اللهم صل على النبي محمد
•
°
°
•
•
°
°^^📒HAPPY READING📒^^
-
-
-
-🔓Open's Story🔓
Sudah beberapa hari setelah mereka pulang dari Kairo. Sekiranya mungkin sudah ada dua minggu. Kini, dua pasang kekasih itu tengah terduduk di atas ranjang. Keduanya tengah bercanda gurau tanpa memikirkan beban apapun. Ah, rasanya dunia hanya milik berdua saja.Zarra tengah sibuk bercerita beberapa hal sembari mengelus-elus surai halus sang suami. Dzaka hanya mendengarkan cerita Zarra secara saksama juga menikmati elusan lembut dari sang kasih. Kepalanya tetap setia berada di atas paha milik Zarra, badannya terlentang di atas kasur. Benar-benar pasangan yang bahagia.
Di tengah-tengah Zarra bercerita, tiba-tiba saja Dzaka memotong cerita itu dengan topik obrolan yang lain. Zarra agak terhenyak dengan sang suami. Namun, ia tetap akan mendengarkan apapun yang disampaikan oleh suaminya itu.
"Hmm, Humaira," sela Dzaka di tengah-tengah Zarra bercerita.
Zarra mengalihkan pandangannya ke bawah sejenak untuk melihat Dzaka. "Iya, Kak, kenapa?" sahut Zarra sembari tersenyum simpul.
"Hmm, kira-kira kecebong punyaku bakal langsung jadi gak, ya?" tanya Dzaka.
Otak Zarra seketika berputar kepada momen ketika ia dan sang suami berada di Kairo. Pipinya seketika memanas, semburat merah mulai muncul di kulit putih pucat milik Zarra. Ah, sial dirinya benar-benar malu saat ini.
Zarra mencubit pelan lengan kekar milik Dzaka yang seketika membuat si korban meringis. Si pelaku hanya dapat tertawa puas ketika melihat Dzaka yang meringis seperti itu.
Dzaka mengusap-usap lengan miliknya yang baru saja dicubit oleh sang dara. "Ish, sakit tau, Humaira. Aku punya salah apa coba?" ringis Dzaka sekaligus keheranan.
Suaranya mengalun lembut di telinga Zarra. Tidak salah juga, lagipula semenjak mereka menikah itu, Dzaka perlahan-lahan mulai mengubah sikap maupun sifat dirinya agar bisa menjadi sosok kepala keluarga yang baik bagi keluarga kecil Zarra dan dirinya nanti.
"Banyak, kemarin-kemarin aja kamu bikin aku susah jalan seminggu full," ujar Zarra mengungkit-ungkit.
Dzaka tertawa kecil mendengar ujaran dari wanita pemilik surai hitam itu. "Kamu juga udah setuju waktu itu, Humaira. Jangan nyalahin aku dong," ucap Dzaka yang membuat Zarra seketika mematung. Ah, jawaban Dzaka ada benarnya juga.
Tangan Dzaka perlahan terangkat ke atas, ia meraih wajah milik Zarra, kemudian jari jemari miliknya perlahan-lahan mengusap-usap pipi milik sang dara. Wajah Zarra seketika merona, semburat merah perlahan menghiasi kulit putih pucat si wanita.
Zarra hentak menutupi wajah merah miliknya. Namun, tangan Dzaka dengan spontan menahan aksi tangan miliknya itu. Si pria hanya terkekeh kecil melihat tingkah laku istrinya ini.
"Tapi, aku beneran penasaran, Humaira. Gimana kalo kita ngecek ke rumah sakit aja? Siapa tau kecebong punyaku beneran jadi," keukeuh Dzaka yang membuat Zarra seketika tepuk jidat. Nampaknya suaminya ini benar-benar keras kepala.
Hening setelahnya, mungkin saja Zarra sendiri sudah lelah menghadapi sikap suaminya yang di luar nalar ini.
Zarra terkekeh lembut. "Gak usah sekarang juga, Ya Habibi. Besok aja, lagipula sekarang udah malem, mending istirahat," ujar Zarra.
KAMU SEDANG MEMBACA
DZAKARA : Love without family support [TERBIT]
Teen Fiction[TERBIT] [Budayakan Follow Sebelum Membaca❗] Harta yang melimpah, teman yang banyak, lalu kepintaran yang Zarra miliki nyatanya tak membuat kebahagiaan yang sempurna di hidupnya. Zarra Alenna, ia merupakan salah satu santriwati teladan di Pondok Pe...