01: Sekolah?

1.6K 137 42
                                    

Terhitung sudah 2 hari Hikaru tinggal bersama Abang dan Kakak angkatnya. Masalah adminstrasi seperti akta kelahiran dan lain-lain sedang di urus oleh Julian. Dia sudah menceritakan perihal mereka menemukan seorang anak laki-laki di depan kosan kepada orang tuanya, Julian juga meminta agar Hikaru masuk ke dalam kartu keluarga mereka agar memudahkan anak itu untuk bersekolah atau mengurus hal lain di masa depan. Untungnya orang tua Julian setuju, keduanya langsung mengurus segala urusan yang menyangkut berkas Hikaru. Biasa jalur orang dalam, kata Julian saudaranya ada yang bekerja di instansi yang mengurus kependudukan sehingga bisa mempermudah semua urusan menyangkut anak kecil yang sekarang sedang menonton Tv.

"Hikaruu..."

Kepala kecilnya menoleh. Hari ini dia hanya bersama Javin yang sedang tidak memiliki jadwal kuliah. "Iya Kakak?"

"Lagi nonton apa?"

"Tayo. Kenapa Kakak panggil?"

"Hikaru seneng enggak tinggal disini?"

"Seneng. Banyak olang. Makannya juga enak." Hikaru menjawab meskipun matanya focus menonton.

"Hikaru biasanya di panggil apa? Hikaru aja atau ada yang lain?"

"Dede..."

"Dede?"

"Iya." Kepalanya mengangguk, "Dede atau Alu.."

"Kakak panggilnya Dede aja boleh?"

"Boleh..."

Javin tersenyum, tangannya mengusap surai bocah 5 tahun di sampingnya. "Dede udah bisa apa aja? Udah bisa baca belum?"

"Dede bisa eja. Bisa nyanyi juga. Miss ajalin Dede banyak."

"Oh ya? Kakak boleh denger Dede nyanyi?"

"Enggak. Dede malu..."

"Nanti kalo udah enggak malu, mau nyanyi?"

"Mau..."

Javin tidak ingin memaksa. Hikaru juga masih belum terlihat leluasa atau bebas saat bersama mereka. Meskipun Joe dan James terlihat ingin dekat dengan anak itu, tapi respon Hikaru masih terlihat canggung. Mereka pun mewajarkan, selain takut mungkin dia masih merasa sungkan. Bahkan kemarin Hikaru tidak mengeluarkan suara jika tidak ada yang mengajaknya bicara. Namun mereka semua selalu berusaha membuat Hikaru merasa nyaman. Tidak ada yang memaksa jika Hikaru berkata tidak dan jika Hikaru berkata iya maka mereka akan mengusahakan yang terbaik. Semoga kedepannya mereka bisa semakin dekat tanpa ada lagi rasa canggung yang terasa.

"Kakak Javin?"

"Iya? Kenapa Dede?"

Hikaru menunduk seraya memilin ujung bajunya. "Dede mau itu." Jari telunjuknya menunjuk layar Tv.

"Dede mau ice cream?"

"Itu namanya ice cleam?"

"Iya. Ice cream, Dede mau?"

"Mau... tapi Dede enggak punya uang."

"Kakak jajanin. Ayok ke depan, kita cari ice cream."

Tangan kecilnya di gandeng oleh Javin berjalan keluar dari rumah. Tidak lupa sebelum berangkat Javin memasangkan topi bergambar anak ayam di kepala Hikaru. Kemarin Hariz dan Yose banyak membelikan baju juga keperluan Hikaru yang lain. Baju yang anak itu bawa hanya sedikit, tidak akan cukup dipakai bahkan untuk 1 minggu ke depan. Alhasil Hariz dan Yose berinisiatif memenuhi kebutuhan Hikaru dengan membelikannya banyak barang. Kecuali topi yang saat ini dia pakai, itu topi khusus yang diberikan James sebagai tanda kenalan katanya. Hikaru tentu menerimanya dengan senang hati. Meskipun sempat malu-malu tapi tak ayal tangannya tetap menerima topi lucu ini dari tangan sang Kakak.

HIKARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang