اللهم صل على النبي محمد
•
°
°
•
•
°
°^^📒HAPPY READING📒^^
-
-
-
-🔓Open's Story🔓
Pagi yang cerah di Pondok Pesantren Al-Kamil. Cahaya mentari perlahan-lahan mulai menguasai seluruh ruang di dalam ndalem. Gadis bernetra cokelat pekat itu tengah berdiam diri di atas kursi. Tangannya tengah sibuk berkutat dengan ponsel miliknya.
Cklek!
Pintu kamar yang tengah Zarra tempati terbuka lebar, menampakan sosok lelaki jangkung yang tengah menatap dirinya secara intens dengan senyuman. Perlahan sosok itu mulai memasuki kamar. Ia langsung mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Humaira," panggil lelaki pemilik suara serak basah itu. Zarra dengan spontan menoleh saat merasa dirinya terpanggil.
Salah satu alis Zarra secara reflek terangkat. "Iya, kenapa, Kak?" balas Zarra tetap setia memperhatikan sang suami.
"Jalan-jalan, mau?" tanya Dzaka.
Mata Zarra membulat sempurna, matanya berbinar-binar menatap Dzaka. "Ih, serius, Kak? Jalan-jalan kemana?" tanya Zarra antusias.
Kekehan kecil keluar dari mulut Dzaka. Ia menjawab. "Kira-kira, sih, keluar negeri, ya," jawab Dzaka. Zarra terdiam sejenak mendengar jawaban dari Dzaka.
"Kamu maunya kemana, Humaira?" tanya Dzaka untuk memastikan.
Zarra menyimpan jari telunjuknya di atas pipinya. Ia berpikir sejenak sebelum menjawab perkataan dari Dzaka. "Pengen ke Jepang, sih, hehe," balas Zarra diakhiri kekehan.
Dzaka hanya dapat tepuk jidat. Ia tahu jika dirinya bertanya pada sang dara, istrinya itu pasti akan menjawab seperti itu. Pasalnya, memang sejak Zarra remaja ia sudah ingin pergi ke negara tersebut.
"Serius mau ke sana?" tanya Dzaka untuk memastikan.
Zarra kembali terdiam sejenak. Ia sekarang sedang memasang pose berpikir. "Kayaknya ke Kairo aja deh, hehe," ujar Zarra mengubah jawaban miliknya.
Lagi-lagi Dzaka hanya dapat tepuk jidat dengan kelakuan sang dara. Akan tetapi, dirinya tidak masalah, karena justru itulah yang membuat Zarra semakin berbeda dengan gadis lainnya.
"Bener, ya, kesana? Aku mau pesen tiketnya, loh," ucap Dzaka kembali memastikan.
Tanpa rasa ragu sedikitpun Zarra langsung mengangguk antusias. "Iya, ke Kairo aja, aku tiba-tiba pengen banget ke sana. Eh, tapi ini engga apa-apa, Kak? Bukannya tiketnya itu mahal, ya?" tanya Zarra agak khawatir. Dari tatapan matanya, itu sudah jelas tersirat rasa cukup kecewa. Mungkin ia mengira Dzaka tidak punya uang untuk hal seperti ini?
"Santai, Humaira. Uang aku gak sesedikit itu, cuma beli tiket pesawat ke Kairo gak bakal bikin aku miskin, Humaira," tutur si lelaki pemilik surai hitam dengan lembut. Tatapan Zarra seketika kembali berbinar ketika mendengar penuturan dari sang suami.
"Hari ini, jangan banyak gerak. Nanti kecapean, besok kita berangkat soalnya," ujar Dzaka yang membuat Zarra seketika mematung.
Zarra kaget bukan main. Ah, yang benar saja, besok? Besok ia akan pergi ke Kairo? "HAH!? BESOK, KAK!?" teriak Zarra kaget. Dzaka hanya mengangguk santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKARA : Love without family support [TERBIT]
Ficção Adolescente[TERBIT] [Budayakan Follow Sebelum Membaca❗] Harta yang melimpah, teman yang banyak, lalu kepintaran yang Zarra miliki nyatanya tak membuat kebahagiaan yang sempurna di hidupnya. Zarra Alenna, ia merupakan salah satu santriwati teladan di Pondok Pe...