinteraksi dengan orang lain di depan layar. Sampai sekarang Hyungwon belum menemukan perempuan yang menurutnya bisa menjalani hubungan bersamanya, dengan tingkat pengertian yang seimbang.
"Hyung, besok kau punya jadwal apa selain photoshoot?" tanya Jooheon. "Photoshoot besok nampaknya akan berlangsung beberapa hari. Karena isi scheduleku untuk senin dan selasa adalah pemotretan yang sama. GQ kali ini bekerja lebih keras nampaknya" jawab Hyungwon sambil menunjukkan jadwal pekerjaannya minggu depan. Jooheon memperhatikan jadwal Hyungwon lalu hanya mengedipkan matanya beberapa kali.
📍 disisi lain kota Seoul
Joshua dan Danny sudah sampai di toko kamera langganan Danny dan sedang menunggu kasir untuk menyiapkan pesanan Danny. "Kau pesan apa saja?" tanya Joshua. "Film kamera, polaroid films, microfiber untuk lensa, lights, and camera bag" jawab Danny santai sambil memberikan tanda tangannya untuk membayar semua itu. Joshua hanya menggelengkan kepalanya sambil menerima beberapa totebag dari kasir. Danny membungkukkan tubuhnya lalu menuntun Joshua untuk keluar dari toko itu.
Setelah memasukkan semua barang belanja Danny, Joshua mengajak Danny untuk berjalan kaki mengelilingi district itu. Mereka membeli masing-masing segelas ice americano dan croissant untuk menemani jalan santai mereka sore itu. "Oppa, aku sudah lama tidak mengambil gambarmu. Let's test this camera" ucap Danny. Joshua hanya memperhatikan gerakan Danny dan mengikuti instruksi Danny yang mengarahkannya.
"Superstar indeed" ucap Danny setelah mengambil gambar Joshua. "New camera?' tanya Joshua. "Yeah, i bought it before i go to Seoul" ucap Danny. Joshua melihat hasil jepretan Danny dan ia masih selalu terpukau dengan keterampilan Danny saat mengambil momen bahkan sambil bergerak. Joshua membelai kepala Danny lembut sambil tersenyum.
○o。.○o。.○o。.
KAMU SEDANG MEMBACA
dreamers
Fanfictionsang tuan yang tidak pernah mau bermimpi karena tidak mau jadi ambisius, bertemu sang puan yang tidak berani untuk bermimpi karena terlalu sering kecewa, bertemu di saat yang tepat. apakah ini giliran mereka untuk mencoba bermimpi indah?