07. Kebersamaan Yang Hangat

766 129 83
                                    

Asa memperhatikan gadis di hadapannya dengan senyuman gemas tertahan. Bagaimana tidak, saat ini Chiquita tampak begitu lahap menyantap mie goreng buatan Ibu kantin, sampai-sampai pipinya penuh dan menggembung lucu.

Setelah keluar dari UKS beberapa waktu lalu, Asa mengajak sang adik kelas untuk pergi mencari makan bersama di kantin. Alasannya tentu saja karena gadis itu membutuhkan asupan untuk memulihkan tenaganya, meskipun di sisi lain Asa punya alasan yang tak terduga.

"Pelan-pelan makannya, dek. Kak Asa gak minta kok." Tegur Asa penuh perhatian. Chiquita hanya tersenyum hingga matanya menyipit.

"Hmm."

Asa disana tidak ikut makan, hanya memperhatikan Chiquita tanpa canggung. Katanya dia masih kenyang, jadi kemari hanya untuk menemani si adik kelas gemasnya saja.

Chiquita sendiri tampak biasa saja, tidak malu-malu di depan Asa. Mungkin karena mereka sering bertemu dan merasa semakin dekat tanpa sadar, keduanya tidak terikat rasa canggung atau apapun yang sejenis itu. Apalagi Gengsi, tidak ada yang seperti itu dalam hubungan mereka sekarang.

Setelah beberapa waktu berlalu dan Chiquita selesai mengabiskan makanannya, gadis itu berterimakasih pada kakak kelasnya karena telah berbaik hati memberinya traktiran.
Asa juga dengan senang hati menerima ucapan terimakasihnya.

"Em. Kak Asa gak sibuk?" Chiquita bertanya, memecah hening diantara mereka.

"Nggak dek, kenapa memangnya?"

"Takutnya aku ngeganggu kak Asa."

"Nggak sama sekali, kok. Jangan khawatir," jawab Asa lemah lembut. Senyumannya juga tidak turun barang sedikitpun.

Mendengarnya, membuat Chiquita mendesah lega. "Syukurlah kalau gitu, kak."

Asa mengangguk. Kali ini gilirannya untuk memulai percakapan. Dia masih enggan berpisah dengan adik kelasnya, butuh beberapa waktu lagi untuk membuatnya puas.

"Dek,"

"Iya kak Asa?"

"Kakak mau tanya-tanya, boleh?" Ucap Asa sedikit ragu, namun dalam nada bicaranya terkandung sebuah pengharapan.

Chiquita tersenyum lalu mengangguk, dia dengan senang hati mengizinkan.

"Tanya aja kak."

Dan setelah mendapatkan izinnya, Asa pun tanpa ragu mulai mengajukan pertanyaan yang membuatnya penasaran dan penuh keinginan tahuan.
Di mulai dari bertanya tentang hubungannya dengan Rora, lalu random bertanya apa yang Chiquita suka dan tidak suka.

Meskipun terdengar payah, tapi trik murahan Asa cukup berhasil. Chiquita begitu ceria dan bersemangat setiap kali menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Hingga ketika Asa tiba pada pertanyaan yang cukup pribadi, dia bisa menyadari ada sedikit perubahan pada raut wajah dan nada suara Chiquita.

"Orangtuaku ya? Ah, mereka sibuk kerja kak. Makanya jarang ada di rumah." Chiquita tersenyum setelah mengatakannya, meski Asa tau di balik senyuman itu ada sesuatu yang di sembunyikan.

Asa mengangguk-angguk pelan. "Pantas saja ketika kakak anterin kamu pulang, di rumahnya sepi banget dek."

"Iya kak, cuman ada Bibi. Aku anak tunggal, jadi gak ada siapapun lagi di rumah."

Gadis yang mengenakan jas putih kebanggaannya itu tampak menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh tangan Chiquita di atas meja. Lalu mengusapnya perlahan, membuat Chiquita menatapnya dengan senyuman hangat.

"Jangan pernah merasa sendirian ya, dek? Ada Rora, ada kak Asa juga. Kamu juga bisa minta di temenin kakak kapan aja kamu mau."

Gadis berambut cokelat itu tampak terkekeh ringan. "Makasih kak Asa."

BUCIN 99%   {ChiSa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang