enam

3.3K 238 20
                                    

Merasa tidak ada sahutan dari dalam kamar Rony, akhirnya Salsa memutuskan untuk langsung masuk ke dalam.

"Ya Allah, pak Rony." Salsa merasa kaget saat melihat Rony tergeletak di atas lantai.

Salsa segera menaruh nampan yang dia bawa ke atas nakas samping kasur Rony terlebih dahulu. Lalu dia mendekat ke arah Rony yang tergeletak untuk membantunya kembali berdiri.

Rony terjatuh saat kepalanya terasa sangat pusing setelah dia keluar dari kamar mandi. Setibanya dari Bali, badan Rony terasa tidak enak. Badannya terasa lemas dan kepalanya terasa  begitu berat. Dia sudah merasakan sakit satu hari sebelum dia dan Salsa kembali ke Jakarta.

"Ya ampun pak Rony kenapa, kok bisa jatuh seperti ini." Ucap Salsa yang sedikit khawatir dengan kondisi Rony.  Dia membantu memapah Rony untuk berbaring kembali di atas tempat tidurnya.

Suhu badan Rony terasa panas saat dia menyentuh tangan Rony untuk membantunya memapah.

Salsa berhasil membaringkan tubuh Rony ke atas tempat tidur. Terlihat mata Rony yang terpejam namun dahinya berkerut. Bisa Salsa lihat bahwa kepala Rony yang sedang pusing dengan suhu badan yang tidak begitu tinggi namun terasa panas membuat dirinya merasa tidak nyaman.

"Bapak mau saya panggilkan dokter." Tawar Salsa dengan Rony yang masih memejamkan matanya.

"Ga perlu Sal, kamu disini saja temenin saya." Ucap Rony dengan suara yang serak dan mata yang masih terpejam.

"Tapi badan bapak panas." Tolak Salsa halus.

"Sal." Panggil Rony dengan mengulurkan tangannya pada Salsa.

"Iya pak." Salsa refleks menerima uluran tangan Rony untuk digenggam.

Mata Rony perlahan terbuka, melihat ke arah Salsa yang duduk di sampingnya di tepi kasur.

"Sal dingin.." Suara Rony bergetar dan terdengar serak. Salsa berinisiatif membantu Rony membangunkan tubuhnya setengah duduk agar Rony meminum air putih terlebih dahulu.

"Bapak minum dulu ya." Ucap Salsa sambil membantunya untuk setengah duduk.

"Dingin Sal." Ucap Rony lagi saat tubuhnya sudah direbahkan kembali.

"Maaf pak sebelumnya, saya bingung harus apa. Bapak tidak mau saya panggilkan dokter, tapi bapak terus bilang dingin padahal tubuh bapak sudah saya kasih selimut dan AC nya juga sudah saya naikkan suhunya." Ucap Salsa yang kini sedang bingung harus apa. Dia sudah melapisi tubuh Rony dengan selimut tebal dan menaikkan suhu AC yang ada di kamar ini.

"Bapak makan saja dulu kalau gitu, sudah saya belikan nasi bebeknya." Tawar Salsa pada Rony, namun Rony hanya merespon dengan gelengan kepala.

"Sini..." Ucap Rony pelan, tangannya sambil menepuk bagian tempat tidur yang kosong di sampingnya.

"Sini Sal, saya mau dipeluk. Kalau saya sakit biasanya saya dipeluk sama mama." Suara Rony bertambah begitu lirih. Salsa tidak tega melihat Rony yang terkapar lemas seperti itu.

"Tapi pak.."

"Ga apa apa Sal. Saya izinkan kamu peluk saya."

Keadaan seperti ini membuat Salsa menjadi merasa canggung dengan atasannya. Dia bingung harus menolak bagaimana lagi, tapi dia juga tidak tega melihatnya.

"Baik pak. Tapi setelah ini bapak makan dan minum obat ya, biar cepet sembuh. Saya izin rebahan ya pak." Ucap Salsa kemudian dia naik ke atas tempat tidur Rony yang berukuran besar di samping Rony.

Baru saja Salsa ingin menidurkan dirinya, dengan segera Rony memeluk Salsa dari samping.

Badan Salsa menjadi terasa kaku dengan degup jantung yang tidak biasa. Rony menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Salsa yang membuat dagu Salsa berada di atas kepala Rony.

The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang