DZAKARA : LWFS 17 - MENCARI PENENGAH

48 18 22
                                    

اللهم صل على النبي محمد



°
°


°
°

^^📒HAPPY READING📒^^

-
-
-
-

🔓Open's Story🔓

     Mentari telah terbenam, tanda malam akan segera tiba. Seorang gadis dengan hijab cokelatnya tengah sibuk berkutat dengan peralatan-peralatan dapur. Kegiatannya seketika terhenti ketika ia merasakan ada sosok tangan yang bergerak di atas perutnya. Dengan spontan gadis itu langsung menoleh.

     "Kak? Astaghfirullah, aku kira tadi siapa. Lain kali jangan ngagetin dong!" protes Zarra. Dzaka hanya terkekeh saat mendengar protesan sang dara. Zarra seketika kembali fokus kepada kegiatannya.

     "Haha, maaf-maaf. Aku hanya rindu dengan istriku," lirih Dzaka tepat di sebelah telinga Zarra. Tangan kekar miliknya dengan spontan memeluk erat tubuh Zarra dari belakang.

     "Ish, Kak. Lepasin dulu, aku mau masak tau!" Zarra kembali protes. Namun, bukannya mendengarkan perkataan Zarra, Dzaka malah mempererat pelukannya itu.

       Dzaka menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Zarra yang tertutup hijab. Zarra seketika hanya bergidik geli karena perilaku Dzaka.

     "Ugh, Kak, duduk sana. Jangan ngeganggu, deh," pinta gadis itu. Mau tak mau Dzaka harus melepaskan pelukannya dengan susah hati. Ah, dirinya benar-benar tidak ikhlas. Dzaka seketika memundurkan langkah kakinya untuk duduk di meja makan.

     Muka Dzaka seketika berubah menjadi murung. Namun, ia tetap setia memperhatikan sang istri yang tengah memasak. "Lagipula kenapa gak masak sama Bi Iva aja? Kan, waktu aku sama kamu jadi terbatas, Humaira," tanya Dzaka yang masih tidak ikhlas.

     "Ish, biarin Bi Iva istirahat dulu lah. Dia kecapean tahu," balas gadis berhijab cokelat itu.

     "Hmm, iya deh," sahut Dzaka malas.

     Hening setelahnya, tidak ada yang berniat membuka percakapan satu sama lain di antara mereka. Sampai di mana Dzaka mulai membuka topik pembicaraan.

     "Humaira," panggil lelaki pemilik surai legam itu.

     Zarra menoleh sejenak. "Iya, kenapa?" balas si gadis lembut.

     "Besok aku mau jemput Dzakir ke rumah sakit. Kamu ikut, ya?" pinta Dzaka.

     Dahi Zarra mengernyit. Aneh, rasanya aneh sekali. Padahal biasanya mau menjenguk ataupun bagaimana sang suami tidak pernah meminta dirinya untuk menemaninya, dan ini menjadi kali pertama bagi Zarra mendapat permintaan seperti itu dari Dzaka. Apa hubungan kedua lelaki kembar itu sedang tidak baik-baik saja? Ya, itulah pikiran Zarra saat ini.

     Tumben banget minta ditemenin. Padahal, kan, waktu Gus Dzakir masih koma, terus kakak mau ngejenguk gak pernah minta buat Ara temenin, deh. Aish, yaudah lah, ikut aja, batin Zarra panjang lebar. Dzaka cukup heran, pasalnya sang dara tiba-tiba saja terdiam.

     "Humaira?" panggil Dzaka untuk memastikan.

     Lamunan Zarra seketika buyar karena panggilan dari sang suami. Zarra kembali menoleh ke arah Dzaka. "Eh, iya. Kenapa, Kak?" sahut Zarra. Dzaka hanya memasang senyum tipis.

     "Jadi gimana? Mau nemenin aku ngejemput Dzakir?" tanya Dzaka sekali lagi. Zarra hanya mengangguk sebagai jawaban.

     Melihat anggukan dari Zarra si lelaki seketika menghela napas lega. Huh, syukur, deh, Ara mau nemenin gue. Udah males banget gue sama si Dzakir, batin Dzaka merasa lega.

DZAKARA : Love without family support [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang