Suara decapan yang dihasilkan dari bibir keduanya terdengar menggema di ruang kerja milik Rony. Salsa seperti terhipnotis saat melihat dada bidang Rony yang penuh dengan bulu halus itu. Salsa sempat tersadar akan kegiatannya namun Rony yang merasakan Salsa berhenti dari kegiatannya itu membuat Rony langsung mencium bibir Salsa.
Kegiatan mereka di kantor yang seharusnya untuk bekerja malah mereka lakukan untuk bercumbu.
Mereka masih melupakan waktu yang sebentar lagi akan diadakannya meeting bersama klien. Namun untuk memenuhi hasratnya yang sudah memuncak ini adalah yang lebih penting.
Ciuman yang Rony berikan pada Salsa semakin dalam. Keduanya saling menahan tengkuk leher masing masing, tak ada yang ingin menyudahi kegiatan tersebut. Hingga suara seseorang yang tiba tiba saja masuk ke dalam ruangan Rony membuat keduanya menyudahi kegiatannya, "ASTAGAAA!!! RONYY!!!.
Ya, itu suara Paul, sahabat Rony. Paul yang sudah berkali kali mengetuk pintu namun tak didengar oleh orang yang ada di dalam, yang akhirnya membuat Paul langsung masuk. Saat dia masuk ke dalam ruangan Rony, yang ia lihat adalah Rony yang sedang berciuman dengan seseorang dan seseorang itu adalah sekretarisnya.
Salsa dan Rony merasa kaget. Mereka langsung berhenti dari kegiatan nya. Salsa merasa malu dan takut karena ia bisa melihat raut wajah Paul yang sedikit emosi itu.
Salsa menundukkan kepalanya sedangkan Rony merasa santai sambil mengancingi kemejanya sendiri.
"Ron lo gila ya!!! Bisa bisanya di kantor pagi pagi gini lo malah ciuman, sama sekretaris lo sendiri lagi!!!" Ucap Paul dengan sedikit emosi.
"Sal lo mending keluar deh, siapin ruangan buat meeting. Lo mau mauan ngelakuin begini sama Rony, gue kira lo cewe baik tau ga, lo mur-," belum sempat menyelesaikan ucapannya, Rony langsung menarik kuat baju Paul dan hendak memukulnya.
Dengan sorot mata yang tajam dan memerah, Rony menatap Paul tak suka jika dia mengata-ngatai kekasihnya. "Apa apan lo bilang gitu ke Salsa. Hahh??"
"Apaan si lo Ron ga jelas." Paul menghempaskan cekalan tangan Rony dari bajunya.
"Lo kalau belum tau kebenarannya ga usah bilang kaya tadi ke Salsa." Salsa pun keluar dari ruangan Rony menuju ke kamar mandi dengan perasaan malu dan sakit hati. Yang dikatakan Paul ada benarnya juga. Biarpun ucapannya terpotong, namun Salsa mengetahui lanjutan kata yang diucapkan Paul tadi. 'Murahan'. Salsa merasa apa yang dirinya lakukan pada Rony memanglah seperti wanita murahan.
Selain itu, di dalam ruang kerja Rony mereka masih saling menunjukkan emosinya.
"Salsa pacar gue sekarang!! Jadi terserah gue mau ngapain aja sama dia!!" Tegas Rony.
"Ya tapi lo tau waktu Rony, tau tempat!!! Masih pagi begini kalian malah santai dan enak-enakan kaya tadi. Direktur macam apa lo kaya tadi. Dan semisal bukan gue yang masuk kesini, abis kalian sama orang orang nanti."
Paul belum mengetahui kabar dari hubungan Rony dengan sekretaris nya. Jika saja Rony sudah menceritakan hubungan nya dengan Salsa, yang ada Paul akan memberi waktu dan ruang untuk kedua menyelesaikan kegiatannya seperti tadi.
"Oke gue minta maaf kalau gue udah ga profesional. Tapi sekali lagi lo bilang kaya tadi ke Salsa gue abisin lo. Karena sekarang Salsa pacar gue dan secepatnya dia akan jadi istri gue."
"Ya ya.. terserah lo." Ucap Paul yang sudah duduk santai di sofa ruang kerja Rony sambil memainkan ponselnya. Selain itu Rony mulai bersiap siap memulai meetingnya hari ini.
Sebenarnya Paul tidak betul-betul marah pada Rony. Namun sangat disayangkan jika orang lain yang melihat kegiatan yang tidak baik tadi, habis sudah riwayat mereka di kantor ini. Paul juga merasa sudah keterlaluan dengan mengatakan Salsa murahan seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Boss
Fanfiction"Rony Baskara Dewantara, Direktur Utama." Ucap Caca yang melihat papan nama di atas meja bosnya. Dialah Rony Baskara Dewantara, direktur utama di perusahaan properti yang terbilang sukes ini menggantikan posisi sang ayah. "Kok bisa ada direktur ut...