11. Parfume

1.3K 169 53
                                    

Keesokan harinya, Chiquita sudah berada di sekolah bersama Rora.
Mereka berdua tidak berangkat dalam satu kendaraan yang sama, namun keduanya bertemu di pintu gerbang hingga membuat keduanya masuk beriringan.

Waktu baru menunjukan pukul 7 pagi, belum banyak siswa yang datang.

"Jadi gimana? Lo udah minta maaf sama kak Ahyeon?" Chiquita memulai pembicaraan setelah mereka duduk di bangku.

Rora mendesah pelan, kemudian menggeleng lesu yang membuat Chiquita menatap malas.

"Belum bisa gue, nanti mungkin Chiq."

"Seterah lo, dasar ratu gengsi."

Rora menatap Chiquita dengan kekehan kecil. Dia tau, sahabatnya mungkin agak kesal setelah mendengar ceritanya kemarin yang masalahnya padahal tidak besar-besar banget.

Di tambah sampai saat ini, dia belum menuruti apa yang sang sahabat anjurkan. Meskipun demikian, Rora juga memiliki sebuah rencana yang Chiquita tidak tau apa itu.

"Ngomong-ngomong, lo kemarin bilang ada tamu ke rumah, siapa itu? Lo kayaknya buru-buru banget pergi dari rumah gue." Rora mengalihkan pembicaraan tentang masalahnya, kini dia bertanya karena penasaran dengan Chiquita kemarin yang tiba-tiba ingin pulang karena katanya ada tamu yang entah siapa.

Chiquita berdehem pelan, tatapannya tertuju pada Rora yang wajahnya menampilkan raut penasaran tipis.

"Temen baru gue, Ra."

"Siapa? Iroh?" Ucap Rora dengan alis kiri yang sedikit naik.

Chiquita menggeleng, senyuman lebar tiba-tiba tampil di bibirnya. "Bukan,"

"Terus siapa? Gue gak tau lo punya temen baru lagi." Rora tampak kesal, kedua tangannya sampai berpangku di depan dada.

Dia benar-benar tak bisa menebak karena sahabatnya itu memang belum pernah menceritakan apapun akhir-akhir ini padanya.

Tapi Chiquita juga bukannya tidak mau bercerita, hanya saja dia ingin fokus pada Rora dan mendengarkan terlebih dahulu masalah sang sahabat.
Niatnya, jika nanti masalah Rora sudah selesai, baru gilirannya untuk memberitahukan tentang dirinya.

Mungkin juga tentang kedekatannya dengan kakak kelas favoritnya, yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersama tanpa diketahui siapapun.

"Nanti aja gue kasih taunya, sekarang gue mau dengerin lo dulu, Ra."

"Ah, lo mah gitu. Gak adil,"

"Nanti Ra, gue punya banyak cerita kok. Tapi gak sekarang gue bilangnya."

Rora mencebik, nampak putus asa memaksakan Chiquita bercerita.
Jadi dia pun akhirnya mengangguk lemah, meski sudah sangat penasaran.

Di detik berikutnya, wajah Rora kembali cerah, teringat rencana berliannya untuk siang nanti sebelum terlupakan lagi. Chiquita menyadari perubahan itu refleks bertanya.

"Kenapa lo?"

"Chiq, nanti ikut gue ya? Gue mau traktir lo makanan."

"Dalam rangka apa nih?" Chiquita memasang wajah curiga. Karena tiba-tiba saja Rora mengatakan sesuatu tentang makanan, hal yang sangat dia sukai.

"Pokoknya lo ikut gue aja, kalo mau makanan gratis. Jangan banyak tanya, oke?"

"Oke deh. Demi makanan gratis,"

Rora bersorak dalam hati, sahabatnya yang satu ini memang tidak akan pernah mengalah soal makanan.

Chiquita adalah orang kaya, bisa membeli apapun yang dia inginkan.
Tapi dia lebih suka jika mendapat makanan gratis.

BUCIN 99%   {ChiSa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang