اللهم صل على النبي محمد
•
°
°
•
•
°
°^^📒HAPPY READING📒^^
-
-
-
-🔓Open's Story🔓
Pagi cerah di SMAN Aksara 76, Zarra tengah duduk di kursi taman sekolah sambil menikmati indahnya udara pagi hari. Angin sepoi-sepoi perlahan-lahan menerbangkan hijab putihnya. Kulit putih bersih, netra cokelat menawan, membuat siapapun yang melihatnya seketika tertarik.
Perlahan netra cokelat miliknya menangkap sosok lelaki yang berjalan gagah masuk ke gedung sekolah. Jantungnya kembali berdetak sangat kencang seperti sebelum-sebelumnya, ia selalu merasakan hal yang sama ketika bertemu dengan lelaki itu.
Ya Allah, ini kenapa, sih? Jantungku detaknya gak karuan banget, batin Zarra meringis ketakutan.
Tiba-tiba sekilas memori muncul di benaknya, memori di mana ia menanyakan masalah jantungnya itu kepada sang kakak.
"Itu artinya kamu lagi jatuh cinta, Dek. Udah syukuri aja, Dek. Suka gaada salahnya, kok, toh suka itu udah fitrah kita sebagai manusia." Ucapan yang kakak memenuhi otaknya saat ini. Apa benar dirinya sedang dilanda keadaan jatuh cinta? Ah, Zarra benar-benar labil soal percintaan, ia tidak pernah tahu bagaimana jatuh cinta itu.
"Apa benar ini yang namanya jatuh cinta?" gumamnya sambil menatap langit biru.
Bibirnya dengan spontan membentuk senyuman lembut. Matanya menyendu, bibirnya terbuka seolah akan berucap sesuatu. "Ummi, anak ummi ternyata udah besar, ya? Sampai udah ngerasain yang namanya jatuh cinta, ahaha." Zarra berucap sambil menatap langit dengan sendu.
Setelah selesai dengan kegiatannya di taman, akhirnya Zarra memutuskan untuk kembali memasuki kelasnya.
'' °• 🐾🐾 •°''
Sesampainya di kelas, Zarra langsung duduk di tempatnya. Ternyata tepat di sana sudah ada Alari terduduk dengan memasang muka masam. Zarra sudah mengerti akan hal itu.
Zarra terkekeh kecil. "Ahaha, Ala, marah, ya? Ya Allah, La, aku cuma tinggal ke taman bentaran loh," ucap Zarra sambil terkekeh.
"Tetep aja, Ra! Aku udah setuju buat dateng pagi-pagi ke sini biar bisa nemenin kamu, loh! Eh, kamunya malah gaada di kelas, sakit banget hatiku ini, Ra! Hancur berkeping-keping kayaknya," ucap Alari drama. Zarra seketika tertawa lepas. Astaga, yang benar saja, ada apa dengan satu temannya ini? Mengapa ia begitu dramatis?
"Iya, iya, deh. Maaf, ya? Aku traktir kantin deh nanti," ujar Zarra berusaha membujuk Alari.
"Nah! Janji loh! Nanti traktir di kantin! Harus lho!" ucap Alari seketika kegirangan.
Zarra kembali tertawa. Temannya ini benar-benar bersemangat jika bertentangan dengan makanan.
"Iya, iya, janji, kok," ucap Zarra sembari menyodorkan jari kelingkingnya. Alari langsung menautkan jari kelingking miliknya ke jari kelingking milik Zarra.
Kriing!
Tepat saat percakapan mereka selesai, bel sekolah langsung berbunyi. "Jam pelajaran akan segera dimulai. Para siswa maupun siswi dipersilahkan masuk ke kelasnya masing-masing." Terdengar suara dari setiap bel yang terdapat di sekolah.
"Yah, gak kerasa udah bel masuk aja." Alari berujar malas.
"Udah, ah. Gak usah malas-malasan, sekarang bagian pelajaran A' Arkan, tau," ujar Zarra menyemangati Alari.
Mata Alari membulat sempurna. "OH IYA! BARU INGET SEKARANG BAGIAN A' ARKAN, MAKASI, ZARRA-KU SAYANG, UDAH NGINGETIN!" teriak Alari secara spontan, seketika semua orang di kelas langsung menatap ke arah Alari. Alari seketika tersenyum canggung.
"Alah siah! Si Lari, bogoheun ka A' Arkan, Ey! Ramekeun, améh nyampe langsung ka A' Arkan na!" teriak salah satu murid laki-laki di sana. Muka Alari seketika memerah seperti kepiting rebus.
"ANJAY! GAS LAH!" teriak semua orang di sana, minus Zarra. Zarra hanya dapat tepuk jidat dengan kelakuan teman sekelasnya ini. Mereka benar-benar random. Rasanya aneh jika Zarra masih percaya bahwa ini kelas unggulan.
"Ekhem!"
Di tengah keributan itu. Tiba-tiba saja, deheman berat terdengar dari depan pintu kelas. Mereka semua sontak menoleh ke arah suara tersebut. Bukannya mereka diam, justru mereka malah semakin ribut, karena kedua orang yang mereka bicarakan sedang ada di tempat yang sama.
"A'! Si Alari, yeuh bogoh ka, A'a! Terima cenah, A'! Geus cinta mati cénah!" teriak salah satu di antara mereka.
Zarra hanya dapat geleng-geleng kepala. Ia sudah agak frustasi dengan sisi gelap kelas unggulan ini.
"Sst! Berisik. Tujuan saya ke sini buat ngajar, bukan buat dengerin ocehan gak jelas kalian!" sarkas Arkan tidak terima.
"Yeuh! A' Arkan mah teu rame ah!" protes mereka bersamaan.
Arkan berjalan angkuh ke dalam kelas, tidak peduli ocehan-ocehan yang dilontarkan para murid. Zarra agak memicingkan matanya. Netranya menangkap telinga Arkan yang memerah, juga wajahnya yang agak merah bersemu. Zarra tertawa lirik, sepertinya Zarra sudah agak tertular virus ODGJ anak XII MIPA 01 ini.
"La," panggil Zarra sambil menyikut lengan Alari.
"Kenapa, Ra?" jawab Alari agak lesu. Energi Alari sepertinya sudah habis dipakai meladeni anak-anak kelasannya.
"A' Arkan tuh naksir sama kamu tau," goda Zarra. Ah, wajah Alari kini kembali menjadi kepiting rebus. Alari sudah muak. Rasanya ia ingin pindah ke planet pluto saja.
"Ra, please, deh, jangan bikin aku tambah ngarep ke A' Arkan!" ujar Alari agak sarkas.
"Aku gak bohong, La. Liat aja telinga A' Arkan merah gitu," ujar Zarra berusaha meyakinkan Alari. Alari dengan spontan menatap ke arah Arkan, dan ya, benar saja, telinga Arkan masih memerah sampai sekarang. Ah, Alari rasanya ingin langsung berlari-lari karena kegirangan.
Zarra tersenyum licik, ia dapat melihat kondisi muka Alari seperti orang yang sedang salah tingkah. Mission complete, batin Zarra girang.
•
•
°°
°°
•
•
°°
°°
•
•↩️TO BE CONTINUE↪️
-
-
-
-
-
-🔒STORY CLOSED🔒
#pensi
#eventpensi
#pensivol13
#teorikatapublishing
KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKARA : Love without family support [TERBIT]
Teen Fiction[TERBIT] [Budayakan Follow Sebelum Membaca❗] Harta yang melimpah, teman yang banyak, lalu kepintaran yang Zarra miliki nyatanya tak membuat kebahagiaan yang sempurna di hidupnya. Zarra Alenna, ia merupakan salah satu santriwati teladan di Pondok Pe...