tiga

3.4K 222 10
                                    

Rony masih kepikiran dengan ucapan Paul tempo hari. Paul yang mengingatkan dirinya untuk merubah sikap dinginnya kepada semua orang. Sebenarnya jika Rony berhadapan dengan klien sikap dinginnya itu tidak ia tampakkan dengan jelas. Dia akan bersikap profesional jika sedang bertemu dengan klien. Namun entah mengapa jika sudah tidak ada klien dia akan berubah ke setelan awal.

Apalagi jika saat dirinya sedang bersama Salsa, atau bahkan bersama orangtua, adik dan sahabatnya Rony tetap bersikap dingin. Entahlah, kita masih belum tau penyebabnya dari sikap Rony yang seperti itu.

"Seenggaknya lo harus bersikap ramah sama Salsa Ron, lo yang bikin juga kan peraturan di kantor ini harus ramah ke semua orang. Apalagi seorang Salsa yang jadi sekretaris lo. Dia mati-matian jaga image perusahaan ini, jaga image lo juga kalau kalian lagi jalan keluar dan ketemu banyak orang. Dia lakuin itu juga buat lo buat perusahaan lo. Seenggaknya lo kurang kurangin sikap dingin lo ke Salsa kalau ke nyokap dan adik lo belum bisa. Bentar lagi lo sama Salsa mau ke Bali juga kan beberapa hari, mana tahan Salsa ngadepin sikap lo yang dingin beberapa hari mana cuma berdua lagi. Dirubah dikit Ron, lo pasti bisa."

Paul berkata seperti itu karena dia pertama kali melihat Salsa sedang mengeluhkan akan sikap Rony yang begitu dingin padanya. Sudah dipastikan bahwa Salsa terlihat lelah dengan sikap Rony yang tidak pernah berubah.

"Dan masa selama ini lo ga punya gebetan si Ron. Lo normal kan?? Lo ga ngerasa nyaman sama Salsa yang tiap hari sama lo. Setau gue kerjaan sekretaris dari dirut juga selain ngurusin administrasi kantor dia juga memperhatikan keseharian lo, memperhatikan sekitar lo biar lo tetap aman dan nyaman. Lo ga ngerasa gitu, lo suka sama Salsa."

Rony hanya diam menyimak mendengar apa yang Paul katakan.

"Aarrghhh gue juga gak mau kaya giniii.." gerutu Rony sambil membenamkan kepalanya di atas meja kerjanya.

Suara ketukan pintu pun tak menyadarkan Rony. Hingga Salsa masuk ke dalam ruangan Rony karena sedari tadi tidak ada sahutan dari bosnya itu.

Salsa langsung melangkahkan kakinya ke arah Rony. Dia harus menandatangani dokumen yang Salsa bawa saat ini.

Perlahan Salsa panggil Rony.

"Permisi pak Rony." Satu panggilan ramah itu keluar dari mulut Salsa.

"Pak Rony maaf harus ada dokumen yang bapak tandatangani sekarang." Dua kali Salsa memanggil Rony tapi Rony tak kunjung mengangkat kepalanya atau setidaknya menyahuti panggilan Salsa.

"Kenapa dia diam aja sihh.. Pegel ni kaki gue." Gerutu Salsa dalam hati. Untung saja kesabaran yang Salsa miliki masih memiliki banyak stok, jadi dia masih sabar menunggu Rony untuk menegakkan badannya dan segera menandatangani berkas yang ia bawa.

Hingga panggilan ketiga Rony masih tidak merespon Salsa.

Dengan hati-hati Salsa membangunkan Rony sambil menepuk nepuk pelan pundak Rony.

"Pak Rony sakit?" Tanya Salsa.

"Sal.." Panggil Rony dengan suara lirih.

"I-iyaa pak, pak Rony butuh sesuatu?" Tanya Salsa pada Rony yang masih menaruh kepalanya di atas meja dan juga tangannya. Gelengan kepala menjadi jawaban dari Rony untu Salsa.

"Pak Rony sakit? Mau saya buatkan teh hangat lagi?"

Akhirnya Rony menegakkan badannya dan juga kepalanya terangkat langsung melihat ke arah Salsa yang berada di sampingnya.

Tiba-tiba Rony memeluk pinggang Salsa dari samping sambil terisak. Salsa yang kaget dengan apa yang Rony lakukan hanya mampu mengusap pelan punggung bosnya itu.

The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang