اللهم صل على النبي محمد
•
°
°
•
•
°
°^^📒HAPPY READING📒^^
-
-
--
-🔓Story Opened🔓
Sekitar tujuh bulan telah berlalu setelah kabar kehamilan Zarra. Sekiranya sekarang usia kandungan milik Zarra sudah tujuh bulan. Perutnya sekarang sudah terlihat buncit, kesannya benar-benar menggemaskan.
Matahari baru saja terbit beberapa menit dari ufuk timur. Kedua pasang kekasih itu kini tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Namun, beberapa menit setelah itu, perlahan Dzaka mulai mendekati Zarra yang tengah terduduk di atas ranjang, kemudian dirinya memeluk tubuh milik Zarra dari belakang.
Dzaka menyembunyikan wajahnya di ceruk leher milik Zarra. Zarra seketika merasakan deru napas hangat milik Dzaka yang membuat dirinya geli sendiri.
"Darl," panggil si pria pemilik rambut hitam legam itu. Nadanya mengalun halus di telinga Zarra.
Zarra menoleh sejenak. "Hmm? Kenapa?" sahutnya dengan nada malas.
"I need a some kiss," ujar Dzaka, suaranya memberat ketika mengeluarkan perkataan tersebut. Zarra seketika mendelik tajam mendengar ujaran dari sang suami. Ayolah, sejenak saja Zarra memohon untuk suaminya ini agar tidak terlalu lengket padanya.
"No, thanks," tolak Zarra mentah-mentah. Dzaka seketika memanyunkan bibirnya kesal.
"Aah, come on, mengapa kamu begitu tega kepada suamimu sendiri?" rengek si pria. Ia menggoyang-goyang tubuh milik Zarra. Zarra yang melihat itu hanya terkekeh sekaligus merasa geli melihat tingkah lalu pria yang menyandang status sebagai suaminya ini.
"Aku gak mau, Kak. Jangan maksa," tolak Zarra kembali secara halus.
Dzaka hanya terdiam seribu kata, nampaknya mau tidak mau Dzaka harus menerima penolakan dari Zarra. Ia memajukan tubuhnya untuk mencapai posisi duduk yang sejajar dengan Zarra, dirinya merebahkan kepalanya di atas paha milik Zarra.
Dzaka menatap polos perut milik Zarra yang sudah membuncit lumayan besar. Dzaka mengusap-usap perut buncit itu secara perlahan. "Cie, sebentar lagi jadi bunda. Perutnya udah buncit gini, ahaha," ejek Dzaka sembari terkekeh kecil. Zarra menatap datar ke arah suaminya.
"Diem, deh. Aku buncit gini gara-gara kamu, tau!" protes Zarra. Ia menyentil pelan dahi milik Dzaka.
Dzaka seketika meringis kesakitan. Nampaknya bercanda dengan wanita yang sedang mengandung bukan ide yang bagus. Dzaka tertawa kaku setelahnya, ia mengusap-usap dahi yang baru saja Zarra sentil.
"Ish, jangan salahin aku. Aku juga gak tau kalo bakal langsung jadi, aslinya mah gak mau, tau. Baru juga nyoba malah langsung jadi, gak puas banget," elak Dzaka.
Mulutnya ini benar-benar mudah mengatakan hal seperti itu. Zarra yang mendengar saja sudah tepuk jidat sendiri karena lelah dengan sikap Dzaka yang benar-benar di luar kendali dirinya.
"Ya, tapi gapapa, sih. Balon lucu Bunda Ara, ini gak ada salahnya juga. Tapi aku tetep kangen nyentuh kamu, sih," ujar Dzaka dengan wajah tanpa dosanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKARA : Love without family support [TERBIT]
Roman pour Adolescents[TERBIT] [Budayakan Follow Sebelum Membaca❗] Harta yang melimpah, teman yang banyak, lalu kepintaran yang Zarra miliki nyatanya tak membuat kebahagiaan yang sempurna di hidupnya. Zarra Alenna, ia merupakan salah satu santriwati teladan di Pondok Pe...