Chapter 7

106 8 2
                                    

Pagi yang cerah, ibu Sumegi Wati yang merupakan pimpinan partai BDIP (Banteng Demokrasi Indonesia Perjuangan) duduk di kantornya dan terus memantau perkembangan pemerintahan presiden Rahmat, dia kali ini ditemani oleh putrinya, Putri Maharini.

Ibu Megi berkata "Putriku tercinta, bagaimana perkembangan pemerintah sekarang? Apa yang dilakukan Rahmat saat ini"

"Begini bu, si Rahmat itu dia sedang menjalin kerjasama militer dengan negara kecil, bukan hanya itu, dia sekarang sedang terlihat mencari suara lebih banyak lagi, buktinya Papua Nugini secara sukarela jadi bagian dari kita" ucap Putri

"Waduh, itu tidak bisa dibiarkan, kalau begini, Rahmat bakal maju 3 periode, maksudnya 4, 5, atau seumur hidup" ucap ibu Megi

"aku takutnya begitu, nanti kesempetanku jadi presiden bakal hilang" ucap Putri

"Ini tidak bisa dibiarkan, bagaimanapun Rahmat harus lengser secepatnya" ucap ibu Megi jengkel

"Tapi ibu, bagaimana caranya? Aku sudah tidak menjadi ketua DPR lagi, dan kemarin suara partai kita sedikit. kayaknya Rahmat pas masih disini suka mempermainkan kita deh" ucap Putri yang bikin tambah marah ibu Megi.

Ibu Megi seketika bangun dari bangkunya, dengan gaya kanjeng mami ibu Megi berteriak "awas kau RAHMAATTTTT!!!!!"

"Ibu, bagaimana kalau kita panggil si Rahmat kesini, kemudian ibu permalukan deh dia, nanti aku yang rekam" ucap Putri yang mendapat ide.

"Gak gak gak gak, nanti kalau anak - anaknya marah, bakal jadi politik dinasti, gak" ucap Ibu Megi tidak terima.

Sedangkan di istana IKN, Raja Sayid dan Putri Rai berdiskusi dengan presiden Rahmat, Rai berkata "loh? Anda kok ada disini?"

"Iya, biar bapakmu gak macam - macam" ucap Raja Sayid.

Rahmat kemudian berkata "alasan kalian berdua diundang kesini adalah, karena saya ingin menyampaikan kabar buruk, kerajaan Bali telah jatuh"

Mendengar itu Rai menjadi kaget dan berkata "apa? Jangan mengada - ada" sambil memukul meja

"Saya serius mengatakan itu, Raja Warmadewa berhasil dikudeta oleh pengaruh pangeran Wardana, membiarkan prajurit asing dalam jumlah besar kedalam wilayah kerajaan secara bebas merupakan kesalahan besar yang dilakukan oleh Warmadewa" ucap Rahmat menjelaskan.

"Bagaimana keadaan ayahku?" Ucap Rai

"Gusti Ayu tidak perlu khawatir, mereka sedang ditawan didalam ruang bawah tanah" ucapan Rahmat membuat Rai agak sedikit lega.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" ucap Raja Sayid

"Kita akan segera membebaskannya, tapi, aku ingin kalian segera menandatangani ini" ucap Rahmat sambil memberikan fakta perjanjian militer yang ditulis dengan huruf sansekerta.

Inti dari isi perjanjian itu adalah mengizinkan markas indonesia berdiri di wilayah masing - masing dengan imbalan mereka bisa mengakses senjata dan teknologi lain (teknologi perang abad ke 20) dari indonesia untuk keperluan pertahanan, dan khusus untuk kerajaan Bali adalah izin eksploitasi sumber daya alam (uranium dan minyak)

Rai melihat sebentar dan bertanya "uranium? Apa itu uranium?"

"Anda akan mengetahuinya segera Gusti Ayu, tapi intinya kami tidak akan mengincar emas anda" ucap Rahmat

Putri Rai dengan polosnya langsung menandatangani surat perjanjian itu, karena dia berpikir selama indonesia tidak mengincar emas itu tidak masalah, apalagi kerajaan Bali akan diberi imbalan emas sesuai dengan isi perjanjian eksploitasi.

Selesai pertemuan, Rahmat, Ilham, dan Purnomo membahas apa yang harus dilakukan untuk kedepannya. Ilham berkata "lebih baik kita berikan saja senapan bolt action seperti karabiner dan Garand, memberikan senapan mesin kepada mereka adalah mimpi buruk"

"Aku juga berpikir begitu, kita harus bisa seabad lebih maju dari mereka, apalagi dengan adanya uranium, kita bisa mengupgrade persenjataan kita agar lebih canggih" ucap Rahmat.

"Agar mobilisasi aliansi kita bisa lebih tinggi, bagaimana kalau kita membangun zona industri militer" ucap Purnomo.

"Itu juga harus dipertimbangkan, kita akan membangun beberapa zona industri militer, biarkan mereka mengakses teknologi kapal besi era perang dunia kedua" ucap Rahmat

Atas persetujuan Raja Sayid, Indonesia diizinkan untuk membangun pangkalan militer dan zona industri militer di beberapa tempat yang sudah ditentukan.

Dibantu warga lokal, pembangunan rel kereta api pun dilakukan di wilayah kerajaan Selaparang sesuai dengan isi perjanjian ekonomi yang telah disepakati.

Jafar yang ditunjuk sebagai pengawas proyek berkata kepada rekannya Idris "proyek ini harus selesai tepat waktu"

"Siap bos, kita juga harus waspada, jangan sampai ada sesuatu hal yang dapat membatalkan proyek kita" ucap Idris

"Bagaimana kalau kita menyetel lagu untuk menambah semangat para pekerja kita" ucap Jafar.

Idris kemudian menyetel sebuah lagu yang bisa menambah semangat para pekerja, lagu itu adalah (bayangkan lagu ini dilokasi proyek pembangunan dan kata "kaum sekutu" diganti jadi "pasukan musuh" )

In Nusantara World : Bagaimana Negara +62 Bekerja Di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang