Chapter 6

96 9 4
                                    

Putra Mahkota kerajaan Majapahit Pangeran Wardana tiba di istana Gelgel, kerajaan Bali. Maksud dari kedatangannya adalah karena dia ingin meminang Rai.

Semua itu berawal dari kunjungan terakhir pengeran Wardana bersama ayahnya Raja Brawijaya untuk menjalin hubungan militer dengan kerajaan Bali, Pangeran Wardana seketika terpesona dengan kecantikan Rai.

Pangeran Wardana terkenal seantero Dunia sebagai pangeran yang tamak dan angkuh, dia juga tidak segan mengusir kakaknya, Pangeran Jimbun dari istana dan menfitnahnya telah melakukan pemberontakan. Akibat kelakuannya ini, pangeran Jimbun harus berkonflik dengan ayahnya dan mendirikan kerajaan Demak sebagai raja Fatah 1.

Di gerbang istana, pangeran Wardana seketika disambut oleh Warmadewa. Tapi sambutan sang raja Bali tidak dihargai oleh Wardana, dan langsung ke inti pembicaraan.

Wardana berkata "apakah kau sudah tahu kedatanganku saat ini hanya untuk meminang putri anda"

"Saya disini sangat menghargai maksud anda, tapi Rai saat ini menghilang" ucap Warmadewa.

"Apa? Menghilang? Atau kau sendiri yang menyembunyikannya" ucap Wardana yang tidak menghargai raja Warmadewa.

"Kecurigaan pangeran kepada saya harus dihilangkan, saya tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikan Rai dari anda" ucap Warmadewa

"Tidak pernah ya?" Seketika pangeran Wardana memberi perintah untuk menangkap raja Warmadewa beserta keluarganya. Warmadewa tidak menyangka prajurit diistananya bakal mengkhianatinya.

Warmadewa sambil memberontak berkata "apa - apa an ini? Kenapa kalian berkhianat?"

"Haa..? Berkhianat? Mereka sama sekali tidak berkhianat, itu kesalahanmu sendiri yang menyetujui perjanjian dan mengizinkan kami menempatkan sejumlah besar pasukan di kerajaan anda" ucap Wardana dengan angkuhnya.

Raja Warmadewa yang tidak terima hanya bisa menatap tajam pangeran Wardana, dia dan keluarganya segera ditahan di ruang bawah tanah. Prajurit yang berkhianat seketika melepas bendera kerajaan Bali dan menggantinya dengan bendera Majapahit yang menandakan kerajaan Bali sudah tumbang.

Pengawal pangeran Wardana berkata "setelah ini, apa yang anda lakukan?"

"Putri Rai tidak mungkin jauh dari sini, cari dia diseluruh bekas wilayah kerajaan Bali dan siapkan armada untuk menyerang Selaparang" perintah Wardana. Sedangkan di Trowulan, Raja Majapahit, Brawijaya sedang terbaring koma akibat penyakitnya. Membuat kekuasaan Majapahit untuk sementara diambil alih oleh putra mahkota.

Kabar penyerangan kekaisaran Majapahit ke Selaparang dan tumbangnya kerajaan Bali sudah lebih dulu didengar oleh BIN (Badan Intelijen Indonesia) sehingga pemerintah indonesia harus secepat mungkin mempersiapkan perjanjian militer agar bisa menyiapkan Selaparang sebagai proxy.

Di istana Nusantara. Presiden Rahmat berkata kepada Menhan Purnomo "pak Pur, apakah ini benar kalau Majapahit sekarang sedang mempersiapkan serangan dadakan ke Selaparang?"

"Iya, ini dikarenakan hilangnya Gusti Ayu Made Rai dari istana kerajaan Bali" ucap Purnomo.

"Kira - kira seberapa besar armada yang dibawa putra Mahkota?" Ucap Rahmat

Purnomo kemudian menyalakan proyektor 3d yang menunjukkan spesifikasi kekuatan militer kekaisaran Majapahit dan berkata "Ada sekitar 15 kapal yang mungkin bisa diklasifikasikan sebagai battleship, karena semua kapal di dunia ini hanyalah kapal layar yang bagi kita ukuran terbesarnya itu seukuran fregate, dan total kapal yang dibawa armada itu ada sekitar 74 kapal jadi untuk menghadapi armada Majapahit, kita hanya perlu mengerahkan 1 kapal penjelajah saja"

"Alangkah baiknya jika kita merencanakan untuk mengusir pasukan Majapahit dari bekas kerajaan Bali, jadi apa kau tahu informasi tentang posisi Gusti Ayu Made Rai?" ucap Rahmat.

"Oh ya, putri kerajaan Bali saat ini sedang berada di atas KRI. REM dan Kapal itu sekarang sedang bergerak ke Surabaya" ucap Purnomo.

"Segera perintahkan REM kesini, apakah kau tidak ingin merasakan uranium?" Ucap Rahmat sambil tersenyum.

Purnomo baru mengingat alasan kenapa Majapahit harus segera diusir. Karena data dari satelit yang diambil menunjukkan wilayah kerajaan Bali sangat kaya dengan Uranium dan ada sumur minyak dengan jumlah terbatas yang bisa mereka perdagangkan.

Di perairan Selaparang armada Majapahit yang dipimpin oleh laksamana Cakra Wangsa tiba, dia dan pasukannya melihat kapal yang ukurannya jauh lebih besar ketimbang kapal - kapal di armadanya.

Cakra Wangsa melihat dengan teropong sambil berkata "kapal yang tidak biasa, panji perang Majapahit, itu pasti armada bantuan yang dimaksud pangeran" kemudian memerintahkan armadanya untuk segera menyerang karena mengira kapal itu akan membantu mereka.

KRI. Sulawesi 220, salah satu kapal penjelajah andalan Indonesia sepanjang 250m, berhadapan langsung dengan kekaisaran Majapahit.

Disaat armada Cakra Wangsa mendekat, seketika KRI. Sulawesi mengeluarkan peluncur roketnya, Cakra Wangsa seketika merasa janggal dengan hal itu, tidak lama kemudian peluncur roket KRI. Sulawesi ditembakkan.

Cakra Wangsa tidak menduga kapal raksasa itu akan menyerang armadanya, sebagian armadanya hancur akibat serangan itu. Prajuritnya berkata "laksamana, apa yang harus kita lakukan?"

"Jarak tembakan itu, melebihi jarak yang bisa dijangkau meriam, percepat pergerakan armada, bentuk pormasi Linear" ucap Cakra Wangsa

KRI. Sulawesi segera menyiapkan dua meriam Railgun monarc R 155 mm yang terletak di buritan dan haluan kapal. Satu salvo saja sudah cukup untuk menenggelamkan kapal - kapal berukuran besar milik armada kekaisaran Majapahit.

Melihat kapal - kapalnya yang mudah ditenggelamkan tidak membuat gentar Cakra Wangsa. Saat ini meriam armadanya sudah dalam jangkauan dan membentuk formasi linear, Cakra Wangsa langsung memerintahkan armadanya menembak.

Meriam ditembakkan dan menghujani KRI. Sulawesi, tapi tidak ada satupun peluru yang mampu menembus zirah besi kapal penjelajah itu. Rudal type 12 diluncurkan yang mana satu rudal akan meledak di udara dan menghujani target dengan bom - bom kecil yang dapat menjebol zirah besi kapal induk, akibatnya banyak dari pasukan Majapahit yang gugur.

Salah satu peajurit berkata "laksamana, kita harus mundur, jika kita semua mati, bala tentara Majapahit tidak akan bisa melawan"

Cakra Wangsa yang mendengarkan seketika memberi perintah untuk mundur, melihat armada Majapahit mundur, KRI. Sulawesi berhenti menyerang.

Kekalahan armada Cakra Wangsa terdengar oleh pangeran Wardana. prajurit yang menyampaikan pesan berkata "benar yang mulia, mereka diserang oleh kapal aneh yang mengibarkan panji Dwaka pataka"

"Kapal seperti apa itu?" Ucap pangeran Wardana

"Menurut kabar yang saya dapatkan, kapal itu sepenuhnya terbuat dari besi dan ukurannya jauh lebih besar ketimbang kapal - kapal kita" ucap Prajurit

"Kapal besi besar yang mengibarkan Dwaka pataka Majapahit? Sangat aneh jika salah satu kapal kita menyerang Cakra Wangsa, tapi aku tidak pernah tahu ada kapal yang terbuat dari besi" ucap pangeran Wardana

"Saya juga berpikir kalau Cakra Wangsa juga mengada - ada, tapi saya melihat hanya sebagian kecil kapal yang kembali dan kapal - kapal itu mengalami kerusakan parah seolah - seolah mereka habis bertempur dengan armada yang jauh lebih besar" ucap prajurit

"Sampaikan pesanku kepada Cakra Wangsa, jika kita tidak bisa mengirim satu armada, maka kirimkan mata - mata, yang kita utamakan adalah Gusti Ayu Made Rai harus segera ditemukan, dan cari informasi tentang kapal besi itu" ucap pangeran Wardana memerintahkan.

Setelah prajurit itu pergi, pangeran Wardana seketika duduk di singgasana kerajaan Bali, dari situ dia terus berpikir siapa yang berhasil menghancurkan armada Cakra Wangsa, siapakah sang pemilik kapal besi itu.

In Nusantara World : Bagaimana Negara +62 Bekerja Di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang