06. Khawatir

1K 163 97
                                    

Keesokan harinya, Chiquita dan Rora bersiap menuju lapangan untuk mengikuti upacara. Mereka terlihat mengenakan seragam dengan rapi berserta topi, yang di pakai untuk kerapihan juga berguna menutupi kepala, menghindari sinar matahari yang mulai menyorot.

Dua gadis itu masuk pada barisan paling depan bersama para murid baru lainnya.
Dan kebetulan, tak jauh dari mereka para anggota OSIS juga nampak berbaris penuh kedisiplinan dengan Ruka sebagai pemimpin barisan.

Namun ketika upacara baru saja berjalan beberapa menit, Chiquita tiba-tiba mengeluh pada Rora, mengatakan merasa lemas dan pusing hingga tubuhnya pun hampir limbung.

Tentunya hal itu membuat Rora khawatir, hingga dia segera memanggil para anggota dari unit kesehatan yang berada di barisan belakang untuk segera membantunya menolong Chiquita.

"Bawa ke UKS, ayo. Wajahnya udah pucat,"

"Ayo-ayo."

Sebagai sahabat yang baik, Rora memilih mengikuti Chiquita dari belakang yang kini tengah di bopong meninggalkan lapangan upacara.
Dia sangat khawatir,  padahal sebelumnya dia yakin gadis itu baik-baik saja dan terlihat sehat.

Beberapa orang sempat menoleh untuk melihatnya, termasuk beberapa anggota OSIS yang salah satu diantara mereka terlihat menatap penuh ke khawatiran namun tak bisa berbuat apa-apa di tempatnya.

Klek~

"Temen kamu biar istirahat dulu aja disini, dek. Kalau udah mendingan baru boleh keluar ya."

"Baik kak, terimakasih banyak." Rora yang berterimakasih, mewakili Chiquita pada dua kakak kelas anggota PMR yang telah membantunya.

Dirasa Chiquita memang hanya membutuhkan istirahat, anggota PMR itu pamit untuk pergi ke lapangan kembali dan bergabung dengan yang lain.

Setelah itu Rora menarik kursi, mulai mendudukkan tubuh disana dan menatap sahabatnya dengan tatapan sangat khawatir.
Chiquita sendiri masih memejamkan mata di ranjang, belum mengatakan apapun.

Ketika tangan Rora terasa menyentuh lengannya beberapa waktu kemudian, gadis itu mulai membuka matanya.
Dia bahkan melirik ke beberapa arah, seolah memastikan tidak ada siapapun lagi kecuali mereka disini.

"Lo baik-baik aja Chiq? Mau minum? Mau makan? Atau apa?" Rora sampai bangkit dari kursinya, mengajukan pertanyaan yang kiranya ada yang sahabatnya itu inginkan.

Namun bukannya menjawab pertanyaan Rora yang penuh perhatian, Chiquita malah balik bertanya sembari mendudukkan tubuh dan bersandar pada kepala ranjang UKS, seperti sedang bersantai.

"Mereka udah pergi ya, Ra?" Tanyanya tanpa beban. "Gue laper, pengen ngemil btw."

Rora mengernyit, mulai mencurigai sesuatu. "Chiq,"

"Hm?"

"Lo pura-pura ya?"

Chiquita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, baru setelahnya tersengih hingga membuat Rora tiba-tiba memukul betisnya cukup keras. Chiquita mengaduh, namun tak membuat Rora menarik tatapan tajamnya.

"Sakit ogeb!"

"Bacot ya bangsat, sia-sia gue khawatir sama lo, dasar ibab!"

Chiquita segera menarik kakinya yang hampir kena pukul Rora lagi.

"Ra, ih! Jangan mukul!"

"Lagian lo nyebelin! Kenapa drama sih?! Kalo ketahuan gimana, tolol?"

Chiquita mengerucutkan bibirnya, menatap Rora takut-takut. Dia sejujurnya sedikit tidak baik-baik saja sejak bangun tidur tadi, namun di abaikan karena dirasa bukan masalah, tapi ternyata lama kelamaan dia mulai pusing dan lemas, maka dari itu dia merasa tidak akan sanggup untuk melanjutkan upacara jika lebih lama, jadi dia sedikit drama seperti yang Rora tuduhkan agar bisa berada di UKS seperti sekarang.

BUCIN 99%   {ChiSa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang