Malam hari yang tidak tenang di kota gelgel ibukota kerajaan Bali, kapal penjelajah KRI. Sulawesi semakin memperolok pangeran Wardana. Pada saat pangeran mau tidur, KRI. Sulawesi langsung menyetel lagu jedag jedug "Im Lady X Drop Jungle Dutch" dengan volume yang horeg sampai menggetarkan seisi ruangan.
Di dalam kamarnya yang sebelumnya itu kamar raja Warmadewa, pangeran Wardana berusaha menutup telinganya sambil berteriak "HENTIKAN!!! AKU MAU TIDUR!!! AAAA!!!!"
(Btw, kalo novel ini misalnya jadi sinetron atau series, ini scene bakal langsung dijedag jedug dari studionya)
Sebenarnya yang paling kasihan itu si Kiran, soalnya dia diiket di tiang bendera, dekat dengan pengeras suara KRI. Sulawesi dipasang. Jebol pasti gendang telinganya itu walaupun dia dipakaikan penutup telinga.
Alasan kru KRI. Sulawesi tidak ada yang risih saat memutar lagu horeg adalah karena kabin KRI. Sulawesi dirancang kedap suara dan udara yang fungsi sebenarnya adalah bentuk perlindungan terhadap radiasi nuklir.
Selama seminggu lebih pangeran Wardana, pelayan istana dan seluruh pasukannya tidak bisa tidur, mereka benar - benar kelelahan sampai ada yang pingsan. Walaupun ini merupakan hal yang konyol, tapi ini sangat efektif dalam menyiksa secara psikologis, bahkan jika PBB sampai mengetahuinya, indonesia bakal menerima sanksi bertubi - tubi, tapi untungnya di dunia ini sama sekali tidak ada PBB.
Pangeran Wardana sangat bodoh karena tidak mau meninggalkan istana, padahal kapal musuh ada dihadapannya. Sifat bodohnya itu timbul karena keangkuhannya sendiri.
Suatu ketika salah seorang prajurit berteriak "ada armada musuh"
Pangeran Wardana dengan teropongnya melihat sekumpulan armada kapal layar itu, melihat itu pangeran Wardana berkata "hmm... bendera kerajaan Selaparang, apakah mereka ingin mencari mati" dengan nada meremehkan.
Tidak lama kemudian, dari belakang armada kerajaan Selaparang, muncul satu armada tempur KRI. Kediri 30 yang berisikan 1 kapal induk komando (KRI. Kediri), 15 kapal freegat (termasuk KRI. REM 331), 5 destroyer, 2 kapal penjelajah, 5 kapal induk helikopter, dan 25 kapal pendarat amfibi, yang membuat pangeran Wardana dan pasukannya keringat dingin, apalagi armada indonesia mengibarkan panji - panji yang memang identik dengan milik Majapahit.
Kiran yang sudah selama seminggu ini terikat berteriak "lepaskan aku, tolong" dengan mulut disumpal lakban.
Seluruh prajurit Majapahit seketika kebingungan melihat armada kapal besi milik indonesia. Prajurit satu berkata "lihat armada kapal besi itu, apa mereka Majapahit juga?"
"Mereka mengibarkan bendera kita" ucap prajurit dua
"Jangan lengah, mereka itu musuh" ucap prajurit tiga
Indra Jayendra berkata "putra mahkota, bagaimana ini?"
"Tetap siagakan pasukan" ucap pangeran Wardana yang kelelahan.
Keadaan yang sangat tidak memungkinkan, akibat kurangnya jam tidur, prajurit Majapahit terlihat sudah tidak memiliki semangat tempur lagi. Seorang prajurit yang ketakutan menjatuhkan senapan lontaknya, kemudian kabur meninggalkan pertempuran, diikuti oleh beberapa prajurit yang lain yang mencoba melarikan diri.
Kayana berusaha menarik pangeran Wardana yang tatapannya terlihat kosong, pangeran Wardana sangat merasa ketakutan melihat armada kapal besi itu. KRI. Sulawesi yang sudah seminggu lebih berdiam diri akhirnya berputar arah hendak bergabung dengan armada Indonesia yang lainnya.
Saat KRI. Sulawesi berpapasan dengan armada kerajaan Selaparang, beberapa prajurit Selaparang memperhatikan seseorang yang terikat di tiang bendera. Prajurit 1 berkata "bukankah itu Kiran ya?"
"Iya, panglima kekaisaran Majapahit yang dijuluki serigala malam itu kan?" ucap Prajurit 2
Sedangkan Kiran selalu menggeliat berusaha meminta tolong agar dilepaskan.
Dengan gagah berani, Pangeran Rankesari yang memimpin armada berdiri di depan haluan, dengan mengacungkan pedangnya. Pangeran Rankesari berteriak "incar kepala Wardana, kita bebaskan kerajaan Bali" yang disambut teriakan semangat prajuritnya.
Chandra Kalingga memimpin pasukan Majapahit yang masih bertahan berteriak "kalian semua jangan takut, kita pasti bisa mengalahkan orang - orang biadab itu"
Sebanyak 20 helikopter serbu tipe Fuma dan 15 helikopter tiger lepas landas. Melihat itu Chandra Kalingga memerintahkan "LONTAK!!! serang makhluk terbang itu"
Prajurit kekaisaran Majapahit mengarahkan senapan lontak mereka kearah segerombolan helikopter tersebut. Beberapa peluru bisa meleceti lapisan besi helikopter, tapi tidak ada satupun peluru lontak yang mampu menembusnya.
Helikopter - helikopter serbu itu langsung membakar pasukan Majapahit dengan roket dan granat launcher. Pasukan Majapahit sebenarnya tidak memiliki pertahanan yang mumpuni karena KRI. Sulawesi sudah menghancurkan semua meriam dan kapal perang mereka.
Rai di dalam helikopter memperhatikan pertempuran, dia begitu takjub sekaligus takut dengan apa yang terjadi dengan pasukan kekaisaran Majapahit. Rai berkata "pertempuran ini, sungguh mengerikan"
"Di dunia asalku malah lebih mengerikan lagi" ucap Angga
Bom demi bom ditembakkan, kota Gelgel benar - benar dibersihkan total dari pasukan kekaisaran Majapahit. Pasukan pangeran Rankesari mendarat di dermaga kayu, pasukan itu dengan gagah berani menyerang sisa pasukan musuh.
Kapal pendarat Republik Indonesia berlabuh di bagian pelabuhan yang tidak diisi kapal - kapal Selaparang, menghancurkan dermaga kayu dan kapal - kapal Majapahit yang telah dirusak KRI. Sulawesi. Garbarata terbuka dan tank - tank TNI AD seperti tank Harimau MBT version dan ligh tank Harimau T32 keluar dari dalam kapal pendarat, para marinir juga membawa robot tempur Droid H20d.
Droid H20d
Melihat alat - alat aneh itu membantai teman mereka, pasukan Majapahit di barisan belakang seketika melarikan diri, mengikuti putra mahkota mereka.
Pangeram Wardana terlihat begitu trauma melihat pasukan Indonesia membantai pasukannya, apalagi simbol kebanggaan kekaisarannya dipakai oleh pasukan musuh, Pangeran Wardana dan pasukannya mundur ke barat, dari sana mereka akan dijemput oleh armada Majapahit yang sudah disiapkan disana
Pangeran Wardana dengan tatapan kosong, nyeletuk berkata "kita tidak akan pulang tanpa putri Rai"
Kota Gelgel akhirnya berhasil di bersihkan. Helikopter mendarat di halaman istana yang memang lebih luas ketimbang milik kerajaan Selaparang.
Tidak lama kemudian pasukan marinir tiba dan mengamankan istana. Rai dan Angga pergi ke ruang bawah tanah untuk membebaskan raja Warmadewa.
Raja Warmadewa dan keluarganya berhasil dibebaskan. Tapi Raja Warmadewa dan istrinya terlihat telah mengalami penyiksaan secara psikologis.
Rai yang melihat kedua orang tuanya berkata "ayahanda, ibunda, apa yang terjadi? apa mereka menyiksa kalian?"
"Aku tidak tahu putriku, mereka selalu memainkan musik aneh yang membuatku tidak bisa tidur" ucap Warmadewa dengan tatapan kosong
Yah... Dari sini kita bisa simpulkan, pasukan pangeran Wardana tidak pernah menyiksa raja Warmadewa, malah sebaliknya, mereka tetap dilayani semestinya. Justru yang menyiksa warga kota Gelgel adalah KRI. Sulawesi 220 dan musik kerasnya hehehe :v
KAMU SEDANG MEMBACA
In Nusantara World : Bagaimana Negara +62 Bekerja Di Dunia Lain
Fantasybagaimana jika kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara hidup berdampingan di era waktu yang sama. Republik Indonesia dari awal abad ke 22 tiba - tiba berpindah ke dunia asing dimana kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan kerajaan - kerajaan lain yang p...