Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Rony.
Plakk!!
"Bapak kalau mau marah sama saya marah aja pak, ga usah lecehin saya begini. Ini alasannya bapak paksa saya untuk pulang bareng? Hah? Iya pak? Tau gitu mending saya dipecat dari pada kerja disini tapi ga dihargai dan dilecehkan seperti ini. Saya permisi." Ucap Salsa dengan matanya yang memanas menandakan dia menahan genangan air di pelupuk matanya. Salsa marah pada Rony yang dengan seenaknya memperlakukan Salsa seperti tadi. Salsa tidak menyangka jika Rony akan bertindak seperti itu.
Salsa langsung pergi meninggalkan Rony yang masih berdiam diri di samping mobilnya. Air matanya luruh bersamaan dengan langkahnya yang hendak keluar dari area parkiran khusus untuk direktur itu.
Salsa tidak menyangka jika Rony masih memiliki amarah pada dirinya. Dia melampiaskan amarahnya dengan melecehkan dirinya.
Rony yang masih berdiam diri di sana sambil mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang Salsa berikan cukup keras. Untung saja, parkiran disana hanya untuk dirinya, jadi tidak ada yang melihatnya pada saat Salsa menamparnya.
Lalu dia masuk ke dalam mobilnya bersiap untuk pulang ke rumah. Sesekali dia melamun pada saat mobilnya berhenti di lampu merah. Dia tidak menyangka jika Salsa menamparnya, tapi itu karena perbuatannya yang salah sampai Salsa berani menamparnya.
Sesampainya di rumah, dia melihat ada mobil sahabatnya yang terparkir di halaman rumahnya.
"Woyy Ron." Panggil Paul yang melihat Rony masuk ke dalam rumah begitu saja. Padahal jelas jelas ada Paul disana yang pasti Rony melihatnya.
Rony menghiraukan panggilan dari Paul dan Rony berlalu begitu saja hingga dia telah sampai di kamarnya.
Paul pun mengikutinya dari belakang. Paul ikut masuk ke dalam kamar Rony. Dilihatnya Rony langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi telungkup.
"Ron lu napa sih, gue panggil ga nyaut tadi." Tanya Paul yang duduk di sofa kamar Rony.
Paul melemparkan bantal sofa ke arah Rony kala tidak mendapat jawaban. "Woyy gue lagi nanya yaa, lu kenapa Ron."
Lalu akhirnya Rony bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke Paul.
"Powl gue salah ya kalau gue cium Salsa tiba tiba." Pertanyaan Rony membuat Paul langsung mengeluarkan umpatannya.
"Anjirr salah lah, bego lu!!" Umpatnya sambil melemparkan lagi bantal sofa yang ada di sampingnya.
"Ceritain yang bener kenapa bisa lu tiba tiba nyium Salsa begitu."
Rony pun menceritakan semua apa yang telah terjadi pada dirinya dan Salsa saat di parkiran kantor.
"Ya lu begoo!! Tiba tiba begitu, ya Salsa kaget lahh.. Apalagi kalian abis lagi ada masalah kan di kantor. Jadi Salsa langsung mikir kalau lu lecehin dia karena dia pikir juga lu masih mau lampiasin amarah lu. Bego si lu!!" Jelas Paul.
"Gue ga bermaksud kesitu Powl. Semenjak Salsa ngerawat gue sakit waktu itu, gue ngerasa nyaman sama dia. Gue ngerasa ada yang beda sama perasaan gue sendiri."
"Awalnya gue mau ajak Salsa makan malam di luar buat sebagai permintaan maaf gue yang udah marah marah ke dia. Dia juga awalnya nolak tapi asbunnya gue kalau dia ga mau pulang bareng, gue bakalan pecat dia. Terus di parkiran gue juga ga tau kenapa tiba tiba gue nyium Salsa. Yang akhirnya Salsa nampar gue dan bilang kalau gue masih marah sama dia dengan mau lecehin dia. Padahal ga gitu maksud gue."
"Lu suka sama Salsa?" Pertanyaan Paul membuat dirinya hanya membuang nafasnya kasar.
"Hhmmhh."
"Ga tau Powl gue bingung."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Boss
Fanfiction"Rony Baskara Dewantara, Direktur Utama." Ucap Caca yang melihat papan nama di atas meja bosnya. Dialah Rony Baskara Dewantara, direktur utama di perusahaan properti yang terbilang sukes ini menggantikan posisi sang ayah. "Kok bisa ada direktur ut...